Sejarah Islam

Manusia bijak adalah manusia yang mengetahui & belajar dari sejarah

Category Archives: Perbuatan Sang Nabi

Apakah Quran Melarang Pembunuhan?

Apakah Quran Melarang Pembunuhan?

 

Diposkan oleh Ali Sina pada tanggal 14 Agustus 2011

Untuk mendemonstrasikan bahwa Islam tidak mempromosikan kekerasan, maka seringkali orang-orang Muslim mengutip satu bagian Quran yaitu Sura 5:32

…barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya…

Kedengarannya sangat baik. Masalahnya adalah bahwa ini bukanlah sebuah ajaran dari Muhammad. Ini adalah sebuah kutipan dari kitab suci orang Yahudi.

“Barangsiapa menghancurkan sebuah nyawa, ia dianggap telah menghancurkan seluruh dunia. Dan barangsiapa menyelamatkan sebuah nyawa, ia dianggap telah menyelamatkan seluruh dunia.” Talmud Yerusalem Sanhedrin 4:1 (22a)

Membunuh seseorang tidaklah sama dengan melakukan genosida (pembunuhan massal) terhadap seluruh umat manusia. Ini hanya punya makna dalam konteksnya. Ayat ini berhubungan dengan kisah Habel dan Kain. Karena pada waktu itu hanya 2 orang bersaudara kandung inilah yang hidup dalam dunia, maka membunuh salah satu dari mereka akan mencegah perkembangan benihnya dan karena itu manusia tidak akan eksis.

Sesungguhnya, meskipun ada klaim dari orang-orang Muslim, tetapi Muhammad tidak mengatakan bahwa ini adalah ajarannya sendiri. Ayat yang lengkap adalah sebagai berikut:

“Dengan mempertimbangkan hal ini, KAMI telah memerintahkan pada Anak-Anak Israel bahwa barangsiapa yang membunuh seorang manusia, maka ia seolah-olah telah membunuh semua umat manusia; – kecuali ini dilakukan karena pembunuhan atau karena telah menyebabkan kerusakan di bumi – dan barangsiapa menyelamatkan sebuah nyawa, ia dianggap seolah-olah telah menyelamatkan seluruh umat manusia… ”

Muhammad sedang mengutip sebuah cerita pendek dari Alkitab. Bagaimana bisa orang-orang Muslim mengklaim bahwa cerita ini bersumber dari Quran?

Masalahnya tidaklah berakhir di sini. Talmud sendiri tidak dikategorikan sebagai firman Tuhan. Ini adalah catatan dari ajaran-ajaran kaum Sanhedrin, Dewan Tinggi pada rabbi Yahudi.

Jadi, bagaimana Allah mengatakan “Oleh karena itu KAMI tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil bahwa barangsiapa telah membunuh seorang manusia…”

Tuhan Quran sedang mengklaim kepemilikan dari sesuatu yang ia sendiri tidak pernah katakan. Ini meninggalkan kita dengan beberapa opsi:

  1. Allah telah MENJIPLAK ajaran-ajaran dari para rabbi.
  2. Tuhannya orang Islam (Allah SWT) ini sedang bingung, dan lupa bahwa perkataan-perkataan itu bukanlah miliknya.
  3. Ayat ini bukan berasal dari Tuhan. Muhammad mengakui bahwa kadang-kadang Setan datang padanya dan membisikkan beberapa ayat kepadanya yang ia pikir berasal dari Allah. Mungkinkah ini merupakan salah satu ayat dari ayat-ayat Setan itu?
  4. Muhammad sedang berbohong. Quran bukanlah firman Allah.

Saya tidak dapat memikirkan opsi lainnya untuk menjelaskan, mengapa Allah mengklaim kepemilikan dari ayat yang tidak pernah Ia katakan. Kutipan itu sendiri bukan bersumber dari Alkitab; ia bersumber dari Talmud dan Talmud tidak dianggap sebagai Firman Tuhan.

Ayat ini menekankan bahwa membunuh itu adalah tindakan yang sangat buruk. Tetapi Muhammad memberitahu pada para pengikutnya bahwa mengadakan peperangan, berkelahi dan membunuh seumpama aktifitas perniagaan yang terbaik, dengan upah yang paling tinggi.

Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah. Itulah keberuntungan yang besar… (Q .61:10-12)

Jadi, Allah harus membuat sebuah pernyataan tambahan. Ketika mengutip Talmud, Ia memasukkan kalimat “bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi,” dalam ayat itu. Pernyataan tambahan ini tidak pernah eksis dalam teks original Talmud.

Dengan pernyataan tambahan ini, para pengikutnya diberi kebebasan untuk merampok dan membunuh non-Muslim. Mereka yang menolak dan menentang Islam, dianggap sebagai orang-orang yang menyebarkan kerusakan di bumi.

Kata “menyebarkan kerusakan” adalah terjemahan dari kata “fitnah”, yang artinya ‘berbeda pendapat’, ‘oposisi’, ‘berontak terhadap otoritas’. Jika pendapat anda bertolak belakang dengan Islam atau anda menentangnya, maka anda menyebabkan pemberontakan dan menyebarkan kerusakan. Anda dianggap sedang memeranginya. Perang ini tidak harus merupakan perang yang diisi dengan kekerasan. Ketika anda menyatakan ketidaksetujuan anda terhadap Islam, itu sama saja dengan anda sedang memeranginya. Jika anda mengkritik Islam atau mengkotbahkan iman lain di luar Islam kepada orang-orang Muslim, maka anda menyebabkan timbulnya pemberontakan.

Apa hukuman bagi mereka yang menyebarkan kerusakan?

“Hukuman bagi mereka yang berperang melawan Allah dan Utusannya, serta menyebabkan kerusakan bagi komunitas Muslim adalah: eksekusi atau penyaliban, atau memotong tangan dan kaki dari arah berlawanan, atau dibuang dari negeri: Inilah kehinaan yang akan mereka alami dalam dunia, dan sebuah hukuman yang sangat berat di kehidupan sesudah mati.”

Jadi, satu-satunya ayat yang seringkali dikutip oleh orang-orang Muslim yang mengatakan bahwa Muhammad melarang untuk membunuh orang-orang Yahudi, secara salah. Kesalahan mereka adalah menganggap bahwa itu adalah firman dari Allah dan berisi sebuah penjelasan tambahan, yang mengijinkan orang-orang Muslim untuk membunuh mereka yang tidak setuju dengan Islam.

Muhammad SAW : Mitos atau Fakta Sejarah?

MUHAMMAD: MITOS ATAU FAKTA SEJARAH?

Pendahuluan

Bahasan kita akan dimulai dari peristiwa kelahiran Muhammad, yang menurut Tradisi Islam terjadi pada saat percobaan penyerangan kota Mekkah oleh Raja Abraha dengan pasukannya yang menunggang gajah. Benarkah kejadiannya sejarahnya seperti demikian? Atau kisah kelahirannya hanya mitos dan legenda belaka ? Ini akan dibahas di bab 1.

Setelah itu kita akan beralih pada keberadaan kota Mekkah sendiri, yang menurut klaim Tradisi Islam sebagai kota perdagangan, bahkan induk peradaban dunia. Apakah Mekkah dan Kaabah memang telah ada semenjak sebelum kelahiran Islam? Apakah yang ada di balik ritual haji ? Ini akan dibahas di bab 2 & 3.

Menyoal kelahiran Muhammad, dan kota Mekkah, kita akan membahas benar tidaknya keberadaan suku Quraisy yang menurut Tradisi Islam, adalah suku yang berkuasa di Mekkah dan diserahi tanggung jawab untuk mengurusi Kaabah. Beberapa topik besar ini akan dibahas di bab 4.

Kemudian di bab 5 kita akan mencari kemungkinan penggambaran tempat yang dideskripsikan sebagai Mekkah yang sebenarnya, yang diduga bukan terletak di provinsi Hijaz di Arab pusat sekarang. Juga kita akan mencari kemungkinan dimana tempat seseorang yang nantinya akan dikenal sebagai Muhammad, Nabi dari Arab ini. Yang tentunya, menurut analisa historis yang tajam, bukan barasal dari Mekkah.

Di Bab 6 kita akan membuka tirai-tirai yang menyelimuti sosok Muhammad.

Siapakah kira-kira model-model yang dijadikan penggambaran sosok Muhammad dalam Tradisi Islam? Apakah keberadaannya bisa dibuktikan dari data
historis? Kalau tidak, sosok Muhammad hanya berupa kisah buatan belaka yang dikarang 200 tahun setelah pergerakan Arab di Jazirah Arab, demi untuk menutupi lubang besar kesejarahan keberadaannya.

Pada Bab 7 kita akan mendalami arti dan signifikansi kata Muhammad itu sendiri pada awalnya, jauh sebelum dibentuk oleh Tradisi Islam di jaman Dinasti Abassid. Menyadari betapa jarangnya kata Muhammad tertulis dalam Alquran, membuat para ulama di abad 8 berlomba-lomba mengumpulkan kisah-kisah kabar burung tentang Nabi ini. Benarkah Muhammad adalah Sang Penghibur yang dijanjikan dalam Injil Yohanes? Kita akan melihat pembahasan tersebut di bab ini.

Dan terakhir pada bab 8 kita akan menguak rahasia Prasasti di Kubah Batu, benarkah prasasti ini dibuat di jaman Abdul Malik atau jaman sesudahnya? Dan tentu saja terakhir berakhir pada kesimpulan. Semoga artikel-artikel ini dapat menjadi pemikiran-pemikiran bernas dalam khazanah berpikir anak-anak bangsa kita.


Buku ini diterjemahkan oleh Badrayana
dikutip dari : Indonesia Faithfreedom

Daftar Isi untuk bacaan (klik saja daftar bab-babnya)
Muhammad : Mitos atau Fakta Sejarah ? Pendahuluan

  1. Bab I : Muhammad : Mitos atau Fakta Sejarah ? 
  2. Bab II : Muhammad : Mitos atau Fakta Sejarah ? 
  3. Bab III : Muhammad – Mitos Sejarah atau Fakta Sejarah
  4. Bab IV : Muhammad – Mitos Sejarah atau Fakta Sejarah
  5. Bab V – Muhammad : Mitos atau Fakta Sejarah ? 
  6. Bab VI : Muhammad : Mitos atau Fakta Sejarah ? 
  7. Bab VII : Muhammad : Mitos atau Fakta Sejarah ? 
  8. Bab I : Muhammad : Mitos atau Fakta Sejarah ? 

Hadist-Hadist Lucu – Part 1

Kumpulan hadist-hadist lucu dan tidak masuk akal

Part 1 :

dikutip dari : Indonesia Faith Freedom
Hadist Bukhari dan Muslim adalah hadist sahih atau kebenarannya paling tinggi.

Yang salah perutnya

Sahih Bukhari 7.71.614

Diriwayatkan oleh Abu Said: seseorang datang pada sang nabi dan berkata, ‘Saudaraku perutnya sedang sakit.”  Sang Nabi berkata, “Suruh dia minum madu.” Orang itu datang lagi dan berkata, “Sudah kusuruh minum madu tapi malah tambah parah.” Sang nabi lalu berkata, “Allah telah mengatakan yang  sesungguhnya, perut saudaramu yang berbohong.”

Monyet syariah

Sahih Bukhari 5.58.188

Diriwayatkan ‘Amr bin Maimun: Ketika perioda pra-islam, jaman jahilliyah, aku melihat monyet betina dikelilingi  oleh sejumlah monyet2 lain. mereka semuanya sedang merajam monyet betina itu, karena monyet itu telah melakukan zinah. Akupun ikut merajamnya.

Jangan-jangan Muhammad adalah vampire

Sahih Bukhari 1.12.815

Diriwayatkan oleh Abdul Aziz. Seseorang bertanya pada Anas, “Apa yang kau dengar dari sang Nabi tentang bawang putih?” Dia berkata, “Sang Nabi bersabda, ‘Siapapun yang memakan tumbuhan ini jangan dekat2 kami atau sholat bersama kami.”

Makanan kesenangan karena dimakan rasul

Sahih Bukhari 4.56.779

Diriwayatkan oleh Abdullah:
Kami biasa menganggap mukjijat dari Allah sebagai berkat, tapi kalian menganggapnya sebagai peringatan. Sekali waktu kami bersama Rasulallah dalam sebuah perjalanan, dan kami kekurangan air. Dia berkata “Bawa sisa air yang ada padamu” Orang2 membawa sisa air yg sedikit dalam tempat minum mereka. Dia menempatkan air2 itu ditangannya dan berkata “Kemarilah air berkat dan berkat itu dari Allah.” Kulihat air mengalir dari jari2 Rasulallah, dan tanpa ragu lagi,  kudengar MAKANAN² JUGA MEMUJI² ALLAH, ketika dimakan (oleh Rasul).

Kenal sama batu tertentu

Sahih Muslim 30.5654

Jabir b. Samura melaporkan
bahwa Rasulallah berkata: Aku mengenal sebuah batu di Mekah yang selalu menyaluti (menghormat) aku sebelum aku menjadi seorang nabi dan sekarangpun aku masih bisa mengenalinya.

LAWAN KAUM BERHALA (POLITEIS) DENGAN MEMOTONG KUMIS, APA HUBUNGANNYA?

Sahih Muslim 2.500; 2.501

Ibn Umar berkata: Rasullallah berkata: Perangilah kaum berhala, potong kumis dan tumbuhkan jenggot

Jilatin dong jariku

Sahih Bukhari 7.65.366

Diriwayatkan oleh Ibn Abbas:

Sang nabi berkata, ‘jika kamu makan, jangan membersihkan tanganmu sebelum kau jilati lebih dulu, atau dijilati oleh orang lain.’

Peralatan minum dari perak berbahaya

Sahih Bukhari 7.69.538

Diriwayatkan oleh Um Salama (istri sang nabi):
Rasulallah berkata, “Dia yang minum dalam peralatan perak hanya memenuhi perutnya dengan api neraka.”

ALLAH MENGAJAR ADAM NAMA² KENTUT

Tabari I.267

Dan Allah mengajarkan Adam semua nama2 segala sesuatu seperti: Dia mengajarkan nama dari segala sesuatu, hingga kentut besar dan kentut kecil.

CAT RAMBUTMU

Sahih Bukhari 7.72.786

Diriwayatkan Abu Huraira: Sang Nabi berkata, “Yahudi dan Kristen tidak mengecat rambut mereka jadi kau harus melakukan kebalikan dari yang mereka lakukan.”

DILARANG PAKE SEPATU SEBELAH

Sahih Bukhari 7.72.746

Diriwayatkan oleh Abu Huraira: Rasulallah berkata, “Tak seorangpun boleh berjalan memakai sepatu sebelah saja, dia harus memakai dua-duanya atau tidak pakai sama sekali.”

ALLAH SUKA GANJIL

Sahih Bukhari 8.75.419

Diriwayatkan oleh Abu Huraira: Allah punya 99 nama, yakni seratus kurang satu, dan siapapun yang percaya arti²nya dan bertindak sesuai itu, akan masuk surga; dan Allah itu satu dan suka angka ganjil.

PENGIKUT KURANG AJAR

Sahih Bukhari 1.4.158

Diriwayatkan oleh Abdullah:
Nabi keluar untuk buang air besar dan memintaku mencari tiga batu utk cebok. Aku hanya menemukan dua batu, kucari batu yang ketiga tapi tak ketemu. Jadi kuambil saja TAHI KERING dan kuberikan padanya. Dia mengambil dua batu itu dan membuang TAHI KERING sambil berkata, “Ini benda kotor dan bau!!”

SALAH DOA (ATAU ALLAH YANG O’ON?)

Sahih Bukhari 2.17.127

Diriwayatkan oleh Sharik:
Anas bin Malik berkata, “Seseorang memasuki masjid dihari Jum’at lewat pintu yang menghadap Daril-Qada’ dan Rasul Allah sedang membawakan Khotbah. Orang itu berdiri dihadapan Rasul dan berkata, “O Rasul, ternak sedang sekarat dan jalan2 terpotong, please berdoa pada Allah utk meminta hujan.” Jadi Rasul mengangkat kedua tangannya dan berkata, ‘O Allah! Berkati kami dengan hujan. O Allah! Berkati kami dengan hujan. O Allah! Berkati kami dengan hujan.” Anas menambahkan, “Demi Allah, saat itu tidak ada awan dilangit dan tidak ada rumah atau bangunan antara kami dengan gunung Silas”. Lalu sebuah awan besar muncul seperti perisai muncul dibelakang gunung itu dan ketika sampai keatas kami, turun hujan. Demi Allah kami tidak melihat matahari selama seminggu. Jum’at berikutnya, seseorang masuk lewat pintu yang sama dan Rasul sedang khotbah, orang itu berdiri dihadapannya dan berkata, “O Rasulallah! Ternak2 sedang sekarat dan jalan2 terpotong. Please berdoa pada Allah utk menghentikan hujan.’ Anas menambahkan, “Rasulallah mengangkat kedua tangannya dan berkata, ‘O Allah! Hujan disekeliling kita bukan diatas kita, O Allah! di Padang, di gunung dibukit, dilembah dan ditempat2 dimana pohon tumbuh.'” Anas menambahkan “Hujan berhenti dan kami keluar, dibawah sinar matahari” Sharik bertanya pada Anas apakah itu orang yang sama yang meminta hujan Jum’at sebelumnya. Anas menjawab tidak tahu.

MINUM TIDAK BOLEH SAMBIL BERDIRI

Sahih Muslim B23 #5022:

Abu Huraira melaporkan:
Rasulallah berkata: tak seorangpun kalian boleh minum sambil berdiri; dan jika terlupa, dia harus muntahkan.

JUS LALAT

Sahih Bukhari V5 B54 #537

Nabi berkata “Jika ada lalat masuk minumanmu, dia harus benamkan lagi kedalam minuman itu, karena sebelah sayapnya mengandung penyakit dan sayap sebelah lagi mengandung obat utk penyakit itu.”

SETAN KOST DILUBANG HIDUNG

Sahih Muslim B2 #462

Abu Huraira melaporkan: Rasulallah berkata. Jika kalian bangun tidur dan melakukan wudhu, dia harus membersihkan hidungnya tiga kali, karena setan telah menginap dilubang hidungnya.

BENDERA DIPANTAT

Sahih Muslim B19 #4309

Abu Sa’id melaporkan bahwa rasulallah berkata: Dihari kiamat akan ada bendera ditempelkan pada pantat setiap orang yang bersalah telah melanggar keimanan.

BATU NGADU

Sahih Bukhari V4 B52 #117

Rasulallah berkata, “Kiamat tidak akan tiba sampai kalian memerangi yahudi, dan batu dimana orang2 yahudi sembunyipun akan berkata, ‘O muslim! Ada yahudi sembunyi dibelakangku, bunuhlah dia.”

ORANG NGANTUK DIKETAWAIN SETAN

Sahih Bukhari V8 B73 #242

Nabi berkata, “Allah suka dengan bersin dan tidak suka dengan menguap, jadi jika ada orang bersin lalu memuji Allah, maka menjadi kewajiban setiap muslim yang mendengarnya utk berkata: Yarhamukallah (Semoga Allah mengampunimu).  Tapi mengenai menguap, itu dari setan, jadi setiap orang harus berusaha menghentikannya jika ada yang menguap, jika orang cuma berkata ‘Ha’ ketika ada yang menguap, Setan akan mentertawakannya.

NGAPAIN NIH NABI JILATIN MAYAT?

Sahih Bukhari V2 B23 #360

Nabi mendatangi kuburan Abdullah bin Ubai setelah mayatnya dikubur. Mayat itu dikeluarkan lalu sang Nabi melumurkan ludahnya diseluruh tubuh mayat itu dan memakaikan bajunya sendiri.

Bersambung ke part 2 : klik disini

Hadist-Hadist Lucu – Part 2

Kumpulan hadist-hadist lucu dan tidak masuk akal

Part 2:

dikutip dari : Indonesia Faith Freedom
Hadist Bukhari dan Muslim adalah hadist sahih atau kebenarannya paling tinggi.

NGAPAIN NIH NABI JILATIN MAYAT?

Sahih Bukhari V2 B23 #360
Nabi mendatangi kuburan Abdullah bin Ubai setelah mayatnya dikubur. Mayat itu dikeluarkan lalu sang Nabi melumurkan ludahnya diseluruh tubuh mayat itu dan memakaikan bajunya sendiri.

MENTEGA RASA TIKUS

Sahih Bukhari V7 B67 #447
Mengenai binatang, misal tikus atau binatang lain yang masuk kedalam minyak atau mentega: Saya diberitahu bahwa jika ada tikus masuk kedalam mentega dan mati didalamnya, sang Nabi memerintahkan mentega disekeliling tikus itu untuk dibuang dan mentega sisanya bisa dimakan. /span>

APA HUBUNGANNYA, NABI?

Sahih Bukhari Volume 006, Buku 060, No. 466.
Diriwayatkan oleh Abdullah bin Zama:
dia mendengar nabi berdawah dan menyebut-nyebut tentang unta betina dan orang yang mengikatnya. Rasulallah berkata:  “ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka (utuk mengikat unta betina) (91.12). Lalu dia berkata, “Seorang yang kuat sangat jarang dan yang menikmati perlindungan kaumnya seperti Abi Zama yang maju mengikatnya.  ”Nabi lalu menyebut tentang wanita (dalam dawahnya). “Tidak bijak bagi siapapun utk memecuti istrinya seperti
terhadap budak, lalu dia menidurinya dimalam itu juga.” Lalu dia memerintahkan mereka agar jangan menertawai yang kentut dan berkata “Kenapa orang mentertawai sesuatu yang dia sendiri suka lakukan?”

BALAS DENDAM PADA KADAL
Sahih Bukhari V4 B55 #579

Rasulallah memerintahkan bahwa kadal harus dibunuh dan berkata “Karena Kadal pernah menyemburkan api pada Abraham.”

ULAR ABORSI

Sahih Bukhari V4 B54 #527
Nabi berkata, “Bunuh ular bergaris putih dipunggungnya, karena akan membuat buta yang melihat dan menyebabkan aborsi.”

KORMA AJAIB

Sahih Bukhari V 7 B65 #356
Rasulallah berkata, “Mereka yang makan tujuh Kurma Ajwa setiap pagi, tidak akan terpengaruh oleh racun atau sihir dihari mereka makan.”

NABI TAKUT GERHANA

Sahih Bukhari Volume 002, Buku 018, No. 167.

Diriwayatkan oleh Abu Musa: Gerhana Matahari dan nabi bangun, takut bahwa itu saatnya kiamat. Dia masuk mesjid dan sholat dengan Qiyam dan sujud terlama yang pernah aku lihat dia lakukan. Lalu dia berkata, “Pertanda ini dikirim Allah bukan karena ada yg hidup (lahir) atau matinya seseorang, tapi Allah membuat pengikutNya takut dengan itu. Jadi jika kalian melihat yang seperti itu, langsunglah ingat Allah, Serulah Dia dan minta ampunanNya.”

MAU MATI SYAHID? GAMPANG! SAKIT PERUT AJA!

Sahih Bukhari Volume 007, Buku 071, No. 629.
Diriwayatkan oleh Abu Huraira: Nabi berkata, “Dia (seorang muslim) yang mati karena sakit perut adalah seorang martir (Syahid), dan dia yang mati karena wabah adalah seorang martir.”

PENGEN PUNYA ANAK MIRIP SIAPA? NIH RESEPNYA! DARI JIBRIL

Sahih Bukhari Volume 005, Buku 058, No. 275.
Diriwayatkan oleh Anas: Ketika Abdullah bin Salam mendengar kedatangan sang Nabi di Medina, dia datang padanya dan berkata, “Aku akan bertanya padamu tiga hal yang TAK SEORANGPUN TAHU KECUALI SEORANG NABI:
1. Apakah tanda2 pertama dari hari Kiamat?
2. Makanan pertama apa yg dimakan orang disurga?
3. Mengapa seorang anak mirip ayahnya atau ibunya?”

Rasulallah menjawab, “Jibril baru saja memberitahuku jawaban²nya, Tanda pertama Hari Kiamat adalah akan ada api yg menyatukan orang² dari Timur dan Barat; makanan pertama orang disurga adalah hati ikan. Tentang anak yang mirip orang tuanya, jika seorang pria ngeseks dengan istrinya dan orgasme lebih dulu, maka anaknya akan mirip dia dan jika istri yg duluan orgasme, maka anaknya akan mirip istrinya. Mendengar ini Abdullah bin Salam berkata, “Aku bersaksi bahwa tidak satupun patut disembah selain Allah dan bahwa anda sungguh2 Utusan Allah.”

USUS MUSLIM LEBIH SEDIKIT

Hadis Muslim Vol.III,no.5113
Ibn Umar melaporkan bahwa Rasul Allah berkata bahwa muslim makan dengan satu usus, sedangkan kafir makan dengan tujuh usus.

POHON MENANGIS

Hadis Sahih Bukhari Vol.IV no.783
Diriwayatkan oleh Ibn Umar: Sang nabi sering berkhotbah sambil berdiri dekat batang pohon Kurma. Ketika dia dibuatkan tempat duduk, dia lebih memilih duduk. Pohon Kurma itu mulai menangis dan sang Nabi menghampirinya, mengelusnya dengan tangannya agar pohon itu berhenti menangis.

MINUM KENCING UNTA

Hadis Sahih Bukhari Vol.4 no.234
Anas melaporkan: Orang2 suku Uraina datang ke Medina dan sakit karena iklimnya tidak cocok dengan mereka. Jadi sang Nabi memerintahkan mereka untuk menemui penggembala unta dan minum susu dan kencing unta sebagai obat agar mereka sembuh.

MALAIKAT DG 600 SAYAP??

Sahih Bukhari Volume 6 Buku 60 no.380
Abdullah bin Mas’ud melaporkan bahwa Muhammad telah melihat Jibril dengan 600 sayap.

DIKENCINGIN SETAN

Sahih Bukhari Volume 2 Buku 21 no.245
Diriwayatkan oleh Abdullah: Seseorang disebutkan dihadapan sang Nabi dan dia diberitah bahwa dia terus tidur sampai siang dan tidak bangun utk sholat. Nabi berkata, “Setan kencing dikupingnya.”

LHO APA NGGA KEBALIK?

Sahih Muslim Buku 40 no. 6778
Anas b. Malik melaporkan: Surga dipenuhi dengan penderitaan dan Neraka dipenuhi dengan godaan.

NGELUDAHIN ALLAH

Malik Muwatta Buku 014, No Hadis 004.
Yahya meriwayatkan dari Malik dari Nafi dari Abdullah ibn Umar bahwa Rasulallah melihat bekas ludah di dinding arah kiblat dan mengelapnya. Lalu dia mendatangi orang2 dan berkata, “Jangan meludah kehadapanmu ketika sedang sholat Karena Allah ada dihadapanmu ketika kamu sholat.”

SHOLAT MINTA HUJAN? BIAR AFDOL PAKE BAJUNYA DIBALIK!

Sahih Bukhari Volume 002, Buku 017, No Hadis 119.
Diriwayatkan oleh Pamannya ‘Abbas bin Tamim’s : Sang Nabi pergi utk mendirikan Sholat Istisqa (Sholat minta hujan) dan membalikkan bajunya.

BENEEEER NIH???

Sahih Bukhari Volume 002, Buku 017, No Hadis 149.
Diriwayatkan oleh Ibn ‘Umar : Sang Nabi berkata, “Kunci2 bagi pengetahuan yang tak terlihat ada lima, tak satupun yang tahu kecuali Allah. Tak seorangpun tahu apa yang akan terjadi besok; Tak seorangpun tahu apa yg ada dalam rahim (lelaki atau perempuan);  Tak seorangpun tahu apa akan dapat apa besok; Tak seorangpun tahu apa dimana dia akan meninggal; Dan tak seorangpun tahu kapan akan hujan.”

PENGIKUT KURANG AJAR 2

Sahih Bukhari Volume 002, Buku 019, No Hadis 173.
Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Masud : Nabi melantunkan Surat An-Najm (103) di Mekah dan bersujud ketika melantunkannya dan mereka yang bersamanya melakukan yang sama kecuali seorang tua yang mengangkat dan menempelkan batu2 kecil kedahinya dan berkata, “Begini juga sama saja.” Belakangan, kulihat dia mati sebagai kafir.

POTONGAN PAHALA

Sahih Bukhari Volume 002, Buku 020, No Hadis 217.
Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Buraida : ‘Imran bin Husain bercerita. Sekali waktu Abu Ma mar menceritakan bahwa Imran Bin Husain berkata, “Kutanya sang nabi tentang sholat seseorang sambil duku. Dia berkata, ‘Lebih baik jika berdiri; mereka yang sholat sambil duduk hanya mendapat setengah pahala dibanding berdiri; dan mereka yang berdoa sambil tiduran mendapat setengah dari mereka yang sholat sambil duduk.’”

ENAK BENEER!!

Sahih Bukhari Volume 002, Buku 023, No Hadis 340.
Diriwayatkan oleh Anas : Sang Nabi berkata, “Seorang muslim yang tiga anaknya mati sebelum mencapai puber akan diberikan surga oleh Allah karena pengampunanNya bagi dia.”

LHO????

Sahih Bukhari Volume 003, Buku 028, No Hadis 036.
Diriwayatkan oleh Ibn ‘Abbas : Nabi dihalangi utk melakukan umroh, oleh karenanya lalu dia langsung menggunduli rambutnya dan ngeseks dengan istrinya, menyembelih kurban bawaannya dan melakukan umroh tahun berikutnya.

OOOHH, MUNGKIN INI SEBABNYA!!

Sahih Bukhari Volume 003, Buku 028, No Hadis 045.
Diriwayatkan oleh Abu Huraira : Rasulallah berkata, “Sia papun yang melakukan ibadah ke Rumah Allah (Kabah) dan tidak mendekati (ngeseks) dengan istrinya atau tidak melakukan dosa2, dia akan keluar tanpa dosa seperti bayi yang baru lahir.”

BUKANNYA BOTAKIN KEPALA AJA CUKUP!!??

Sahih Bukhari Volume 003, Buku 028, No Hadis 041.
Diriwayatkan oleh ‘Abdur-Rahman bin Abu Layla : Ka’b bin ‘Ujra berkata bahwa Rasulallah berkata padanya (Ka’b), “Mungkin kutu rambutmu menyulitkanmu?” Ka’b menjawab, “Ya! O Rasul.” Rasul berkata, “Gunduli kepalamu lalu puasa tiga hari atau beri makan enam orang miskin atau sembelih kambing kurban satu.”

JADI AJA LUPA DEH!!

Sahih Bukhari Volume 003, Buku 032, No Hadis 240.
Diriwayatkan oleh ‘Ubada bin As-Samit : Nabi keluar utk memberitahu kami tentang malam Lailatul Qodar (malam seribu bulan) tapi ada dua muslim yang sedang bertikai. Jadi, nabi berkata, “Aku keluar utk memberitahumu tentang Malam Lailatul Qodar tapi sianu dan sianu bertengkar, jadi berita tentang itu diambil Allah kembali; meski demikian karena utk kebaikan kalian, carilah malam itu ditanggal 29, 27 dan 25 Ramadhan.

bersambung ke bagian kedua :

Muhammad yang gendut

Muslim seringkali mengatakan Muhammad jarang makan, tidak punya cukup harta untuk makan, dan lain sebagainya untuk menutupi fakta bahwa Muhammad hidup enak karena bergelimangan harta jarahan yang diambilnya dari kafir. Sekarang saya menemukan bukti bahwa sebenarnya Muhammad itu gemuk. Berikut adalah keterangan dari Tafsir Ath-Thabari, volume 6, Sura Aali ‘Imraan dan An-Nisaa’

Image
Image

Keterangan ini bersangkutan dengan Perang Uhud, di mana Muhammad memakai dua baju perang. Tapi Muslim kalah telak melawan pasukan Qurasih dalam perang ini.

Berikut saya cantumkan sebagian kejadian Perang Uhud dan berbagai peristiwa yang memalukan bagi Muhammad dan gerombolan garong Muslimnya. Masih dari tafsir Thabari, volume 6.

Image
Image
Image
Image
Image
Image

Dari buku Sirat Rasul oleh Ibn Ishaq, perkataan Nabi palsu ini lebih memalukan lagi:

Image

Menurut apa yang dikatakan al-Husayn bin ‘Abdu’l-Rahmân bin ‘Amr bin Sa’d bin Mu’âdh padaku dengan ijin dari Mahmúd bin ‘Amr, ketika musuh menyerangnya, sang Rasul berkata, ‘Siapa yang bersedia menjual nyawanya bagi kami?’ (→ maksudnya adalah: MUHAMMAD MEMINTA MUSLIM UNTUK RELA MATI BAGINYA! Tentunya ini dilakukannya dengan suara yang keras agar Muslim yang melarikan diri mendengar suaranya.) Lalu Ziyâd bin al-Sakan datang bersama lima Muslim Ansor (Medina). (Sumber lain mengatakan yang datang adalah ‘Umâra bin Yazid bin al-Sakan.) Mereka berperang membela Rasul dari serangan musuh, sampai semua terbunuh kecuali Ziyâd (atau ‘Umâra) yang terus bertempur sampai dia dilumpuhkan. Pada saat ini, sejumlah Muslim kembali dan mengusir musuh yang menyerang Rasul. Sang Rasul memerintahkan mereka untuk membawa orang itu (Ziyâd (atau ‘Umâra)) padanya dan menempatkan kakinya sebagai penunjang kepalanya dan dia mati dengan wajah di atas kaki Rasul.

Nabi apaan tuh yang malah meminta pengikutnya menjual nyawa dan darah bagi keselamatan si Nabi?
Image

Tambahan keterangan perang Uhud dari Hadis Bukhari:
Image
Image

Hadis di atas dengan sangat jelas menerangkan bahwa sebenarnya motivasi utama Muslim berperang bagi Muhammad adalah karena HARTA JARAHAN. Begitulah sesatnya Muslim karena mengikuti Nabi yang sesat.

Read More


Forum Berdiskusi

Nubuatan Palsu Muhammad Dalam Qur’an dan Hadis

Link terkait

Nubuatan Palsu Muhammad Dalam Qur’an dan Hadis

Sam Shamoun

Alkitab memberikan kita sarana untuk dapat membedakan mana nabi yang benar dan mana nabi yang palsu:

“Tetapi nabi yang lancang berkata-kata di dalam nama-Ku, yang tidak aku perintahkan untuk mengatakannya dan yang berkata dalam nama ilah yang lain, maka nabi itu harus mati. Dan apabila kamu berkata di dalam hatimu: Bagaimanakah kami mengetahui perkataan yang tidak YAHWEH katakan? Yaitu, Apabila seorang nabi berkata demi nama YAHWEH dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak menjadi kenyataan, itulah perkataan yang tidak YAHWEH katakan – nabi itu telah berbicara dengan lancang, maka janganlah takut kepadanya” Ulangan 18:20-22.

Berdasarkan apa yang dikatakan Tuhan dalam ayat-ayat sebelumnya, kita akan menguji beberapa prediksi yang dibuat Muhammad dalam Qur’an dan tradisi-tradisi Islam untuk melihat apakah ia lulus dari pengujian Tuhan.

Berkenaan dengan Penaklukkan Roma Terhadap Persia

Sura 30:2-4: “Telah dikalahkan bangsa Rumawi di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi).”

Sebagaimana dinyatakan dalam nubuatan tersebut, Kerajaan Byzantium memang mengalami kemenangan terhadap bangsa Persia yang pada awalnya telah mengalahkan mereka. Namun ada beberapa permasalahan mendasar sehubungan dengan nubuatan ini:

  • Menurut Yusuf Ali, bahasa Arab untuk “dalam beberapa tahun lagi”, yaitu Bidh’un, mengandung pengertian suatu periode antara 3 sampai 9 tahun (bukan sepuluh atau belasan keatas); namun menurut catatan sejarah kemenangan itu tidak mereka alami hingga hampir 14 tahun kemudian. Orang Persia mengalahkan Byzantium dan menawan Yerusalem pada sekitar tahun 614 atau 615 M. Serangan balasan Byzantium tidak dimulai hingga 622 M dan kemenangan itu tidak dicapai sepenuhnya hingga 628 M, sehingga seluruhnya menjadi suatu periode antara 13 hingga 14 tahun, bukan hanya “beberapa tahun” seperti yang dikemukakan Qur’an.
  • Sejarawan dan komentator Muslim yang terkemuka, al-Tabari, berpendapat kemenangan Roma terjadi pada 628 M (6 Hijriah), tepat setelah penandatanganan perjanjian Hudaiybiya:

Menurut Ibn Humayd – Salamah – Muhammad b. Ishaq – Ibn Shihab al-Zuhri -‘Ubaydallah b. ‘Abdullah b. ‘Utbah b. Mas’ud – ‘Abdullah b. ‘Abbas – Abu Sufyan b. Harb, yang mengatakan:

“Saudara-saudara, kami hanyalah pedagang. Perang antara kami dengan Rasul Allah telah menghalangi perjalanan kami, sehingga kesehatan kami merosot. Setelah perjanjian damai antara kami dengan Rasul Allah, kami takut kami tidak akan mendapatkan keamanan. Saya pergi ke Syria dengan sekelompok pedagang Quraysh. Tujuan utama kami adalah Gaza, dan kami tiba pada saat Heraclius menang atas orang Persia yang ada di negerinya – ia mengusir mereka dan mengambil kembali Salib Besarnya dari mereka, yang telah mereka rampas. Setelah menyelesaikan semuanya ini dan setelah menerima berita bahwa salibnya telah diselamatkan dari mereka (saat itu ia tinggal di Hims), ia pergi kesana berjalan kaki sambil bersyukur kepada Tuhan yang telah mengembalikan salib itu kepadanya, dan dapat berdoa di Yerusalem. Karpet-karpet digelarkan baginya, dan dedaunan wangi ditebarkan di atasnya. Ketika ia tiba di Yerusalem dan melaksanakan ibadah – ia disertai para komamndan militernya dan kaum bangsawan Roma – ia bangun dengan bersusah hati di suatu pagi sambil memandangi langit…” (The History of Al-Tabari: The Victory of Islam, diterjemahkan oleh Michael Fishbein [State University of New York Press, Albany 1997], Volume VIII, h. 100-101; penekanan dengan huruf tebal oleh redaksi)

Catatan kaki penerjemah berbunyi:

436. “Pada 627 Heraclius menginvasi kekaisaran Persia, dan pada bulan Desember tahun itu memperoleh kemenangan yang besar dekat Niniweh kuno, tetapi harus mundur tidak lama setelah itu. Namun demikian, pada Februari 628, Kaisar Persia dibunuh, dan putranya yang menggantikannya menginginkan damai. Tetapi sekitar 628 Heraclius menganggap dirinya sendiri telah menang, namun negosiasi mengenai evakuasi kekaisaran Byzantium oleh bangsa Persia tidak selesai hingga Juni 629. Pada September 629 Heraclius memasuki Konstantinopel sebagai pemenang, dan pada Maret 630 mengembalikan Jalan Suci ke Yerusalem” (Watt, Muhammad at Medina, 113-114). Lihat juga Ostrgorsky, History of the Byzantine State, 103-4. (Ibid., penekanan oleh penulis).

Kumpulan Hadis al-Bukhari memberikan keterangan lebih lanjut bahwa kunjungan Abu Sufyan dengan Heraclius terjadi setelah penandatanganan perjanjian Hudaiybiya:

Dikisahkan oleh Abdullah bin ‘Abbas:

Bahwa Abu Sufyan bin Harb memberitahukannya bahwa Heraclius memanggilnya dan para anggota karavan dari Quraysh yang telah berangkat ke Sham sebagai pedagang, selama kesepakatan damai yang dibuat Rasul Allah dengan Abu Sufyan dan orang-orang kafir Quraisy. (Sahih al-Bukhari, Volume 4, Buku 53, Nomor 399)

Watt mengemukakan kemenangan utuh Roma pada 630 M, limabelas hingga enambelas tahun setelah nubuatan Muhammad!

  • Teks asli Qur’an tidak mempunyai huruf hidup. Jadi, kata Arab Sayaghlibuna, “mereka akan mengalahkan,” dapat dengan mudah tertukar artinya, dengan mengubah dua huruf hidup, menjadi Sayughlabuna, “mereka (yaitu bangsa Roma) akan dikalahkan.” Oleh karena huruf hidup tidak ditambahkan beberapa waktu setelah peristiwa ini, sangatlah mungkin si penulis dengan sengaja bermain-main dengan teks tersebut, memaksakan teks tersebut seolah menjadi sebuah pernyataan profetis (nubuatan ilahiah).

Kenyataan ini diperkuat oleh komentator Muslim al-Baidawi. C.G. Pfander menyebutkan komentar Baidawi dalam berbagai bacaan di seputar teks ini:

“Tetapi Al Baizawi mengaburkan keseluruhan argumen orang Muslim dengan memberi informasi pada kita mengenai beberapa varian pembacaan ayat-ayat dari Suratu’r Rum. Ia mengatakan pada kita bahwa ada yang membaca غَلَبَتِ dan bukannya seperti biasanya, غُلِبَتِ, danسَيُغْلَبُونَ alih-alih سَيَغْلُبُونَ. Maknanya kemudian akan menjadi: ‘Orang-orang Byzantium telah menaklukkan bagian terdekat negeri itu, dan mereka akan dikalahkan dalam beberapa tahun’. Jika ini adalah pembacaan yang tepat, maka kisah pertemuan Abu Bakr dengan Ubai pasti hanya sebuah dongeng, oleh karena Ubai sudah wafat jauh sebelum orang Muslim mulai mengalahkan Byzantium, dan bahkan jauh sebelum kemenangan-kemenangan Heraclius atas Persia. Ini menunjukkan betapa tradisi-tradisi semacam itu tidak dapat dipercayai. Penjelasan yang diberikan Al Baizawi adalah, orang-orang Byzantium menjadi para penakluk ‘negeri Syria yang terairi dengan baik’ (على ريف آلْشام), dan teks tersebut menubuatkan orang Muslim segera akan mengalahkan mereka. Jika artinya seperti ini, maka tradisi yang mencatat ‘turunnya’ ayat-ayat itu sekitar 6 tahun sebelum Hijrah pastilah salah, dan teks itu paling awal bertanggal 6 Hijriah. Sudah jelas bahwa, oleh karena huruf hidup tidak digunakan ketika Qur’an pertama kalinya ditulis dalam huruf Kufik, tidak seorangpun dapat memastikan yang manakah dari dua pembacaan tersebut yang benar.

Kita telah melihat ada banyak ketidakpatian mengenai: (1) Tanggal ayat-ayat tersebut ‘diturunkan’, (2) Pembacaan yang benar, dan (3) Maknanya, sehingga sangat mustahil untuk menunjukkan bahwa teks tersebut memuat nubuatan yang telah digenapi. Oleh karena itu, teks tersebut tidak dapat dijadikan bukti nubuat kenabian Muhammad”. (C. G. Pfander, Mizan-ul-Haqq – The Balance of Truth, revised and enlarged by W. St. Clair Tisdall [Light of Life P.O. Box 18, A-9503, Villach Austria], h. 279-280; penekanan oleh penulis)

Dengan keadaan ini, seorang Muslim tidak dapat dengan yakin mengatakan pada kita pembacaan teks mana yang benar dan dengan demikian tidak dapat meyakinkan kita bahwa ayat ini aslinya menubuatkan kemenangan Byzantium atas Persia. Bahkan ini memberikan kita nubuat yang (ternyata) palsu dalam Qur’an.

  • Kita menjadi heran melihat nubuat dari Tuhan tidak dapat memerinci waktu kemenangan yang dialami, mengingat Tuhan itu Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana, yang telah menetapkan akhir dari sebuah permulaan. Ketika Tuhan memerinci suatu kerangka waktu sebagai sebuah bagian yang penting dari nubuatan maka kita mengharapkan ketepatan waktu, bukan menerka-nerka tanpa juntrung. Apabila Tuhan menebak orang Byzantium pada suatu ketika akan menang, yaitu dalam “beberapa tahun” (yang ternyata nyasar kebelasan tahun) dan bukannya menetapkan tahun yang pasti, itu tidaklah konsisten dengan keyakinan akan Dia yang Maha Kuasa dan Maha Hadir. Dengan demikian, tidak mungkin Tuhan yang sejati membuat nubuatan semacam itu.

Menariknya, frase “beberapa tahun” malahan semakin mendiskreditkan nubuatan ini. Abu Bakr meyakini istilah “beberapa tahun” berarti orang-orang Byzantium akan memperoleh kemenangan dalam waktu 3 tahun:


“Teks ini berkenaan dengan kekalahan orang-orang Byzantium di Syria oleh orang Persia di bawah Khusran Parvis (615 M, enam tahun sebelum Hijrah). Namun demikian, kekalahan orang Persia segera akan terjadi ‘dalam satu atau dua tahun’. Berdasarkan prediksi ini, Abu Bakr membuat taruhan dengan Ubai-ibn-Khalaf bahwa prediksi ini akan digenapi dalam tiga tahun, tetapi ia dikoreksi oleh Muhammad yang menyatakan bahwa ‘satu dua tahun’ artinya antara 3 dan 9 tahun (Al-Baizawi)”. Orang Muslim mengatakan pada kita bahwa orang Byzantium mengalahkan musuh-musuh mereka dalam tempo 7 tahun. Namun demikian, kenyataannya orang Byzantium mengalahkan Persia pada 628 M (komentari Al-Baizawi). Ini 12 tahun tahun setelah nubuat Muhammad. Akibatnya teks ini tidak memenuhi kualifikasi sebuah nubuat, terutama lagi peristiwanya sangat mudah ditebak”. (Gerhard Nehls, Christians Ask Muslims [Life Challenge, SIM International; Africa, 1992], h. 70-71)

Saat memasuki Mekkah Sura 48:27 memberikan janji berikut ini:

“Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidilharam, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat.”

Ayat ini diwahyukan sehubungan dengan kegagalan usaha orang Muslim masuk ke Mekkah untuk melaksanakan Tawaf (ritual dalam ibadah Haji yaitu berlari di antara 2 gunung yang dianggap sebagai peringatan peristiwa Hagar menimba air untuk Ismail).

Dalam perjalanan mereka ke Ka’bah, mereka bertemu dengan utusan Mekkah yang dipimpin Suhail b. Amr yang melarang orang Muslim menyelesaikan perjalanan mereka. Pertemuan ini kemudian berujung pada penandatanganan perjanjian Hudaibiya.

Beberapa permasalahan timbul dari keseluruhan insiden ini. Pertama, pada penandatanganan perjanjian Hudaibiya, Muhammad sepakat dengan kaum pagan Mekkah untuk mengembalikan pada mereka orang-orang yang telah memeluk Islam. Pada saat yang sama Muhammad juga tunduk kepada tuntutan mereka untuk menggantikan tanda tangannya ‘Muhammad, Rasul Allah’ dengan ‘Muhammad, putra Abdullah’ sehingga ia diijinkan untuk berziarah ke Mekkah pada tahun berikutnya. Berikut ini diambil dari Sahih al-Bukhari, Volume 3, Buku 50, Nomor 891:

“Ketika Suhail bin Amr datang, Nabi berkata, ‘Kini masalahnya sudah menjadi mudah’. Suhail berkata kepada Nabi, ‘Buatlah perjanjian damai dengan kami’. Jadi, Nabi memanggil juru tulis dan berkata kepadanya, ‘Tulislah: Demi nama Allah, Yang Maha Pengasih dan Maha Pemurah’. Suhail berkata, ‘Mengenai kata Maha Pemurah, demi Allah, aku tidak tahu apa artinya. Jadi tulislah: Demi nama-Mu ya Allah, seperti yang biasa kau tulis sebelumnya’. Orang Muslim berkata, ‘Demi Allah, kami tidak akan menulisnya kecuali: Demi nama Allah, Yang Maha Pengasih dan Maha Pemurah’. Nabi berkata, ‘Tulislah: Demi nama-Mu ya Allah’. Kemudian ia mendikte, ‘Inilah perjanjian damai yang telah dibuat Muhammad, Rasul Allah’. Suhail berkata, “Demi Allah, jika kami tahu engkau adalah Rasul Allah kami tidak akan mencegahmu mengunjungi Kabah, dan tidak akan memerangimu. Jadi, tulislah: ‘Muhammad bin Abdullah’. Nabi berkata, ‘Demi Allah! Aku adalah Rasul Allah sekalipun kalian tidak mempercayaiku. Tulislah: ’Muhammad bin Abdullah.’ (Az-Zuhri berkata, ‘Nabi menerima semuanya, karena sebelumnya ia telah mengatakan bahwa ia akan menerima semua tuntutan mereka jika itu sejalan dengan ketetapan Allah’, (yaitu dengan mengijinkannya dan para sahabatnya untuk melaksanakan Umroh). Nabi berkata kepada Suhail, ‘Dengan syarat engkau mengijinkan kami mengunjungi Rumah (yaitu Kabah) supaya kami dapat melakukan Tawaf di sekelilingnya’. Suhail berkata, ‘Demi Allah, kami tidak akan (mengijinkanmu tahun ini) agar tidak memberi kesempatan kepada orang-orang Arab untuk mengatakan bahwa kami telah menyerah kepada kalian, tetapi kami akan mengijinkan kalian tahun depan’. MAKA, NABI MENYURUH UNTUK MENULISKAN HAL ITU.
“Kemudian Suhail berkata, ‘Kami juga mendesak agar kalian mengembalikan pada kami siapapun yang datang pada kalian dari kami, sekalipun ia telah memeluk agama kalian’. Orang Muslim berkata, ‘Dimuliakanlah Allah! Bagaimanakah orang seperti itu dikembalikan kepada pagan setelah ia menjadi Muslim?’” (penekanan dengan cetak tebal oleh penulis).

Salah seorang yang dari mereka yang dipaksa kembali ke Mekkah dengan kaum pagan adalah Abu Jandal. Dalam Sirat Rasulullah (The Life of Muhammad, terj. Alfred Guillaume, Oxford University Press), h. 505, karangan Ibn Ishaq, dikatakan:

‘Ketika Suhayl (perwakilan orang Mekkah dan tokoh dalam perjanjian tersebut) melihat Abu Jandal, ia berdiri dan menampar wajahnya dan mencengkeram kerah bajunya, dan berkata, ‘Muhammad, kesepakatan diantara kami telah disetujui sebelum orang ini datang kepadamu’. Ia menjawab, ‘Engkau benar’. Ia mulai menariknya dengan kasar dengan mencengkeram kerah bajunya dan menyeretnya, mengembalikannya kepada Quraisy, sementara Abu Jandal menjerit sambil tercekik, ‘Apakah aku akan dikembalikan kepada para penganut politeis supaya mereka dapat membuat aku berpaling dari agamaku wahai orang Muslim?’ Dan itu menambah kemarahan orang banyak’” (penekanan oleh penulis).

Dan:

‘Sementara mereka dalam keadaan ini Abu–Jandal bin Suhail bin ‘Amr datang dari lembah Mekkah gemetaran dan tersungkur di tengah orang Muslim. Suhail berkata, ‘Wahai Muhammad! Inilah persyaratan pertama dalam perjanjian damai kami dengan engkau, yaitu engkau akan mengembalikan Abu Jandal kepadaku’. Nabi berkata, ‘Perjanjian damai itu masih belum ditulis’. Suhail berkata, ‘Aku tidak akan pernah mengijinkanmu tetap menahannya’. Nabi berkata, ‘Ya, lakukanlah’. Ia berkata, ‘Aku tidak akan melakukannya: Mikraz berkata, ‘Kami mengijinkanmu (menahannya)’. Abu Jandal berkata, ‘Wahai orang Muslim! Apakah aku akan dikembalikan kepada orang-orang pagan walaupun aku telah menjadi Muslim? Tidakkah kalian melihat betapa aku telah menderita?’

Sebelumnya Abu Jandal telah disiksa dengan sangat berat demi tujuan Allah (Sahih al-Bukhari, Volume 3, Buku 50, Nomor 891)

Kita harus bertanya apakah Musa pernah mengembalikan seorang petobat (terutama seorang Mesir) kembali kepada Firaun yang menyembah berhala untuk menyenangkannya dan mendapatkan apa yang diinginkannya? Apakah Yesus pernah mengkompromikan kebenaran Tuhan dengan bersepakat dengan orang Farisi dan mengembalikan para pencari kebenaran yang bukan Yahudi agar Ia dapat diterima oleh dewan pemerintahan Yahudi? Apakah Musa atau Yesus akan bertindak sejauh itu dengan menyangkali kerasulan mereka untuk memuaskan tuntutan kaum pagan? Akankah orang-orang ini menolak memuliakan Tuhan yang sejati dalam cara yang diperintahkan Sang Pencipta dan tunduk kepada permintaan orang-orang yang tidak percaya untuk menyebut nama Tuhan sesuai kehendak mereka, seperti yang dilakukan Muhammad?

Seperti dugaan kita, orang Muslim menjadi marah, terutama Umar b. al-Khattab yang menghardik Muhammad:

‘Umar bin al-Khattab berkata, ‘Aku menemui Nabi dan berkata, “Bukankah engkau benar-benar utusan Allah?” Nabi berkata, “Ya, benar”. Aku berkata, “Bukankah jalan kita benar dan jalan musuh kita tidak benar?” Ia berkata, “Ya”. Aku berkata, “Jadi mengapa kita harus rendah hati dalam agama kita?” Ia berkata, “Aku adalah utusan Allah dan aku tidak melanggar perintah-Nya, dan Ia akan membuat aku berkemenangan”’ (Sahih al-Bukhari, Volume 3, Book 50, Number 891)

Kemarahan orang-orang Muslim dapat dibenarkan ketika kita menyadari bahwa Muhammad menjanjikan para pengikutnya akan mempunyai akses ke Mekkah pada tahun itu juga. Ketika hal itu tidak terjadi, Muhammad berusaha membenarkan pernyataannya dengan mengatakan, “Ya, apakah pernah aku mengatakan padamu bahwa kita akan pergi ke Kabah tahun ini?” (Ibid)

Dengan kata lain, oleh karena ia tidak memerinci kapan mereka akan memasuki Mekkah, ini tidak dapat dipandang sebagai nubuat palsu! Ini semata-mata hanyalah sebuah kesalahan oleh karena rombongan orang Muslim sedang dalam perjalanan menuju ke Mekkah ketika perwakilan kaum pagan Arab menghentikan mereka. Pada kenyataannya, salah satu tuntutan Muhammad dalam menandatangani perjanjian itu adalah justru agar kaum pagan mengijinkan orang Muslim menuntaskan perjalanan mereka ke Mekkah untuk melaksanakan Tawaf. Suhail menolak permintaan Muhammad dan malah membuat kesepakatan sehingga orang Muslim dapat masuk ke Mekkah pada tahun berikutnya. Ibn Kathir kemudian mendukung hal ini dalam komentarinya terhadap Sura 48:27 berikut:

“Dalam sebuah mimpi, Rasul Allah melihat dirinya sendiri memasuki Mekkah dan melaksanakan Tawaf di sekitar Rumah. Ia menceritakan pada para sahabatnya mimpi ini ketika ia masih di Al-Madinah. Ketika mereka pergi ke Mekkah pada tahun Al-Hudaybyyah, tak seorangpun di antara mereka meragukan penglihatan Nabi AKAN MENJADI KENYATAAN TAHUN ITU JUGA. Ketika perjanjian damai itu telah disepakati dan mereka harus kembali ke Al-Madinah pada tahun itu, dan diijinkan kembali ke Mekkah pada tahun berikutnya, BEBERAPA ORANG SAHABAT NABI TIDAK MENYUKAI APA YANG TELAH TERJADI. ‘Umar bin Al-Khattab bertanya mengenai HAL INI, dan berkata, ‘Bukankah engkau telah mengatakan pada kami bahwa kita akan pergi ke Rumah dan melaksanakan Tawaf di sekitarnya?’” (Tafsir Ibn Kathir, Abridged, Volume 9, Surat Al-Jathiyah to the end of Surat Al-Munafiqun, Dirangkum oleh sekelompok sarjana di bawah pengawasan Shaykh Safiur-Rahman Al-Mubarakpuri [Darussalam Publishers & Distributors, Riyadh, Houston, New York, London, Lahore; edisi pertama, September 2000], h. 171; penekanan cetak tebal oleh penulis).

Al-Tabari menulis:

“Sementara Rasul Allah menulis dokumen itu – ia dan Suhayl b. ‘Amr – tiba-tiba Abu Jandal, anak Suhayl b. ‘Amr, datang dengan langkah-langkah pendek tergopoh-gopoh. Ia telah berhasil meloloskan diri menemui Rasul Allah. Para sahabat Rasul Allah TIDAK RAGU mereka akan menaklukkan, karena ada visi yang dilihat Rasul Allah. Oleh karena itu, ketika mereka melihat apa yang ada di depan mata mereka – perdamaian, langkah mundur, dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan Rasul Allah – mereka sangat berduka akan hal itu sehingga mereka hampir putus asa. Ketika Suhayl melihat Abu Jandal, ia mendatanginya, menampar wajahnya, dan mencengkeramnya pada bagian atas jubahnya. “Muhammad”, katanya, “perjanjian itu ditandatangani antara aku dan engkau sebelum orang ini datang kepadamu”. “Engkau benar”, jawabnya. Suhayl mulai menarik dan menyeret [anaknya Abu Jandal] pada bagian atas jubahnya untuk mengembalikannya pada kaum Quraysh. Abu Jandal mulai berteriak sekuat tenaganya, “Wahai orang-orang Muslim, akankah aku dikembalikan kepada para politeis agar mereka menyiksaku oleh karena agamaku?” Ini membuat orang-orang merasa semakin marah. Rasul Allah berkata: “Abu Jandal, anggaplah sebagai pahala, karena Allah akan memberimu dan juga orang-orang yang tertindas bersamamu, kelepasan dan jalan keluar. Kami telah mengadakan perjanjian dan damai antara kami dengan orang-orang ini; kami telah berjanji pada mereka dan mereka pun telah berjanji pada kami, dan kami tidak akan berkhianat terhadap mereka”. (The History of Al-Tabari: The Victory of Islam, Volume VIII, h. 86-87; penekanan oleh penulis).

Ini membuktikan bahwa Muhammad sebenarnya percaya ia akan memasuki Mekkah, sebuah rencana yang tidak pernah terwujud. Untuk menyelamatkan mukanya, ia harus menyangkal bahwa ia mengatakan orang Muslim akan masuk ke Mekkah pada tahun itu juga!

Kedua, keadaan diperburuk ketika Muhammad membatalkan perjanjian dengan orang Mekkah dengan menolak mengembalikan petobat-petobat Muslim dari kaum Quraisy. Penolakan ini jelas merupakan pelanggaran terhadap hal-hal yang tercantum dalam dokumen yang telah disetujui Muhammad dan yang ditandatanganinya:

“Umm Khulthum Uqba b. Mu’ayt berpaling kepada Rasul dalam periode ini. Kedua saudaranya ‘Umara dan Walid anak-anak ‘Uqba, datang dan meminta Rasul untuk mengembalikannya kepada mereka sesuai dengan kesepakatan antara ia dengan kaum Quraysh di Hudaybiyya, tetapi ia menolak. Allah melarangnya” (Sirat Rasulullah, p. 509; penekanan oleh penulis).

Dengan demikian Muhammad membenarkan pembatalan sumpahnya dengan mengklaim bahwa itu adalah kehendak Allah. Malangnya bagi orang Muslim, ini akan membuktikan bahwa Tuhan yang disembah Muhammad bukanlah Tuhan dalam Alkitab yang suci, oleh karena mengingkari sumpah sangat tidak diperbolehkan (bdk. Bilangan 30:1-2).

Berdasarkan semua ini kita harus mempertimbangkan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut. Pernahkah Musa tunduk pada permintaan Firaun agar dapat membawa orang Israel keluar dari perbudakan di Mesir? Pernahkah Yesus menyangkali status-Nya sebagai Mesias agar mendapatkan akses ke Bait Suci? Adakah nabi Tuhan yang sejati berkompromi dengan orang-orang tak beriman agar dapat menggenapi kehendak Tuhan? Apakah para nabi ini terus membatalkan sumpah dan janji mereka agar memperoleh keuntungan yang tidak adil terhadap orang-orang yang tak beriman?

Satu masalah terakhir berkenaan dengan semua ini adalah, orang Muslim mengklaim bahwa setiap kata dalam Qur’an diwahyukan secara langsung oleh Allah kepada Muhammad melalui Jibril. Berdasarkan asumsi ini selanjutnya orang Muslim berpendapat tidak ada orang yang dapat menemukan perkataan Muhammad tumpang tindih dengan perkataan Allah. Jika demikian, bagaimana orang Muslim menjelaskan kenyataan bahwa Sura 48:27 memuat pernyataan insya Allah, yaitu “jika Allah menghendaki?” Apakah Allah tidak tahu apa kehendak-Nya? Jika demikian, apakah Ia tidak yakin apakah tujuan-Nya akan tercapai atau tidak sehingga Ia harus melengkapi pernyataan-Nya sendiri dengan frase insya Allah?

Kita dapat mengerti betapa lemahnya manusia yang tidak mengetahui tujuan Tuhan itu boleh melengkapi pernyataan mereka dengan ekspresi “jika Tuhan berkehendak” (bdk. Yakobus 4:13-15). Tetapi jikalau Tuhan sendiri yang membuat kualifikasi semacam itu, ini sangat tidak layak dan tidak masuk akal.

Lebih jauh lagi, jika Allah pada kenyataannya adalah pihak yang sedang berbicara, lalu siapa yang dimaksudkan-Nya ketika Ia mengatakan “jika Allah menghendaki”? Apakah Ia sedang berbicara mengenai diri-Nya sendiri atau orang lain? Jika Ia sedang berbicara mengenai orang lain, lalu ada berapa Allah? Atau barangkali Allah adalah Sosok yang berkepribadian banyak mengingat ada lebih dari satu Pribadi yang membentuk keesaan Allah?

Ini membawa kita pada kesimpulan bahwa nubuat Muhammad bukan hanya tidak terwujud, tetapi motivasi-motivasinya dalam menyampaikan wahyu adalah kekuasaan, uang dan ketenaran. Ayat ini juga sekaligus membuktikan bahwa Allah bukanlah pembuat Qur’an.

Mengenai munculnya Antikristus dan akhir dunia

Muhammad terang-terangan mengklaim bahwa Antikristus (yang disebut Dajjal), akan muncul tidak lama setelah orang Muslim menaklukkan Konstantinopel. Tradisi-tradisi berikut ini diambil dari Sunan Abu Dawud:

Buku 37, Nomor 4281:

Dikisahkan oleh Mu’adh ibn Jabal:

Nabi (SAW) berkata: Kejayaan Yerusalem akan terjadi ketika Yathrib tinggal reruntuhan, kehancuran Yathrib akan terjadi ketika perang besar datang, hasil akhir perang besar adalah penaklukkan Konstantinopel dan penaklukkan Konstantinopel ketika Dajjal (Antikristus) datang. Ia (Nabi) memukul paha atau pundaknya dengan tangannya dan berkata: hal ini benar sebagaimana engkau ada disini atau saat engkau sedang duduk (artinya Mu’adh ibn Jabal)???

Buku 37, Nomor 4282:

Dikisahkan oleh Mu’adh ibn Jabal:

Nabi (SAW) berkata: Perang yang terbesar, penaklukkan Konstantinopel dan kedatangan Dajjal (Antikristus) akan terjadi dalam waktu tujuh bulan.

Buku 37, Nomor 4283:

Dikisahkan oleh Abdullah ibn Busr:

Nabi (SAW) berkata: Waktu antara perang besar dan penaklukan kota (Konstantinopel) adalah tujuh tahun, dan Dajjal (Antikristus) akan datang pada tahun ketujuh.

Berdasarkan hal itu, orang Muslim menaklukkan Yerusalem pada 636 M. Konstantinopel diambil alih oleh orang Muslim pada Mei 1453 M. tetapi nubuat mengenai Yathrib (Medinah) porak poranda dan kedatangan Antikristus yang akan terjadi pada bulan ketujuh setelah penaklukkan Konstantinopel tidak terwujud. Berdasarkan tradisi-tradisi terdahulu, Antikristus diharuskan muncul pada November 1453.

Boleh jadi ada yang ingin berargumen bahwa peristiwa-peristiwa ini mengacu kepada penaklukan-penaklukan di masa depan. Sebagai contoh bisa jadi ada yang mengatakan bahwa Konstantinopel digunakan sebagai sebuah sinonim bagi kekaisaran Kristen Roma. Oleh karena itu, ini menubuatkan orang Muslim akan mengambil alih Roma sebelum Antikristus muncul.

Masalahnya adalah jika Muhammad berbicara mengenai Roma, sederhananya ia hanya menggunakan kata Roma (bahasa Arab: Ar-Rum). Kenyataannya, Roma/Ar-Rum adalah nama untuk Sura ke 30 dalam Qur’an. Jika ia menyebut Konstantinopel atau bahkan Byzantium ia justru akan membuat kesalahan anakronistik (penempatan peristiwa/ orang/benda pada masa yang salah). Lihat pembahasan di atas.

Dengan demikian, berdasarkan faktor-faktor yang ada, kita terpaksa menyimpulkan bahwa nubuat-nubuat Muhammad gagal terwujud, sehingga ini mendiskualifikasinya dari klaim kenabiannya.

Muhammad juga percaya bahwa dunia ini berusia muda dan akan berakhir tidak lama setelah kedatangannya. Kutipan-kutipan berikut ini diambil dari The History of al-Tabari, Volume 1 – General Introduction and from the Creation to the Flood (terj. Franz Rosenthal, State University of New York Press, Albany 1989), penekanan dengan huruf cetak tebal oleh penulis:

“Menurut Ibn Humayd-Yahya b. Wadih – Yahya Ya’qub – Hammad – Sa’id b. Jubayr – Ibn Abbas: Dunia ini adalah salah satu dari sekian banyak minggu dunia yang lain – tujuh ribu tahun. Enam ribu dua ratus tahun telah berlalu. (Dunia ini) pasti akan mengalami ratusan tahun, yang dalam masa itu tidak ada orang yang beriman kepada keesaan Allah. Yang lainnya mengatakan bahwa total lamanya waktu adalah enam ribu tahun”. (Tabari, h. 172-173; penekanan oleh penulis).

“Menurut Abu Hisham- Mu’awiyah b. Hisham- Sufyan- al-A’mash- Abu Salih- Ka’b: Dunia ini berusia enam ribu tahun”. (Ibid.)

“Menurut Muhammad b. Sahl b. ‘Askar- Isma’il b. ‘Abd al-Karim- ‘Abd al-Samad b. Ma’qil I- Wahb: Lima ribu enam ratus tahun usia dunia ini telah berlalu. Saya tidak tahu raja-raja dan nabi-nabi mana yang telah hidup dalam tiap periode (zaman) dalam tahun-tahun itu. Saya bertanya pada Wahb b. Munabbih: Berapa lama (durasi total) dunia ini? Ia menjawab: Enam ribu tahun”. (Tabari, h. 173-174; penekanan oleh penulis).

Menurut at-Tabari Muhammad percaya bahwa akhir dunia akan terjadi 500 tahun setelah kedatangannya:

“Menurut Hannad b. al-Sari and Abu Hisham al-Rifa’i- Abu Bakr b. ‘Ayyash- Abu Hasin- Abu Salih- Abu Hurayrah: Rasul Allah berkata: Ketika aku diutus (untuk menyampaikan pesan ilahi), aku dan Waktu bagaikan dua ini, sambil menunjuk jari tengah dan jari telunjuknya”. (Tabari, p. 176; penekanan oleh penulis, lihat juga h. 175-181).

Tradisi-tradisi serupa ditemukan dalam Sahih Muslim:

Buku 41, Nomor 7044:

Hadis ini telah dilaporkan oleh Sahl b. Sa’d bahwa ia mendengar Rasul Allah (SAW) berkata: aku dan Waktu Terakhir (sangat erat) seperti ini (dan ia, untuk menjelaskan hal itu) menunjuk (dengan menyatukan) jari telunjuk (yaitu jari) yang dekat dengan jempol dan jari tengah (bersama-sama).

Buku 41, Nomor 7046:

Shu’ba melaporkan: Aku mendengar Qatada dan Abu Tayyab bercerita bahwa keduanya mendengar Anas ketika bercerita bahwa Rasul Allah (SAW) berkata: Aku dan Waktu Terakhir telah diutus seperti ini, dan Shu’ba mengacungkan jari telujuk dan jari tengahnya saling berdekatan ketika ia sedang menceritakannya.

Buku 41, Nomor 7049:

Anas melaporkan Utusan Allah (SAW) berkata: Aku dan Waktu Terakhir telah diutus seperti ini dan (ketika ia melakukannya) menggabungkan jari telunjuk dengan jari tengah.

At-Tabari mengomentari makna Waktu yang dekat dengan Muhammad bagaikan jari tengah dan jari telunjuknya:

“Dengan demikian, (bukti mengijinkan adanya) konklusi sebagai berikut: Permulaan hari adalah terbitnya fajar, dan akhirnya adalah terbenamnya matahari. Selanjutnya, tradisi mengenai otoritas Nabi adalah benar. Seperti yang telah kita sebutkan sebelumnya, ia berkata setelah sembahyang siang: apa yang tersisa dari dunia ini dibandingkan dengan apa yang telah berlalu darinya bagaikan sisa hari ini dibandingkan dengan apa yang telah berlalu darinya. Ia juga berkata: Ketika aku diutus, aku dan Waktu bagaikan jari tengah dan jari telunjuk ini terjalin bersama; aku mengumpamakannya seperti ini – yaitu jari tengah – melampaui yang satunya – yaitu jari telunjuk. Selanjutnya, lamanya (waktu) antara sembahyang siang – yaitu, ketika bayangan dari segala sesuatu dua kali lebih besar dari ukuran aslinya, berdasarkan asumsi yang terbaik (‘ala al-taharri) – (hingga matahari terbenam) adalah lamanya waktu satu setengah dari sepertujuh hari, diberi atau diambil sedikit. Demikian pula, ekses panjangnya jari tengah yang melebihi jari telunjuk adalah kira-kira atau serupa dengan hal itu. Ada juga tradisi yang benar mengenai otoritas Rasul Allah, seperti yang dikisahkan Ahmad b. ‘Abd al-Rahman b. Wahb kepadaku – yaitu paman kandungnya ‘Abdallah b. Wahb- Mu’awiyah b. Salih- ‘Abd al-Rahman b. Jubayr b. Nufayr- ayahnya Jubayr b. Nufayr – sahabat Nabi, Abu Tha’labah al-Khushani: Rasul Alah berkata: Sesungguhnya, Allah tidak akan membuat bangsa ini tidak mampu (bertahan) setengah hari – sehubungan dengan hari dalam seribu tahun.

“Semua fakta ini jika digabungkan akan memperjelas dua pernyataan yang telah saya sebutkan berkenaan dengan totalitas jangka waktu, satu dari Ibn Abbas, dan yang lainnya dari Ka’b, yang nampaknya lebih tepat sesuai dengan informasi dari Rasul Allah yaitu yang diteruskan Ibn ‘Abbas kepada kami dengan otoritasnya: Dunia ini adalah satu dari minggu-minggu dunia lain – tujuh ribu tahun”.

“Akibatnya, oleh karena demikian adanya dan laporan mengenai otoritas Rasul Allah adalah benar – yaitu, ia melaporkan apa yang tersisa dari waktu yang dimiliki dunia ini selama masa hidupnya adalah setengah hari, atau lima ratus tahun, oleh karena lima ratus tahun adalah setengah hari dari hari-hari itu, dimana satu hari adalah seribu tahun – konklusinya adalah, waktu yang dimiliki dunia ini telah berlalu hingga ke saat pernyataan Nabi berkaitan dengan apa yang telah kami teruskan dengan otoritas Abu Tha’labah al-Khushani dari Nabi, dan adalah 6500 tahun atau kira-kira 6500 tahun. Allah lebih tahu!” (Tabari, h. 182-183, penekanan dengan cetak tebal oleh penulis)

Oleh karena itu, berdasarkan tradisi-tradisi ini Muhammad meyakini bahwa tidak hanya dunia ini berusia kurang dari 7000 tahun tetapi dunia ini akan berakhir pada hari ketujuh, atau tujuh ribu tahun sejak dunia ini diciptakan!

Dengan demikian, dunia ini mestinya sudah berakhir kira-kira antara tahun 1070-1132 M, kurang lebih 500 tahun setelah kelahiran dan kematian Muhammad. Ini berdasarkan pada kenyataan bahwa menurut at-Tabari dan yang lainnya, kedatangan Muhammad terjadi kira-kira 6500 tahun sejak waktu penciptaan. Jelas ini lagi-lagi adalah nubuat palsu.

Namun tanggal ini bertentangan dengan tanggal yang diperkirakan Abu Dawood dalam Sunannya. Disana, kita melihat bahwa Antikristus akan muncul tujuh bulan setelah penaklukkan Konstantinopel, sebuah peristiwa yang terjadi pada 1453 M. jika demikian, bagaimana Muhammad dapat mengklaim bahwa dunia akan berakhir 500 tahun setelah kelahiran dan kematiannya? Yang memperburuk adalah tradisi Islam yang mengklaim bahwa Antikristus benar-benar akan muncul dalam masa hidup Muhammad. Kenyataannya berdasarkan tradisi-tradisi, Antikristus adalah seorang pria bernama Ibn Saiyad:

Sahih al-Bukhari, Volume 2, Buku 23, Nomor 437:

Dikisahkan oleh Ibn ‘Umar:

‘Umar pergi bersama Nabi (SAW) dengan sekelompok orang menemui Ibn Saiyad hingga mereka melihatnya sedang bermain dengan anak-anak laki-laki dekat perbukitan Bani Mughala. Pada waktu itu Ibn Saiyad sedang memasuki masa remajanya dan tidak memperhatikan (kami) hingga nabi memukulnya dengan tangannya dan berkata kepadanya, “Apakah engkau bersaksi bahwa aku adalah Rasul Allah?” Ibn Saiyad memandangnya dan berkata, “Aku bersaksi bahwa engkau adalah Utusan bagi orang yang buta huruf”. Kemudian Ibn Saiyad bertanya kepada Nabi (SAW), “Apakah engkau bersaksi bahwa aku adalah Rasul Allah?” Rasul (SAW) menolaknya dan berkata, “Aku percaya kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya”. Kemudian ia berkata (kepada Ibn Saiyad), “Apa pendapatmu?” Ibn Saiyad menjawab, “Orang-orang benar dan para pembohong mengunjungiku”. Nabi berkata, “Engkau telah bingung dengan masalah ini”. Kemudian Nabi berkata kepadanya, “Aku memikirkan sesuatu tentang engkau, (dapatkah kau mengatakannya padaku apakah itu?)”. Ibn Saiyad berkata, “Itu adalah Al-Dukh (asap)”. (2) Nabi berkata, “Biarlah engkau ada dalam ketidaktahuan. Engkau tidak dapat melewati kekurangan-kekuranganmu”. Mendengar hal itu ‘Umar berkata, “Wahai Rasul Allah! Ijinkan aku memenggal kepalanya”. Tetapi nabi (SAW) berkata, “Jika ia adalah dia (yaitu Dajjal), maka engkau tidak dapat mengalahkannya, dan jika ia bukan, maka tidak ada gunanya membunuhnya”. (Ibn ‘Umar menambahkan): Kemudian Rasul Allah (SAW) sekali lagi pergi bersama Ubai bin Ka’b ke (kebun) pohon-pohon Kurma dimana Ibn Saiyad tinggal. Nabi (SAW) ingin mendengar sesuatu dari Ibn Saiyad sebelum Ibn Saiyad dapat melihatnya, dan nabi (SAW) melihatnya berbaring ditutupi sehelai kain dan mendengar ia menggerutu. Ibu Ibn Saiyad melihat Rasul Allah ketika ia sedang bersembunyi di balik daun-daun pohon Kurma. Ia berkata kepada Ibn Saiyad, “Wahai Saf! (inilah nama Ibn Saiyad) ada Muhammad disini”. Mendengarnya Ibn Saiyad bangun. Nabi berkata, “Suruh perempuan ini meninggalkannya (jangan ia mengganggunya), kemudian Ibn Saiyad akan menyatakan realitas kasusnya”.

Tradisi-tradisi terus mengidentifikasi Ibn Saiyad sebagai Antikristus:

Sahih al-Bukhari, Volume 9, Buku 92, Nomor 453:

Dikisahkan oleh Muhammad bin Al-Munkadir:

Aku melihat Jabir bin ‘Abdullah bersumpah demi Allah bahwa Ibn Saiyad adalah Dajjal. Aku berkata kepada Jabir, “Bagaimana engkau bisa bersumpah demi Allah?” Jabir berkata, “Aku telah mendengar ‘Umar bersumpah demi Allah berkenaan dengan hal ini di hadapan Nabi dan Nabi menyetujuinya”.

Sunan Abu Dawood, Buku 37, Nomor 4317:

Dikisahkan oleh Jabir ibn Abdullah:

Muhammad ibn al-Munkadir mengatakan bahwa ia melihat Jabir ibn Abdullah bersumpah demi Allah bahwa Ibn as-Sa’id adalah Dajjal (Antikristus). Aku menunjukkan keterkejutanku dengan berkata: Engkau bersumpah demi Allah! Ia berkata: Aku mendengar Umar bersumpah mengenai itu di hadapan Rasul Allah (SAW), tetapi Rasul Allah (SAW) tidak berkeberatan mengenai hal itu.

Namun tradisi-tradisi ini bertentangan dengan tradisi-tradisi berikut dimana Antikristus digambarkan sebagai seorang bermata satu dan dirantai:

Sahih al-Bukhari, Volume 4, Buku 55, Nomor 553:

Dikisahkan oleh Ibn Umar:

Suatu ketika Rasul Allah berdiri di antara orang-orang, memuliakan dan memuji Allah karena itu layak bagi-Nya dan kemudian menyebut Dajjal berkata, “Aku memperingatkan kamu akan dia (yaitu Dajjal) dan tidak ada nabi yang memperingatkan bangsanya mengenai dia. Tidak diragukan lagi, Nuh memperingatkan bangsanya mengenai dia tetapi aku mengatakan padamu mengenai sesuatu yang tidak dikatakan nabi manapun kepada bangsa ini sebelum aku. Kamu harus tahu bahwa ia bermata satu, dan Allah tidak bermata satu”.

Sunan Abu Dawood, Buku 37, Nomor 4306:

Berkisahlah Ubadah ibn as-Samit: Nabi (SAW) berkata: Aku telah mengatakan begitu banyak padamu mengenai Dajjal (Antikristus) sehingga aku takut kamu tidak mengerti. Antikristus itu pendek, berjari pendek, berambut ikal, buta, dan tidak berdiri tegak dan juga tidak berpendirian keras. Jika kamu bingung mengenai dia, ketahuilah bahwa Tuhanmu tidak bermata satu.

Sunan Abu Dawood, Buku 37, Nomor 4311:

Dikisahkan oleh Fatimah, anak perempuan Qays:

Rasul Allah (SAW) pernah menunda malam sembahyang berjamaah. Ia keluar dan berkata: perkataan Tamim ad-Dari menahanku. Ia meneruskannya kepadaku dari seorang yang ada di pulau-pulau di laut. Tiba-tiba saja ia mendapati seorang perempuan yang sedang menyerat rambutnya. Ia bertanya: Siapakah engkau?

Ia berkata: Aku adalah Jassasah. Pergilah ke kastil itu. Jadi aku pergi kesana dan menemukan seorang pria yang sedang menyeret rambutnya, ia dirantai dengan besi, dan melompat-lompat antara Surga dan bumi.

Aku bertanya: Siapakah engkau? Ia menjawab: Akulah Dajjal (Antikristus). Apakah Nabi orang-orang yang buta huruf kini telah datang? Aku menjawab: Ya. Ia berkata: apakah mereka menaatinya atau tidak? Aku berkata: Tidak, mereka telah menaatinya. Ia berkata: Itu lebih baik bagi mereka.

Disini mungkin ada yang menyela dan mengklaim bahwa tradisi-tradisi menyebutkan ada 30 Antikristus yang akan datang ke dunia:

Sunan Abu Dawood, Buku 37, Nomor 4319:

Dikisahkan oleh Abu Hurayrah:

Nabi (SAW) berkata: Waktu Terakhir tidak akan datang sebelum datangnya tiga puluh Dajjal (para penyesat), setiap orang menganggap dirinya sendiri sebagai Rasul Allah. (lihat juga Sahih al-Bukhari, Volume 9, Buku 88, Nomor 237)

Ini mengakibatkan Ibn Saiyad hanyalah satu dari 30 Antikristus, dan bukan SANG Antikristus yang akan datang tepat sebelum akhir dunia.

Ada beberapa permasalahan dengan pendapat ini. Pertama, tidak satupun dari tradisi-tradisi ini yang mengklaim bahwa Ibn Saiyad adalah satu dari 30 Antikristus yang akan muncul. Melainkan, tradisi-tradisi mengemukakan bahwa dialah SANG Dajjal atau Antikristus. Kedua, jika kita mengambil tanggal-tanggal baik yang diusulkan at-Tabari atau Abu Dawood, ke-30 Dajjal itu, semuanya, harus muncul baik sebelum 1070-1132 atau 1453 M. Akhirnya berdasarkan Perjanjian Baru, Muhammad sesungguhnya adalah salah satu dari Antikristus-antikristus tersebut:

“Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. … Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak. Sebab barangsiapa menyangkal Anak, ia juga tidak memiliki Bapa. Barangsiapa mengaku Anak, ia juga memiliki Bapa” (1 Yohanes 2:18, 22-23)

Oleh karena Muhammad menyangkali Yesus adalah Putra Tuhan, maka ia adalah salah satu dari banyak Antikristus yang akan datang, menurut Rasul Yohanes.

Jika yang sudah-sudah tidak terlalu buruk, tradisi-tradisi lainnya mengatakan Muhammad menubuatkan bahwa akhir segala sesuatu akan datang dalam masa hidup para pengikutnya:

Sahih Muslim, Buku 41, Nomor 7050:

‘A’isha melaporkan bahwa ketika orang-orang Arab di gurun menemui Rasul Allah (SAW) mereka bertanya mengenai Waktu Terakhir, yaitu kapankah datangnya. Dan ia memandang yang termuda di antara mereka dan berkata: Jika ia hidup ia tidak akan menjadi sangat tua sehingga ia akan melihat Waktu Terakhir mendatangimu, ia akan melihatmu sekarat.

Sahih Muslim, Buku 41, Nomor 7051:

Anas menceritakan bahwa seseorang bertanya pada Rasul Allah (SAW) kapankah Waktu Terakhir akan datang. Di hadapannya ada seorang anak laki-laki dari kaum Ansar yang bernama Mahammad. Rasul Allah (SAW) berkata: Jika anak laki-laki ini hidup, ia tidak akan menjadi sangat tua hingga (ia akan melihat) Waktu Terakhir mendatangimu.

Sahih Muslim, Buku 41, Nomor 7052:

Anas b. Malik menceritakan bahwa seseorang bertanya pada Utusan Allah (SAW) kapankah Waktu Terakhir akan datang? Maka Utusan Allah (SAW) berdiam diri sejenak, kemudian melihat seorang anak laki-laki di hadapannya yang berasal dari suku Azd Shanilwa dan berkata: Jika anak laki-laki ini hidup, ia tidak akan menjadi sangat tua hingga (ia akan melihat) Waktu Terakhir mendatangimu. Anas mengatakan bahwa anak laki-laki ini seusia kita pada hari-hari itu.

Sahih Muslim, Buku 41, Nomor 7053:

Anas menceritakan: Seorang anak laki-laki dari Mughira b. Shu’ba tidak sengaja melewati (nabi suci) dan ia seusia saya. Kemudian Rasul Allah (SAW) berkata: Jika ia berumur panjang ia tidak akan menjadi sangat tua hingga datangnya Waktu Terakhir (kepada orang-orang tua dari generasi ini).

Muhammad dengan jelas mengatakan bahwa anak laki-laki ini tidak akan menjadi sangat tua sebelum Waktu Terakhir mendatangi orang-orang. Marilah sekarang kita bermurah hati dan beranggapan bahwa anak laki-laki itu berusia 10 tahun dan hidup hingga berusia 110 tahun, sehingga Waktu Terakhir akan terjadi ratusan tahun setelah Muhammad membuat pernyataan-pernyataan ini. Namun, berabad-abad telah berlalu dan Waktu Terakhir masih belum mendatangi kita.

Tapi tunggu, masih ada lagi! Berdasarkan kisah-kisah al-Bukhari, Muhammad mengumumkan bahwa semua orang akan mati dalam waktu seratus tahun:

Sahih al-Bukhari, Volume 1, Buku 3, Nomor 116:

Dikisahkan oleh ‘Abdullah bin ‘Umar:

Suatu ketika nabi memimpin kami sembahyang ‘Isya’ selama lima hari terakhir hidupnya dan setelah menyelesaikannya (sembahyang itu) (dengan Taslim) ia berkata: “Apakah engkau mengetahui (pentingnya) malam ini? Tak seorangpun yang hadir di muka bumi malam ini akan tetap hidup setelah genapnya seratus tahun mulai malam ini”.

Sahih al-Bukhari, Volume 1, Buku 10, Nomor 539:

Dikisahkan oleh Abdullah:

“Suatu malam Rasul Allah memimpin kami bersembahyang ‘Isha dan itulah yang disebut orang Al-‘Atma. Setelah menyelesaikan sembahyang, ia menghadap kami dan berkata: ‘Apakah engkau mengetahui (pentingnya) malam ini? Tak seorangpun yang hadir di muka bumi malam ini akan tetap hidup setelah seratus tahun mulai malam ini’” (Lihat Hadis No. 575).

Hampir 14 abad telah berlalu dan masih ada makhluk hidup di bumi ini! Hadis ini sangat bermasalah sehingga narasi lainnya berusaha untuk menjelaskannya dengan berargumen bahwa Muhammad benar-benar bermaksud tak satupun dari generasinya yang masih hidup setelah seratus tahun:

Sahih al-Bukhari, Volume 1, Buku 10, Nomor 575:

Dikisahkan oleh ‘Abdullah bin ‘Umar:

Nabi melakukan sembahyang ‘Isha’ pada hari-hari terakhirnya dan setelah menyelesaikannya dengan Taslim, ia berdiri dan berkata, ““Apakah engkau mengetahui (pentingnya) malam ini? Tak seorangpun yang hadir di muka bumi malam ini akan tetap hidup setelah genapnya seratus tahun mulai malam ini”.

Orang-orang melakukan kesalahan dalam memahami pernyataan Rasul Allah dan mereka berkutat dalam hal-hal yang dikatakan mengenai para narator tersebut (yaitu ada yang mengatakan bahwa Hari Kebangkitan akan terjadi setelah 100 tahun, dll). Tetapi Nabi berkata, “Tak seorangpun yang hadir di muka bumi malam ini akan tetap hidup setelah genapnya seratus tahun mulai malam ini”; maksudnya, “Ketika abad itu (orang-orang dalam abad itu) akan berlalu”.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dari laporan khusus ini. Pertama, perhatikan bagaimana para narator langsung mengemukakan bahwa orang Muslim memahami perkataan Muhammad yang menyatakan bahwa dunia akan berakhir dalam waktu seratus tahun. Ini memberikan bukti bahwa makna sesungguhnya dari apa yang disebut Muhammad sebagai nubuat adalah hari terakhir yang akan terjadi dalam seratus tahun.

Kedua, perhatikan betapa tidak masuk akalnya penjelasan ad hoc ini. Orang yang mengumpulkan Hadis mengharapkan para pembacanya untuk percaya bahwa apa yang dimaksudkan Muhammad adalah tidak satupun dari generasinya yang tetap hidup dalam seratus tahun, sedangkan tidak ada yang mengherankan dari klaim semacam ini. Untuk mengatakan satu generasi akan mati semua dalam waktu seratus tahun tidak membutuhkan pengetahuan supranatural. Satu-satunya yang dibutuhkan untuk membuat klaim semacam itu hanyalah akal sehat oleh karena harapan hidup pada jaman itu sangat rendah. Hampir-hampir tidak ada orang yang hidup lebih dari seratus tahun. Jika itu dimaksudkan sebagai sebuah pernyataan (“nubuat ilahi”) mengenai harapan hidup orang-orang di sekelilingnya, maka hal ini tentu sangat sepele, tak ada yang penting. Jadi apa tujuannya?

Walaupun janggal, pernyataan itu sudah pasti salah. Muhammad mengatakan “di atas bumi” – itu adalah tempat yang sangat luas. Walaupun jarang ada orang yang berusia seratus tahun, kemungkinan besar mereka selalu ada sepanjang masa. Bahkan dalam masa hidup Muhammad setidaknya ada satu orang yang setua itu. Abu Afak dilaporkan mencapai usia 120 tahun:

SARIYYAH SALIM IBN ‘UMAYR

Lalu muncullah sariyyah Salim Ibn ‘Umayr al-‘Amri terhadap Abu ‘Afak, orang Yahudi itu, pada bulan Syawal pada permulaan bulan keduapuluh sejak hijrah Rasul Allah, semoga Allah memberkatinya. Abu ‘Afak, berasal dari banu ‘Amr Ibn ‘Awf, dan adalah seorang yang tua yang telah mencapai usia seratus dua puluh tahun. Ia adalah seorang Yahudi, dan suka menghasut orang untuk melawan Rasul Allah, semoga Allah memberkatinya, dan membuat syair-syair (satiris). Salim Ibn ‘Umayr yang adalah salah satu peratap agung dan yang berpartisipasi dalam Perang Badr, berkata: Aku bersumpah aku akan membunuh Abu ‘Afak atau aku mati sebelum dia mati. Ia menunggu kesempatan hingga datanglah suatu malam yang panas, dan Abu ‘Afak tidur di tempat terbuka. Salim Ibn ‘Umayr mengetahuinya, lalu ia menusukkan pedangnya ke hatinya dan menekannya hingga menembus tempat tidurnya. Musuh Allah itu menjerit dan orang-orang yang adalah para pengikutnya bergegas mendekatinya, membawanya ke rumahnya dan merawatnya. (Ibn Sa’ad’s Kitab Al-Tabaqat Al-Kabir, Terjemahan Inggris oleh S. Moinul Haq, M.A., PH.D didampingi H.K. Ghazanfar M.A. [Kitab Bhavan Exporters & Importers, 1784 Kalan Mahal, Daryaganj, New Delhi – 110 002 India), Volume II, h. 31; penekanan cetak tebal oleh penulis).

Apakah Muhammad benar-benar ingin mengatakan: seratus tahun mulai dari sekarang, tidak ada lagi orang yang usianya lebih dari seratus tahun? Sekali lagi: apa tujuan pernyataan semacam itu? Apa kaitannya dengan berita Islam?

Lebih jauh lagi, Muhammad menyampaikan pernyataannya itu dengan kata-kata ini: “Tahukah kamu apa pentingnya malam ini?” Untuk alasan utamanya, penafsiran alternatif yang diberikan oleh narator hanya sedikit yang masuk akal. Lagipula, dalam hal apa observasi suatu masa diperlukan, jika tidak seorangpun akan berusia lebih dari seratus tahun menjadi hal yang penting bagi orang Muslim atau Islam? Ini sama sekali tidak relevan, dan tidak relevan adalah lawan dari hal yang penting.

Di sisi lain, proklamasi Hari Kebangkitan dan penghakiman Allah atas semua orang adalah bagian yang mendasar dalam Islam. Jika itu telah diwahyukan kepada Muhammad dalam doanya bahwa dunia akan berakhir tepat dalam tempo seratus tahun, wahyu semacam itu akan menandai malam ini, dan tidak perlu ditanyakan lagi itu adalah sesuatu yang sangat penting.

Hanya penafsiran inilah yang benar-benar membuat pernyataan itu masuk akal. Namun demikian, masalahnya, satu-satunya penafsiran yang berarti dari pernyataan itu membawa konsekuensi bahwa Muhammad membuat nubuat yang palsu. Orang Muslim telah berusaha untuk mengalihkan hal ini dengan cara menaruh pernyataan yang tidak penting, tidak relevan – dan kemungkinan besar masih tidak tepat – ke dalam mulut Muhammad.

Akhirnya, harus selalu diingat bahwa imam al-Bukhari mengumpulkan tradisi-tradisi ini secara kasar 250 tahun setelah perpindahan Muhammad ke Medinah (kira-kira 622/623 M), lama setelah Muhammad mengatakan bahwa dunia akan berakhir. Berdasarkan hal ini, tidaklah mengejutkan jika ia atau orang lain akan memberikan penjelasan untuk menghindar dari keharusan untuk mengakui bahwa Muhammad adalah seorang nabi palsu atau dengan sesat mengklaim bahwa Hari Kebangkitan akan terjadi seratus tahun setelah masa hidupnya.

Oleh karena itu, tak peduli dari sudut manapun orang melihatnya, kita tetap ditinggalkan dengan kontradiksi-kontradiksi yang tidak dapat diperbaiki dan prediksi-prediksi palsu.

KONKLUSI

Kita telah menguji Qur’an dan juga tradisi-tradisi Islam dan mendapati bahwa kedua sumber tersebut memuat prediksi-prediksi palsu. (Itu hanyalah bualan spekulatif yang mengatasnamakan Allah, namun yang tidak menjadi kenyataan). Berdasarkan kriteria kenabian yang diberikan Tuhan dalam Ulangan 18 kita menemukan bahwa Muhammad gagal dalam tes ini. Ini berarti bahwa Muhammad bukanlah nabi yang benar dan ia juga bukan nabi seperti Musa.

Dalam melayani Tuhan dan Juruselamat kita yang Agung, Yesus Kristus, Tuhan kita yang bangkit dan hidup selamanya. Amin. Datanglah Tuhan Yesus. Kami selalu mengasihi-Mu.

Judul Dalam Bahasa Inggris: Muhammad’s False Prophecies

Beberapa orang Muslim telah bereaksi terhadap tulisan ini dengan cara yang berbeda. Tanggapan-tanggapan ini ditautkan dari jawaban-jawaban Sam Shamoun kepada Hesham Azmy, Moiz Amjad, dan Osama Abdallah.

Read More

Sejarah: Muhamad & Pemaksaan Islam terhadap non-Muslim

Sejarah: Muhamad & Pemaksaan Islam terhadap non-Muslim

Sumber:  Faithfreedom Indonesia

Paus Benedict XVI (2004) mengutip perkataan Kaisar Bizantium abad ke 14 : “Tunjukkan hal baru apa yang Muhammad bawa, dan kau hanya akan menemukan hal² yang jahat dan tidak berperikemanusiaan, seperti perintahnya yang menyebarkan agamanya dengan pedang.”

Dlm bukunya berjudul “Jurisprudence in Muhammad’s Biography“, ilmuwan Universtas AL Azhar, Kairo, bernama Dr. Muhammad Sa’id Ramadan al-Buti (www.bouti.com,) berkata sebagai berikut (hal. 134, edisi ke 7):
“Perang Suci (jihad), seperti yang dikenal di dalam Hukum Islam, adalah perang yang menyerang. Ini merupakan tugas bagi setiap Muslim di usia berapapun jika mereka memiliki kekuatan militer.

Inilah arti dari Perang Suci. Maka Rasul Allah berkata:

Aku telah diperintahkan Tuhan untuk berperang melawan orang2 SAMPAI MEREKA SEMUA MENGAKU LA ILLAH HA ILALAH MUHAMADUR RASULULLAH (Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah RasulNya), dan mereka mendirikan solat dan membayar Zakat. Jika mereka melakukan hal itu, darah dan harta
benda mereka selamat dariku. (lihat Bukhari Vol. I, p. 13).

Ilmuwan Saudi, Dr. Muhammad al-Amin, di bukunya yang berjudul, “The Method of Islamic Law” dengan jelas berkata:
Tiada kafir yang boleh disisakan di tanah mereka seperti yang diucapkan oleh Muhamad: ‘Aku telah diperintahkan Tuhan untuk berperang melawan orang² sampai mereka mengaku …’

Daftar isi

  1.   PEMAKSAAN ISLAM (dan perampokan kafilah) ATAS BANI QURAISH (Arab Mekah)di Nejd oleh Zayd b. Haritha—September, 624M
  2.   PEMAKSAAN ISLAM (dan ancaman mati) Atas B. QUDAH di Dhat Atlah oleh Amr b Ka’b al-Ghifari—July, 629M
  3.   PEMAKSAAN ISLAM (dan ancaman mati) Atas Desa MU’TAH oleh Zayd ibn Haritha—September, 629M
  4.   PEMAKSAAN ISLAM (dan ancaman mati) Atas seluruh MEKAH oleh Muhammad – January, 630M
  5.   PEMAKSAAN ISLAM (dan pembunuhan tawanan perang) ATAS B. JADHIMAH di Tihamah oleh Khalid b. al-Walid—January, 630M
  6.   PEMAKSAAN ISLAM (dan JIZYAH/pajak perlindungan) pada KRISTEN & YAHUDI — Desember, 631M
  7.   PEMAKSAAN ISLAM (dan perampokan) terhadap B. NAKHA di Mudhij, Yemen oleh Ali — Oktober, 631 M
  8.   PEMAKSAAN ISLAM terhdp suku B al-HARITH di Najran, YAMAN UTARA oleh Khalid b. Walid—Februari, 632M
PEMAKSAAN ISLAM (dan perampokan kafilah) ATAS BANI QURAISH (Arab Mekah)di Nejd oleh Zayd b. Haritha—September, 624M

TH 624M, pada saat di Mekah dan awal masa tinggal di Medinah, musuh Muhamad hanyalah satu saja yakni kaum penyembah berhala QURAISH, yg nota bene merupakan suku Muhamad sendiri.

Ini adalah perampokan pertama yang dipimpin Zayb b. Harith. Dia ditemani 100 tentara bersenjata lengkap. Dia mengikuti kafilah dan menyerangnya tiba². Ternyata serangannya sukses. Para pemimpin kafilah melarikan diri dan Zayd membawa semua harta rampasan dan 2 tawanan ke Medina. Barang jarahan berharga 100.000 Dirham. Muhammad mengambil seperlima (yakni 20.000 Dirham yang tentunya merupakan harga yang sangat besar pada saat itu). Setiap tentara menerima 800 Dirham. Furat jadi tawanan. Orang2 Muslim berkata:
“Jika kau masuk Islam, Rasul Allah tak akan membunuhmu.” Dia lalu masuk Islam dan dibebaskan pergi.[ Tabari, vol vii, p.99]

TH … Inilah yang dikatakan nabi kepada para Yahudi B. QAYNUQA (Medinah) di pasar mereka:

“YA orang2 Yahudi, takutlah akan pembalasan yang Tuhan akan timpakan padamu seperti yang Dia timpakan kepada orang2 Quraish. TERIMALAH ISLAM, karena kau tahu aku adalah nabi yang dikirim Tuhan. Kau akan temukan ini juga di Alkitabmu dan di Perjanjian Tuhan denganmu”

[Tabari, vol.vii, p.85]

PEMAKSAAN ISLAM (dan ancaman mati) Atas B. QUDAH di Dhat Atlah oleh Amr b Ka’b al-Ghifari—July, 629M

Muhammad mengirim Amr b. Ka’b al-Ghifari yang memimpin 15 tentara untuk menyerang orang2 B. Qudah di Dhat Allah, di perbatasan Syria. Setelah tiba di sana, Amr meminta para penduduk untuk masuk Islam. Para kafir menolak. Lalu Amir mengepung pihak musuh. Tapi dia mendapat perlawanan keras dari mereka. Di pertempuran ini pihak Muslim dikalahkan. Pihak musuh berhasil membunuh semua tentara Muslim kecuali seorang yang berhasil melarikan diri dan kembali ke Medinah.

PEMAKSAAN ISLAM (dan ancaman mati) Atas Desa MU’TAH oleh Zayd ibn Haritha—September, 629M

Mu’tah adalah desa kecil di dekat al-Balqa di Damascus, Syria. Muhammad menunjuk Zayd b. Haritha untuk memimpin tentara ini, memerintahkan dia untuk meminta penduduknya masuk Islam dan membunuh mereka jika menolak Islam. Muhammad berkata, “Semoga Allah membelamu dan semoga kau kembali pulang dengan keadaan suci dan membawa barang jarahan.” [Ibn Sa’d, vol.ii, p.159]

PEMAKSAAN ISLAM (dan ancaman mati) Atas seluruh MEKAH oleh Muhammad – January, 630M

Ketika Muhammad dan pengikutnya hendak menyerang Mekah untuk menundukkan tempat itu di bawah kekuasaan Islam, beberapa prajuritnya menangkap ABU SUFYAN BIN HARB, salah satu tokoh masyarakat kota Mekah. Mereka membawa Abu Sufyan ke hadapan Muhammad. Muhammad berkata kepadanya:
“Waspadalah kau wahai Abu Sufyan. Bukankan ini saatnya bagimu untuk percaya bahwa tiada Tuhan selain Allah?”
Abu Sufyan menjawab: “Aku percaya akan hal itu.”
Muhammad lalu berkata kepadanya: “Waspadalah kau wahai Abu Sufyan, bukankah ini saatnya bagimu untuk mengetahui bahwa aku adalah Rasul Allah?”
Abu Sufyan menjawab: “Demi Tuhan, wahai Muhammad, hatiku ragu akan hal ini.”
Abbas yang hadir di situ bersama Muhammad memberitahu Abu Sufyan: “Waspadalah kau ini! Terimalah Islam dan akuilah bahwa Muhammad adalah Rasul Allah sebelum lehermu dipenggal dengan pedang.”
Lalu Abu Sufyan pun menyatakan beriman pada Islam dan menjadi seorang Muslim.

Sumber: Ibn Hisham, part 4, p. 11 (“Biography of the Prophet’) dan juga “The Chronicle of the
Tabari”, part 2, p. 157

Versi mirip:
Al-Abbas bin Abdul Muththalib berkata, “Aku membawa pergi Abu Sufyan bin Harb ke tempat istirahatku dan ia menginap di tempatku. Esok paginya, aku membawa Abu Sufyan bin Harb ke tempat Rasulullah saw. Ketika beliau melihat Abu Sufyan bin Harb, beliau bersabda, ‘Celakalah engkau wahai Abu Sufyan, apakah belum tiba waktu bagimu untuk mengetahui bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah?’ Abu Sufyan bin Harb berkata, ‘Ayah-ibuku menjadi tebusan bagimu, engkau amat lembut, mulia, dan menyambung hubungan kekerabatan. Demi Allah, sungguh aku telah meyakini seandainya ada Tuhan lain selain Allah, maka Tuhan tersebut pasti mencukupiku dengan sesuatu.’ Rasulullah saw bersabda, ‘Celakalah engkau hai Abu Sufyan, apakah belum tiba waktu bagimu untuk mengetahui bahwa aku adalah utusan Allah?’ Abu Sufyan bin Harb berkata, ‘Ayah-ibuku menjadi tebusan bagimu, engkau amat lembut, mulia, dan menyambung hubungan kekerabatan. Adapun hai ini, demi Allah, di hatiku masih terdapat ganjalan hingga sekarang ini.’ Al-Abbas bin Abdul
Muthalib berkata kepada Abu Sufyan bin Harb, ‘Celakalah engkau, hai Abu Sufyan, masuk Islamlah. Bersaksilah bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah sebelum aku memenggal lehermu.’ Abu Sufyan bin Harb pun bersaksi dengan syahadat
yang benar dan masuk Islam.

Sumber : sirah nabawiyah jilid 2 halaman : 374

SAFWAN b. UMAYYAH, seorang Quraish Mekah dan musuh besar Muhammad pergi ke Jeddah untuk menetap di Yaman. Ketika dia mendengar berita kemenangan Muhammad, dia hampir saja bunuh diri dengan terjun ke laut. Orang2 mendekati Muhammad dan menceritakan hal ini kepadanya. Dia mengampuni Umayyah dan memberikan Umayyah sorbannya sendiri sebagai tanda pengampunannya. Umayr pergi dan bertemu Umayyah dan menunjukkan sorban Muhammad itu kepada Umayyah. Muhammad memberi waktu 4 bulan bagi Umayyah untuk mengambil keputusan masuk Islam atau mati. Akhirnya Umayyah masuk Islam. Istrinya yang bernama Fakhitah bt. Al-Walid juga jadi Muslim.

Dua tahun setelah Muhammad menaklukkan Mekah dan memberikan pengampunan umum kepada masyarakat pagan (pemuja berhala) Mekah, dia membatalkan pengampunan ini sewaktu dia mengirim dua utusannya yakni Abu Bakr dan Ali untuk mengumumkan kepada kaum pagan di Mekah bahwa mereka akan menghadapi hukuman mati jika tidak masuk Islam (Q 9:5, yang dikenal sebagai ayat pedang membatalkan pengampunan apapun yang diberikan kepada kaum pagan Mekah).
PEMAKSAAN ISLAM (dan pembunuhan tawanan perang) ATAS B. JADHIMAH di Tihamah oleh Khalid b. al-Walid—January, 630M

Hadis Sahih Bukhari, Volume 5, Book 59, Number 628:

Dikisahkan oleh ayah Salim:
Sang Nabi mengirim Khalid bin Al-Walid ke suku Jadhima dan Khalid mengundang mereka untuk memeluk Islam tapi mereka tidak sanggup mengatakan, “Aslamna (yakni kami memeluk Islam),” dan mereka mulai berkata, “Saba’na! Saba’na (yakni kami telah meninggalkan agama lama dan memeluk agama baru).” Khalid terus-menerus membunuh dan menahan sebagian dari mereka dan menyerahkan setiap tawanan kepada kami. Ketika suatu hari Khalid memerintah setiap orang (tentara Muslim) untuk membunuh tawanan2 itu, aku berkata, “Demi Allah, aku tidak akan membunuh tawananku, dan tiada kawan2ku yang mau membunuh tawanan2 mereka pula.” Ketika kami datang kepada Nabi, kami menyampaikan seluruh cerita. Mendengar itu, Muhammad mengangkat kedua tangannya dan berkata dua kali,”YA Allah! Aku bebas dari apa yang telah dilakukan Khalid.”

Muhammad berkata, “BUNUH orang2 selama kau tidak mendengar Muazzin (panggilan solat) atau melihat sebuah mesjid.”[Ibn Sa’d, vol. ii, p.182]

PEMAKSAAN ISLAM (dan JIZYAH/pajak perlindungan) pada KRISTEN & YAHUDI — Desember, 631M

Ketika Muhammad mencapai Tabuk, dia mengancam para pemimpin daerah itu. Dia mengirim surat kepada Yuhanna b. Ru’bah (John), pangeran Kristen di Ayla dan meminta Yuhanna untuk masuk Islam, kalau tidak mau diserang. Yuhanna dengan cepat tunduk dan melakukan perintah Muhammad memeluk Islam. Muhammad tetap memaksanya bayar pajak Jizyah sebanyak 300 Dinar (US$15.000) per tahun (yakni 1 Dinar per kepala karena terdapat 300 orang penduduk di situ). Dalam peristiwa ini, orang2 tua dibunuh dan anak2 dijadikan tawanan perang. Muhammad juga memerintahkan Yuhanna untuk membayar uang tanda hormat kepada kawan2 dekat Muhammad seperti Zayd, Khalid, Maslama, dll.

TH … Perlakuan yang sama juga diterapkan kepada masyarakat YAHUDI di MAKNA, ADHRUH dan JARBA (benteng tua di jalan yang dibuat orang Romawi dari Busra ke Laut Merah). Mereka dipaksa masuk Islam. Mereka harus bayar pajak dan dengan ini Muhammad menjanjikan perlindungan dan bantuan bagi sesama Muslim. Muhammad menentukan pajak sebesar ¼ dari apapun yang mereka hasilkan.

PEMAKSAAN ISLAM (dan perampokan) terhadap B. NAKHA di Mudhij, Yemen oleh Ali — Oktober, 631 M

Muhammad meminta masyarakat Bani Nakha untuk masuk Islam atau mati. Awalnya suku B. Nakha tidak mau masuk Islam. Pertempuran pun terjadi dan tentara Ali membunuh 20 orang. Pada akhirnya tentara B. Nakha kalah, menyerah dan lalu masuk Islam. Pasukan Muslim menjarah apapun yang bisa mereka ambil seperti harta benda, wanita, anak2, unta, dan kambing. [Ibn Sa’d, p.210]

PEMAKSAAN ISLAM terhdp suku B al-HARITH di Najran, YAMAN UTARA oleh Khalid b. Walid—Februari, 632M

Setibanya di Najran, Khalid mengumumkan ancaman, memberi masyarakat Najran waktu 3 hari untuk memilih masuk Islam atau mati. Khalid mengumumkan,
“Wahai orang2, terimalah Islam, dan kau akan selamat.” [ Tabari, vol.ix, p.82]

Hadis yang berisi pemaksaan agama lewat penindasan, perampasan dan pembunuhan:
Hadith Sahih Bukhari, Volume 2, Book 24, Number 573:

Dikisahkan oleh Abu Ma’bad,:
Rasul Allah berkata kepada Muadh ketika dia mengirimnya ke YAMAN, “Pergilah kau kepada kaum ahlul Kitab. Ketika kau tiba di sana, ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tiada yang layak disembah kecuali Allah, dan bahwa Muhammad adalah RasulNya. Dan jika mereka mentaatimu, katakan kepada mereka bahwa Allah memerintahkan mereka melakukan sembahyang 5 kali di waktu siang dan malam.
Dan jika mereka mentaatimu untuk melakukan itu, katakan bahwa Allah mewajibkan mereka untuk bayar Zakat yang akan diambil dari orang2 yang mampu diantara mereka untuk diberikan kepada orang2 miskin diantara mereka. Jika mereka mentaatimu untuk melakukan hal itu, maka janganlah mengambil
barang2 terbaik milik mereka, dan takutlah akan kutukan orang yang tertindas karena tidak ada sekat antara doanya dan Allah.”

Tidak Ada Paksaan Dalam Islam

MITOS TENTANG TIDAK ADANYA PAKSAAN UNTUK MASUK ISLAM

Seringkali para muslimin membanggakan islam sebagai agama damai dan penuh toleransi dimana tidak ada paksaan untuk masuk islam. Akan tetapi ini sumua hanyalah propaganda belaka muslim tanpa ada dasar yang kuat dan umumnya dilakukan ketika islam berada pada posisi minoritas. Ketika islam berada pada posisi mayoritas, maka kenyataan akan berubah 360 derajad. Daftar isi [sembunyikan]

  1. Paksaan dari muhammad untuk masuk Islam
  2. PRAKTEK DHIMMI DAN JIZYAH DAN PAKSAAN MASUK ISLAM
  3. Masuk Islamnya Abu Sufyan bin Harb
  4. MASUK ISLAMNYA BANI AL-HARITS BIN KA’AB
  5. Pemaksaan Suku Jadhima Untuk Masuk Islam

Paksaan dari muhammad untuk masuk Islam

SURAT NABI KEPADA RAKYAT OMAN

Inilah teks pesan nabi Mohamad kpd keluarga Julanda lewat utusan2nya, Amr bin al-‘As al-Sahmi dan Abu Zaid al-Ansari.

http://www.answering-islam.org/Muhammad/oman.htm
“Peace be upon the one who follows the right path! I call you to Islam. Accept my call, and you
shall be unharmed. I am God’s Messenger to mankind, and the word shall be carried out upon the
miscreants. If, therefore, you recognize Islam, I shall bestow power upon you. But if you
refuse to accept Islam, your power shall vanish, my horses shall camp on the expanse of your
territory and my prophecy shall prevail in your kingdom.”

TERJEMAHAN: “Damai beserta mereka yg mengikuti jalan yg benar ! Saya mengundang anda kpd Islam. Terimalah undangan saya dan anda tidak akan dilukai. Saya Rasulullah bagi seluruh umat manusia dan janji ini akan berlaku bagi mereka yg membantah. Jika, oleh karena itu, anda mengakui Islam, saya akan memberi anda kekuasaan. Tapi jika anda menolak utk menerima Islam, kekuasaan kalian akan hilang, kuda² saya akan bermarkas atas wilayah kalian dan ramalan saya akan berlaku atas kerajaan anda.

[Foto surat asli dlm bahasa Arab (ukuran 27K atau 772K) dan teks Inggris (31K) spt yg dipamerkan di Fort Sohar, Kesultanan Oman.]

Sejarawan al-Baladhuri, menulis 2 1/2 abad setelah datangnya para utusan nabi ke Sohar (Oman), mengenai kejadian itu sbb :
“Ketika rakyat Oman menanggapi bukti kebenaran dan menjanjikan ketaatan kpd Allah dan rasulnya, maka Amr, amir mereka, dan Abu Zayid akan dibuat bertanggung jawab atas solat, bagi penyampaian Islam kpd rakyat dan mengajarkan Quran dan prinsip2 agama (Islam).”

Hadis Sahih Bukhari, Volume 1, Book 2, Number 24:

Dikisahkan oleh Ibn ‘Umar:

Rasul Allah berkata, “Aku telah diperintahkan (oleh Allah) untuk memerangi orang2 sampai
mereka mengaku bahwa tidak ada yang patut disembah selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah,
dan melakukan solat dan membayar zakat, sehingga jika mereka melakukan hal itu, maka selamatlah
nyawa dan harta mereka dariku kecuali dari hukum2 Islam dan amal mereka akan dihitung oleh Allah.”

Hadith Sahih Bukhari, Volume 2, Book 24, Number 573:

Dikisahkan oleh Abu Ma’bad,:

(Budak milik Ibn Abbas) Rasul Allah berkata kepada Muadh ketika dia mengirimnya ke Yemen,
“Pergilah kau kepada orang2 Kitab. Ketika kau tiba disana, ajaklah mereka untuk bersaksi
bahwa tiada yang layak disembah kecuali Allah, dan bahwa Muhammad adalah RasulNya. Dan jika mereka
menaatimu, katakan kepada mereka bahwa Allah memerintahkan mereka melakukan sembahyang 5 kali di
waktu siang dan malam. Dan jika mereka menaatimu untuk melakukan itu, katakan bahwa Allah
mewajibkan mereka untuk bayar Zakat yang akan diambil dari orang2 yang mampu diantara mereka untuk
diberikan kepada orang2 miskin diantara mereka. Jika mereka menaatimu untuk melakukan hal itu,
maka janganlah mengambil barang2 terbaik milik mereka, dan takutlah akan kutukan orang yang
tertindas karena tidak ada sekat antara doanya dan Allah.”

PRAKTEK DHIMMI DAN JIZYAH DAN PAKSAAN MASUK ISLAM

Dalam proses penaklukan arab (muslim) terhadap negara² tetangganya, seringkali terjadi pemaksaan untuk masuk agama islam. Contohnya saja paksaan Umar kepada raja Persia. Dan apabila menolak ajakan masuk islam, maka masyarakat/negara tersebut akan diserang dan dihancurkan. Penduduknya diberi pilihan masuk islam atau menghadapi hukuman mati. perilaku ini tentu saja mencontoh perilaku junjungannya si muhammad.

Itu berlaku bagi para kaum yang dianggap bukan ahli kitab. Bagi para ahli kitab (yahudi,kristen, dan terkadang zoroastrian) mereka diberi pilihan ketiga. Yaitu menjadi Dhimmi dan diharuskan untuk membayar Jizyah. Terkesan ini adalah contoh toleransi, namun pada kenyataan prakteknya adalah bahwa Dhimmi ini tidak lebih dari sapi perahan atau budak yang berharga jika hanya membayar dan hak-haknya banyak yang dirampas. Singkatnya, kehidupan Dhimmi tidak lebih baik dari mati.
sumber : sirah nabawiyah jilid 2 halaman : 374

Masuk Islamnya Abu Sufyan bin Harb

Al-Abbas bin Abdul Muththalib berkata, “Aku membawa pergi Abu Sufyan bin Harb ke tempat istirahatku dan ia menginap di tempatku. Esok paginya, aku membawa Abu Sufyan bin Harb ke tempat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Ketika beliau melihat Abu Sufyan bin Harb, beliau bersabda, ‘Celakalah engkau wahai Abu Sufyan, apakah belum tiba waktu bagimu untuk mengetahui bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah?’

Abu Sufyan bin Harb berkata, ‘Ayah-ibuku menjadi tebusan bagimu, engkau amat lembut, mulia, dan menyambung hubungan kekerabatan. Demi Allah, sungguh aku telah meyakini seandainya ada Tuhan lain selain Allah, maka Tuhan tersebut pasti mencukupiku dengan sesuatu.’

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Celakalah engkau hai Abu Sufyan, apakah belum tiba waktu bagimu untuk mengetahui bahwa aku adalah utusan Allah?’

Abu Sufyan bin Harb berkata, ‘Ayah-ibuku menjadi tebusan bagimu, engkau amat lembut, mulia, dan menyambung hubungan kekerabatan. Adapun hai ini, demi Allah, di hatiku masih terdapat ganjalan hingga sekarang ini.’

Al-Abbas bin Abdul Muththalib berkata kepada Abu Sufyan bin Harb,

Celakalah engkau, hai Abu Sufyan, masuk Islamlah. Bersaksilah bahwa tidak ada Tuhan yang berhak
disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah sebelum aku memenggal lehermu.

Abu Sufyan bin Harb pun bersaksi dengan syahadat yang benar dan masuk Islam.

MASUK ISLAMNYA BANI AL-HARITS BIN KA’AB

Bani Al-Harits bin Ka’ab masuk Islam di depan Khalid bin Walid ketika ia pergi ketempat mereka.
BAB: 214 JILID 2 halaman 527-528, SIRAH NABAWIYAH IBNU HISYAM

Ibnu Ishaq berkata, “Pada bulan Rabiul Awal atau Jumadil Ula tahun kesepuluh Hijriyah, Rasulullah SAW mengirim Khalid bin Wahd RA kepada Bani Al-Harits bin Ka’ab dl Najran dan memerintahkannya mengajak mereka kepada Islam selama tlga harl sebeum memerangi mereka. Jika mereka memenuhi ajakannya untuk masuk Islam, kelslaman mereka diterima. Jika mereka menolak masuk Islam, mereka diperangi.

Khalid bin Walid pun berangkat hingga tiba di tempat Bani Al’Harits bin Ka’ab. Setibanya di sana, Khalid bin Walid menyuruh beberapa orang dari anak buahnya pergi ke segala tempat guna menga|ak mariusia kepada Islam sambll berkata, ‘Hal manusia, masuk Islamlah kalian, niscaya kalian selamat.‘ Orang-orang Bani Al-Harits bin Ka’ab masuk Islam, kemudian Khalid bin Walid menetap ditempat mereka guna mengajarkan Islam, Kltabullah dan Sunnah Rasulullah Saw kepada mereka Itulah yang diperintahkan Rasullulah Saw kepada Khalid bin Walid, jika orang-orang Bani Al-Harits bin Ka’ab masuk Islam dan tidak menantang perang.”

Surat Khalid bin Walld RA kepada Rasululiah SAW

Ibnu Ishaq berkata, “Kemudian Khalid bin Walid RA mengirim surat kepada Rasulullah Saw yang isinya :

Dari Khalid bin Walid untuk Nabi Muhammad utusan Allah saw. As-salamu alaika wa rahmatullahi wa barakaatuhu. Wahai Rasullulah, aku memuji Allah yang tidak ada Tuhan lain yang berhak disembah kecuali Dia.

Amma ba ‘du.

Wahai Rasulullah, semoga shalawat dan salam tetap tercurah kepadamu, sesungguhnya engkau mengirimku kepada Bani Al-Harits bin Ka`ab dan menyuruhku jika aku telah tiba di tempat mereka agar aku tidak memerangi mereka selama tiga hari dan engkau juga memerintahkanku mengajak mereka kepada Islam. Jika mereka masuk Islam, aku harus menetap ditempat mereka, menerima keislaman mereka, mengajarkan ajaran-ajaran Islam, Kitabullah dan SunnahNabi-Nya. Jika mereka menolak masuk Islam, aku harus memerangi mereka.’ Sungguh aku telah tiba di tempat mereka, kemudian aku ajak mereka kepada Islam seLama tiga hari seperti diperintahkan Rasulullah Saw kepadaku dan aku telah mengutus beberapa orang dari anak buahku untuk berkata kepada mereka, ‘Hai Bani Al-Haris bin Ka’ab, masuk lslamlah kalian, nicaya kalian selamat.

Ternyata mereka masuk Islam dan tidak menantang mereka. Untuk itu, aku menetap di tengah-tengah mereka guna memerintahkan mereka kepada apa saja yang diperintahkan Allah kepada mereka, melarang mereka dari apa saja yang dilarang Allah untuk mereka, mengajarkan ajaran-ajaran Islam dan Sunnah Rasulullah SAW kepada mereka hingga saat aku menulis surat ini kepada Rasulullah Saw. Wahat Rasulullah, As-salamu alaika wa rahmatullahi wa barakaatuhu. “

Surat Balasan Rasulullah SAW kepada Khalid bin Walid RA

Ibnu Ishak berkata, “Rasuhillah Saw kepada Khalid bin Walid yang isinya:

Bismillahirahmaanirrahim, dari Nabi Muhammad utusan Allah kepada Khalid bin Walid, salam alaikum. Aku memuji Allah yang tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia.

Amma ba`du.

Sesungguhnya suratmu telah aku terima bersama utusanmu. Dalam suratmu, engkau menjelaskan bahwa Bani Ak-Karils bin Ka’ab telah masuk Islam sebelum engkau memerangi mereka, mereka memenuhi ajakanmu untuk masuk Islam, bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, mereka juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan utusannya, serta Allah telah memberi mereka petunjuk dengan petunjuk-Nya, oleh karena itu, berilah khabar gembira dan peringatan kepada mereka dan pulanglah engkau bersama delegasi mereka kepadaku. Akhirnya As-salamu alaika wa rahmatullahi wa barakaatuhu”

Pemaksaan Suku Jadhima Untuk Masuk Islam

Hadis Sahih Bukhari, Volume 5, Book 59, Number 628:

Dikisahkan oleh ayah Salim:
“Sang Nabi mengirim Khalid bin Al-Walid ke suku Jadhima dan Khalid mengundang mereka untuk memeluk Islam tapi mereka tidak sanggup mengatakan, “Aslamna (yakni kami memeluk Islam),” dan mereka mulai berkata, “Saba’na! Saba’na (yakni kami telah meninggalkan agama lama dan memeluk agama baru).” Khalid terus-menerus membunuh (beberapa dari mereka) dan menahan sebagian dari mereka dan menyerahkan setiap tawanan kepada kami. Ketika suatu hari Khalid memerintah setiap orang (tentara Muslim) untuk membunuh tawanan2 itu, aku berkata, “Demi Allah, aku tidak akan membunuh tawananku, dan tiada kawan2ku yang mau membunuh tawanan2 mereka pula.” Ketika kami datang kepada Nabi, kami menyampaikan seluruh cerita. Mendengar itu, Muhammad mengangkat kedua tangannya dan berkata dua kali,”O Allah! Aku bebas dari apa yang telah dilakukan Khalid.” “

Klaim Bohong Muhammad SAW Keturunan Abraham

MUHAMMAD BUKAN KETURUNAN ABRAHAM

Tulisan berikut ini akan membahas tentang keabsahan klaim muslim bahwa Muhammad SAW adalah keturunan dari Abraham. Dalam tulisan ini banyak digunakan SUMBER-SUMBER ISLAM sendiri yang ternyata justru MERAGUKAN KLAIM BAHWA MUHAMMAD SAW ADALAH KETURUNAN ABRAHAM.

I. KLAIM MUSLIM
Muslim mengklaim bahwa Muhammad SAW adalah keturunan dari Ismail.
Sumber :
The Choice
Ahmed Deedat

Bab 1-1-3 : Bukti Lebih Lanjut
…… Dengan cara yang sama Muhammad berasal dari saudara bangsa Israel, karena dia adalah keturunan anak Ismail putra Ibrahim. …….

Secara lebih spesifik Ahmed Deedat merujuk kepada KEDAR, anak Ismail.
Sumber :
The Choice – Combat Kit :

(b) “. . desa-desa yang didiami Kedar” (Injil-Yesaya 42: 11).
“Arab dan semua pemuka Kedar…. ” (Injil – Yehezkiel 27: 21)
Ensiklopedi Injil standar Internasional mengutip yang berikut ini dari A. S. Fulton:
” … Dari rumpun Ismail, Kedar adalah yang paling penting, dan oleh karena itu pada masa berikutnya nama tersebut diaplikasikan untuk semua suku-suku liar padang pasir Melalui Kedar (Arab Keidar) geneolog Muslim menelusuri nenek moyang Muhammad dari Ismail.”

II. PERMASALAHAN
Permasalahan mendasar pertama adalah karena ada 2 pendapat yang berbeda tentang dari anak Ismail yang mana klaim keturunan ini dibuat, apakah dari Nabit atau dari Kedar.

Kita lihat dulu silsilah nabi SAW yang diambil dari :
http://media.isnet.org/islam/Silsilah/Muhammad02.html (sebelah kiri)
Sumber http://www.ahle-sunnat.org.uk/PLINAGE3.html (sebelah kanan)

Kedua sumber sama untuk nama di bawah Adnan, namun berbeda untuk nama diatas Adnan, berikut Nabit dan Kedar.

00 IBRAHIM vs 00 Prophet Ibrahim (Alaihi Salaam)
01 Isma’eel ….vs 01 Prophet Ismail (Alaihi Salaam
02 NABIT ….vs 02. QAIDAR (KEDAR)
03 Yashjub ….vs 03. Nabt
04 Tayrah …..vs 04. Al YAsa
05 Nahur ……vs ??????
06 Muqawwam vs 05. Al Muqawwam
?????????……..vs 06 Yaqdud
?????????……..vs 07 Zayd
07 Udad …….vs 08. Adad
08 ‘ADNAN vs 09 Adnan
09 Mu’ad
10 Nizar
11 MUDAR
12 Ilyas
13 Mudrika
14 Khuzayma
15 Kinana
16 AL NADR (AL QURAYSH)
17 Malik
18 Fihr
19 Ghalib
20 Lu’ayy
21 Ka’ab
22 Murra
23 Kilab
24 Qussayy (Real name: Zayd)
25 ‘Abdu Manaf (Real name: Al Mughira)
26 Hashim (Real name: ‘Amr) as Banu Hashim
27 ‘Abdu Al Mutallib (Real name: Shaiba)
28 ‘Abdullah
29 MUHAMMAD saw

Nama yang perlu mendapat perhatian adalah Nabit, Kedar. Adnan, Mudhar dan Quraish.

II.1. MUHAMMAD SAW KETURUNAN NABIT
Nabit adalah anak pertama Ismail, sedang Kedar adalah anak ke 2 Ismail
Kej 25 : 13 : ….. Nebayot anak sulung Ismail, selanjutnya Kedar ………

Menurut pendapat Muhammad Ibn Ishaq
Nama lengkapnya adalah Muhammad Ibn Ishaq Ibn Yasar. Lahir di Medinah 704 M, meninggal di Baghdad 767 M. Mengunpulkan kisah-kisah tentang kehidupan nabi SAW dengan sumber berasal dari ayah dan ke 2 pamannya. Buku biografi tentang nabi SAW yang direview kembali oleh Ibn Hisham adalah sumber tertua tentang sejarah hidup nabi SAW.

Sumber :
Sirat Ibnu Ishaq
(Kitab Sejarah Nabi Tertua), buku 1,
Muhammadiyah University Press, 2002, halaman 4 :

Muhammad adalah anak dari Abdullah, bin Abdul Muttalib, bin Hashim …… bin Mudhar … bin Adnan ….. bin Yashjub, bin Nabit, bin Ismail, bin Ibrahim.

Nabi Muhammad SAW adalah keturunan Nabit anak pertama Ismail

II.2. MUHAMMAD SAW KETURUNAN KEDAR
Pendapat ini terekam oleh Ibn Sa’d.
Lahir di Basrah 783 M dan meninggal tahun 845 M. Belajar agama dari Muhammad ibn Umar al-Waqidi. Dalam pencariannya terhadap ilmu, Ibn Sa’d belajar hingga ke Kufa dan Madina. Otoritasnya diakui oleh ulama belakangan yaitu : Ibn Hajar, adh-Dhahabi, al-Khatib al-Baghdadi dan Ibn Khallikan.

Sumber :
Kitab Al-Tabaqat Al-Kabir Volume I
Muhammad Ibn Sa’d
Terjemahan oleh S. Moinul Haq, M.A., PH.D dibantu oleh H.K. Ghazanfar M.A.
Halaman 50 :

Hisham said: A narrator informed me on the authority of my father, but I had not heard it from him, that he related the genealogy thus, Ma‘add Ibn ‘Adnan Ibn Udad Ibn al-Hamaysa’ Ibn Salaman Ibn ‘Aws Ibn Yuz Ibn Qamwal Ibn Ubayyi Ibn al-‘Awwam, Ibn Nashid Ibn Haza Ibn Buldas Ibn Tudlaf Ibn Tabikh Ibn Jahim Ibn Nahish Ibn Makha Ibn ‘Ayfa Ibn ‘Abqar Ibn ‘Ubayd Ibn al-Du‘a Ibn Hamdan Ibn Sanbar Ibn Yathriba Ibn Nahzan Ibn Yalhan Ibn Ir‘awa Ibn ‘Ayfa Ibn Dayshan Ibn ‘Isar Ibn Iqnad Ibn Ibham Ibn Muqsi Ibn Nahith Ibn Zarih Ibn Shumayyi Ibn Mazzi Ibn ‘Aws Ibn ‘Arram IBN QAYDHAR Ibn Isma‘il Ibn Ibrahim (my Allah bless them both).

Pendapat ini yang sekarang laris dikutip oleh ulama-ulama modern.
Sumber :
Sejarah Hidup Muhammad,
Syaikh Shafiyyur Rahman al Mubarakfury
Robbani Press, 2002, halaman 46 – 47 :

Kedua, bagian yang mereka perselisihkan, antara setuju dan tidak, yaitu diatas Adnan sampai Ibrahim. ………..
Bagian kedua, yaitu diatas Adnan. Adnan adalah bin Ad bin Humaisi ….. bin Iram bin Qidar bin Ismail bin Ibrahim

Jadi sejarah tertua mengkaitkan Muhammad SAW dengan Nabit (anak pertama), sementara tulisan yang belakangan mengkaitkan Muhammad SAW dengan Qidar (Kedar – anak kedua Ismail).

II.3. KENAPA TERJADI PERUBAHAN?
Kemungkinannya karena pakar-pakar Islam awal cenderung mengkaitkan dengan anak sulung yaitu Nabit yang secara tradisi umumnya menjadi anak yang mendapat hak kesulungan.

Sementara pakar Islam modern setelah lebih mengetahui Alkitab ternyata mendapati :
• Nabit sama sekali tidak memegang peranan dan hampir tidak disebutkan namanya. Bahkan malah dihubungkan dengan domba-domba yang akan akan dikurbankan orang Israel.
Yesaya 60 : 7 :
Segala kambing domba Kedar akan berhimpun kepadamu, domba-domba jantan Nebayot akan tersedia untuk ibadahmu; semuanya akan dipersembahkan di atas mezbah-Ku sebagai korban yang berkenan kepada-Ku, dan Aku akan menyemarakkan rumah keagungan-Ku.

Tentu saja ayat ini tidak mengenakkan bagi pakar-pakar muslim sehingga pandangan bahwa nabi SAW keturunan Nabit tidak lagi perlu dipertahankan.

• nama Kedar disebutkan dalam konotasi “kegembiraan” :
Yesaya 42 : 11 : “..demikian pun segala dusun yang diduduki ORANG KEDAR, baiklah bersorak-sorai penduduk Bukit Batu ……”.

Kalimat dalam Yes 42 kemudian dipergunakan untuk menjustifikasi bahwa nabi Muhammad SAW telah diramalkan dalam Alkitab melalui Kedar, sementara bukit batu berarti wilayah Mekah yang berbukit-bukit.

Itu sebabnya silsilah harus diganti dari Nabit menjadi Kedar.

Ironisnya, Kedar justru dikonotasikan sebagai musuh Israel.

Mazmur 120 : 5 – 7 :
Ayat 5 : CELAKALAH aku karena harus tinggal sebagai orang asing di Mesekh, karena harus diam diantara kemah-kemah KEDAR.
Ayat 6 : Cukup lama aku tinggal bersama-sama dengan orang-orang yang MEMBENCI PERDAMAIAN.
Ayat 7 : Aku ini suka perdamaian, tetapi apabila aku berbicara, maka MEREKA MENGHENDAKI PERANG

Jadi Kedar muncul dalam konteks CELAKA, PEPERANGAN dan KETIDAKDAMAIAN.

Jika muslim berkeras bahwa Kedar menubuatkan nabi SAW (bangsa Arab), maka NUBUAT ALKITAB INI TERPENUHI dengan PEPERANGAN-PEPERANGAN yang dilancarkan oleh nabi SAW dan muslim selanjutnya

Jika ayat ini menjadi tidak mengenakkan muslim, MUNGKIN di kemudian hari akan ada perubahan lagi bahwa Muhammad SAW keturunan dari Tema, anak ke 9 Ismail.
Kej 25 : 13 : …… Hadad, TEMA, Yetur, ………

Perubahan dimungkinkan karena adanya sebuah oase di digurun Nefud di Arab Tengah yang bernama TEIMA. Jadi nabi SAW bisa dikaitkan dengan TEMA – dengan Ismail.

III. SKEPTISISME SUMBER KUNO ISLAM
Sebetulnya garis keturunan nabi Muhammad diatas Adnan tidak dapat ditentukan lagi. Banyak ulama kono Islam yang mengakui hal tersebut.

III.1. MENURUT IBN KATHIR
Namanya Abul Fida Ismail ibn Abi Hafs Shihabuddin Omar ibn Kathir ibn Daw ibn Kathir. Lahir di Busra (Syria) tahun 1302 M, meninggal 1373 M. Mengarang kitab tafsir yang diakui oleh muslim sebagai satu yang terbaik.

Sumber :
The Life of the Prophet Muhammad
AL- SIRA AL- NABAWIYYA by IBN KATHIR , volume 1
Translated by Professor Trevor le Gassick
Paper Back Reviewed by Dr A Fareed / Dr.M Fareed
Garnet Publishing – UK, halaman 50 – 52

There is no question of ‘Adnan being of the line of Ishmael, son of Abraham, upon both of whom be peace. What dispute there is relates to the number of forebears there were from ‘Adnan to Ishmael according to the various sources.
At one end of the spectrum, there s the extreme view that considers there to have been FORTY; this is the view of Christians and Jews who adopted it from the writings of Rakhiya, the clerk of Armiya (Jeremy) b. Halqiya, as we will relate.
Some authorities maintain there THIRTY, others TWENTY, yet more FIFTEEN, TEN, NINE, or SEVEN.
It has been said that the lowest estimate given is for FOUR, according to the account given by Musa b. Ya‘qub ……..

Tidak ada keraguan bawa Adnan adalah keturunan Ismail, anak Abraham. Yang tidak pasti adalah tentang jumlah generasi antara Adnan hingga Ismail menurut beberapa sumber.
Salah satu pendapat tentang jumlah generasi, yang paling ekstrim adalah ada EMPATPULUH GENERASI, in iadalah pendapat Kristen dan Yahudi yang mengadopsi pandangan ini dari sumber Rakhiya …. Beberapa otoritas menyatakan TIGAPULUH GENERASI, yang lain DUA PULUH GENERASI, bahkan LIMA BELAS GENERASI, SEPULUH GENERASI, SEMBILAN GENERASI, atau TUJUH GENERASI. Dilaporkan bahwa estimasi paling sedikit adalah EMPAT GENERASI,menurut laporan dari Musa bin Yakub …….

Jadi Ibn Kathir secara iman berpendapat bahwa tidak ada keraguan tentang Muhammad SAW adalah keturunan Ismail, hanya masalah berapa jumlah generasi antara Ismail hingga Muhammad SW yang tidak jelas.
Namun keyakinan Ibn Kathir ini sebetulnya pupus dengan sendirinya karena dia sendiri mengutipkan sumber-sumber yang menolak dan meragukan pendapat bahwa Muhammad SAW adalah keturunan Ismail.

Sumber :
Ibid, halaman 50 – 52
As for Malik, God have mercy on him, he expressed disapproval when asked about someone tracing his descent back to Adam and commented: “WHENCE COMES TO HIM KNOWLEDGE OF THAT?” When he was asked about tracing back to Ishmael, he expressed similar disapproval, asking, “WHO COULD PROVIDE SUCH AN INFORMATION?”

Sementara menurut Malik – Allah mengasihinya – Malik menunjukkan ketidaksetujuannya ketika seseorang menyatakan silsilah nenek moyangnya hingga ke Adam dan berkata, “Kapan informasi itu sampai kepadanya?” Ketika Malik ditanya silsilah hingga Ismail, dia menunjukkan ketidaksetujuannya, dan bertanya, “SIAPA YANG DAPAT MEMBERIKAN INFORMASI SILSILAH ITU?”

It is reported that Ibn ‘Abbas said, “Between ‘Adnan and Ishmael there were 30 ancestors WHO ARE UNKNOWN.” Ibn ‘Abbas is also reputed to have said when he traced back lines of descent as far as ‘Adnan: “The genealogists have LIED

Dilaporkan bahwa ibn Abbas berkata, “Antara Adnan dan Ismail ada 30 generasi yang TIDAK DIKETAHUI” Ibn abbas dilaporkan ketika mengecek silsilah nenek moyang hingga Adnan, berkata, “Ahli silsilah telah BERBOHONG”

‘Umar b. al-Khattab stated, “We carry back the genealogy ONLY AS FAR AS ‘ADNAN.” …..
Abu al-Aswad stated that he had heard Abu Bakr Sulayman b. Abu Khaytham, one of the very most knowledgeable men of the poetry and the genealogy of Quraysh, say, “WE NEVER KNEW ANYONE WITH INFORMATION GOING BACK BEYOND MA‘AD B. ‘ADNAN, whether relating poetry or other knowledge.”

Umar ibn Khatab menyatakan, “Kami mengetahui daftar nenek moyang hanya SAMPAI KEPADA ADNAN” …..
Abu al-Aswad menyatakan bahwa dia mendengar Abu Bakar Sulayman ibn Abu Khaytam, salah satu orang yang paling terkemuka dalam sejarah suku Quraysh berkata, “Kami tidak pernah mengatahui ada orang yang mengetahui garis keturunan SEBELUM ADNAN, BAIK DALAM BENTUK SYAIR ATAU APAPUN.”

Kutipan diatas jelas yaitu :
• Daftar keturunan hanya DIKETAHUI HINGGA ADNAN
• Keturunan sebelum Adnan TIDAK DIKETAHUI
• Ada banyak KEBOHONGAN untuk mengkaitkan nabi Muhammad SAW dengan Ismail dan Abraham dalam khasanah sejarah Islam.

Pada akhirnya Ibn Kathir hanya dapat meyakini nabi Muhammad SAW keturunan Kedar – Ismail hanya atas dasar IMAN.

III.2. MENURUT MUHAMMAD IBN SA’D
Ibn Sa’dpun mencatat skeptisisme yang sama.
Sumber :
Kitab Al-Tabaqat Al-Kabir Volume I
Muhammad Ibn Sa’d
Terjemahan oleh S. Moinul Haq, M.A., PH.D dibantu oleh H.K. Ghazanfar M.A.
Halaman 50 – 53 :

.. he on the authority of Ibn ‘Abbas; he said: Verily the Prophet (may peace be upon him), WHENEVER he related his genealogy, DID NOT GO BEYOND MA‘ADD IBN ‘ADNAN IBN UDAD, then he kept quiet and said: The narrators of genealogy ARE LIARS, ……
Ibn ‘Abbas says: The Prophet would have been informed of the genealogy (prior to Adnan by Allah) if he (Prophet) had so wished.

… dia dari otoritas Ibn Abbas, berkata : “Sesungguhnya Rasulullah, setiap mengaitkan silsilah keturunan, TIDAK PERNAH LEBIH DARI MA’AD BIN ADNAN BIN UDAD, kemudian Rasulullah akan terdiam dan berlata : Ahli-ahli silsilah ADALAH PEMBOHONG, ……..
Ibn Abbas berkata : “RASULULLAH PASTI AKAN SUDAH DIINFORMASIKAN DAFTAR KETURUNAN (SEBELUM ADNAN OLEH ALLAH) JIKA RASULULLAH MEMANG SANGAT MENGINGINKANNYA.

… Verily the genealogy of Ma‘add Ibn ‘Adnan HAS BEEN TRACED DIFFERENTLY. In some narrations it is Ma‘add Ibn ‘Adnan Ibn Muqawwam, Ibn Nahur Ibn Tirah Ibn Ya‘rub Ibn Yashjub IBN NABIT Ibn Isma ‘il.
He (Ibn Sa‘d) said: And some say: Ma‘add Ibn ‘Adnan Ibn Udad ’Itahab Ibn Ayyub IBN QAYDHAR Ibn Isma‘il Ibrahim.

… Sungguh silsilah keturunan Ma’add bin Adnan telah dilacak DENGAN JALUR BERBEDA. Dalam beberapa narasi adalah Ma‘add Ibn ‘Adnan Ibn Muqawwam, Ibn Nahur Ibn Tirah Ibn Ya‘rub Ibn Yashjub IBN NABIT Ibn Isma ‘il.
Ibn Sa’d berkata : Dan beberapa mengatakan : Ma‘add Ibn ‘Adnan Ibn Udad ’Itahab Ibn Ayyub IBN QAYDHAR Ibn Isma‘il Ibrahim.

… he on the authority of ‘Urwah; he said: WE DID NOT FIND ANY ONE TRACING THE GENEALOGY ABOVE MA‘ADD IBN ‘ADNAN.
… I heard Abu Bakr Ibn Sulayman Ibn Abu Hathamah saying… WE DID NOT FIND CERTAINTY IN THE KNOWLEDGE OF A SCHOLAR NOR IN THE VERSES OF A POET (ABOUT GENERATIONS) ABOVE MA‘ADD IBN ‘ADNAN…

Dia menurut otoritas Urwah : Kami tidak menemukan seorangpun yang dapat mengetahui silsilah DIATAS MA‘ADD IBN ‘ADNAN.

…. Aku mendengar Abu Bakar Ibn Sulayman Ibn Abu Hathamah berkata …… Kami tidak menemukan dengan pasti pengetahuan dari ilmuwan ataupun dari sajak-sajak kuno tentang silsilah DIATAS MA‘ADD IBN ‘ADNAN…

III.3. MENURUT IBN JARIR AT TABARI
Lahir di Thabrastan tahun 839 M, meninggal di Baghdad 932 M. Seorang ahli sejarah yang terkemuka, ahli tafsir dan seorang imam. Kitab tafsirnya telah menjadi rujukan bagi segala ulama tafsir. Tabari mencatat perbedaan keturunan apakahdari Nabit atau Kedar

Sumber :
The History of Al-Tabari,
Volume VI, Muhammad At Mecca,
Diterjemahkan oleh W. Montgomery Watt dan M.V. McDonald
State University of New York Press, Albany, 1988, halaman 38

“… I heard the Messenger of God say, ‘Ma‘add ‘Adnan b. Udad b. Zand b. Yara b. A‘raq al-Thara.’ Umm Salamah: Zand is al-Hamaysa‘, Yara is NABT and A‘raq al-Thara is Ishmael, son of Abraham.

“… Aku mendengar RASULULLAH BERKATA, “‘Ma‘add ‘Adnan b. Udad b. Zand b. Yara b. A‘raq al-Thara.’ Umm Salamah: Zand adalah al-Hamaysa‘, Yara adalah NABIT dan A‘raq al-Thara adalah Ishmael, anak Abraham.

… ‘Adnan, AS SOME GENEALOGISTS ASSERT, was the son of Udad b. Muqawwam b. Nahur b. Tayrah b. Ya ‘rub b. NABIT b. Isma‘il (Ishmael) b. Ibrahim (Abraham), WHILE OTHERS SAY: ‘Adnan b. Udad b. Aytahab b. Ayyub b. QAYDHAR b. Isma‘il (Ishmael) b. Ibrahim (Abraham). Qusayy b. Kilab traces his descent back to QAYDHAR in his poetry. YET OTHER GENEALOGISTS SAY: ‘Adnan b. Mayda‘ b. Mani‘ b. Udad b. Ka‘b b. Yashjub b. Ya‘rub b. al-Hamaysa‘ b. QAYDHAR b. Isma‘il (Ishmael) b. Ibrahim (Abraham). THESE DIFFERENCES arise because it is an old science, taken from the people of the first Book (the Old Testament)

Adnan, menurut beberapa ahli silsilah, adalah anak dari ….. b Nahor b. Terah b. Yarub b. NABIT b. Ismail b. Ibrahim, sementara yang lain menyatakan ‘Adnan b. Udad b. Aytahab b. Ayyub b. QAYDHAR b. Ismail b. Ibrahim …… Perbedaan ini muncul karena hal ini adalah pengetahuan kuno, diambil dari pendapat ahli kitab.

Pendapat Tabari bahwa Muhammad SAW menyatakan silsilah hingga Abraham bertabrakan dengan pendapat Ibn Sa’d yang justru menyatakan bahwa Muhammad SAW tidak pernah menyebutkan silsilah diatas Adnan.

Jelas bahwa silsilah Muhammad SAW hanya diketahui sampai Adnan saja.
Jadi sebetulnya TIDAK ADA YANG TAHU garis keturunan sebelum Adnan.

Kalau memang tidak ada yang tahu bagaimana bisa mengkaitkan Muhammad SAW dengan Adnan dan dengan Ismail??

III.3. IMAM BUKHARI
Dalam salah satu hadisnya, Bukhari mencatat kejadian dimana Hagar dan Ismail dibuang oleh Abraham di Mekah. Namun sangat menarik karena dikisahkan bahwa Muhammad SAW ternyata tidak sekalipun menyebut nama Hagar melainkan menggunakan istilah IBU ISMAIL atau SHE. Ini jelas mengindikasikan bahwa Muhammad SAW TIDAK MENGETAHUI NAMA Hagar.

Sumber :
Sahih Bukhari
Volume 004, buku 055, Hadis Nomor 583.

Narated By Ibn Abbas : The first lady to use a girdle was the MOTHER OF ISHMAEL. SHE used a girdle so that SHE might hide her tracks from SARAH., ….. ….. ISHMAEL’S MOTHER followed him saying, “O Abraham! ….. SHE repeated that to him many times, but he did not look back at her Then SHE asked him, …. SHE said, “Then He will not neglect us,” …… SHE became thirsty …… SHE started looking at him (i.e. Ishmael) tossing in agony; SHE left him, for SHE could not endure looking at him,…… SHE repeated that (running between Safa and Marwa) seven times.”

The Prophet said, “This is the source of the tradition of the walking of people between them (i.e. Safa and Marwa). When SHE reached the Marwa (for the last time) SHE heard a voice and asked herself to be quiet and listened attentively. SHE heard the voice again ….
The Prophet added, “May Allah bestow Mercy on ISHMAEL’S MOTHER! ……. SHE lived in that way till some people from the tribe of Jurhum …… The Prophet added, “ISHMAEL’S MOTHER was sitting near the water. ……. The Prophet further said, “ISHMAEL’S MOTHER was pleased with the whole situation as SHE used to love ……. The child (i.e. Ishmael) grew up and learnt Arabic from them and (his virtues) caused them to love and admire him as he grew up, and when he reached the age of puberty they made him marry a woman from amongst them.

After ISHMAEL’S MOTHER had died,

Dalam hadis lainnya, bahkan diindikasikan bahwa orang-orang Arab TIDAK TAHU BAHWA HAGAR ADALAH IBU ISMAIL, hal yang mustahil terjadi jika Quraish memang keturunan Ismail.

Sumber :
Sahih Bukhari
Volume 007, Buku 062, Hadis Nomor 021.

Narated By Abu Huraira : The Prophet said: Abraham did not tell lies except three. (One of them was) when Abraham passed by a tyrant and (his wife) Sara was accompanying him (Abu Huraira then mentioned the whole narration and said:) (The tyrant) gave her Hajar. Sara said, “Allah saved me from the hands of the Kafir (i.e. infidel) and gave me Hajar to serve me.” (Abu Huraira added:) That (Hajar) is your mother, O Banu Ma’-As-Sama’ (i.e., the Arabs).
Dikisahkan oleh Abu Huraira : Rasulullah berkata : “Abraham tidak berbohong kecuali dalam 3 kesempatan. (Satu diantaranya adalah saat) Abraham diterima oleh seorang tiran dan Sara sedang mendampinginya. … Sang tiran memberinya Hagar. Sara berkata, “Allah menyelamatkan aku dari tangan kafir dan memberiku Hagar sebagai pelayan.” (ABU HURAIRA) MENAMBAHKAN, “(HAGAR) ITU ADALAH IBUMU, O BANI MA’AS-SAMA (ORANG-ORANG ARAB).

Dari kedua hadis diatas mengindikasikan dengan jelas bahwa NAMA HAGAR TIDAK DIKENAL OLEH MUHAMMAD SAW DAN SAHABAT-SAHABATNYA. Itulah sebabnya Muhammad SAW tidak menyebut nama Hagar dan Abu Huraira sampai merasa perlu untuk menjelaskan kepada sahabat-sahabatnya bahwa Hagar adalah ibu mereka.

IV. JIBRIL TURUN TANGAN
Bahkan silsilah Muhammad SAW dari MUDHAR juga baru muncul BELAKANGAN. Dan lagi-lagi muncullah Jibril yang menyelamatkan (mirip saat ingin menikahi Zainab) dengan memberitahu garis keturunan nabi Muhammad melalui Mudhar.
Sumber :
Kitab al-Tabaqat al-Kabir, Volume I,
Muhammad Ibn Sa’d
Terjemahan oleh S. Moinul Haq, M.A., PH.D dibantu oleh H.K. Ghazanfar M.A.
halaman 4


Ma’n Ibn ‘Isa al-Ashja’i al-Qazzaz (silk-merchant) informed us; he said: Mu’awiyah Ibn Salih informed us on the authority of Yahya Ibn Jabir who had seen some Companions of the Prophet and said: The people of Banu Fuhayrah came to the Prophet and said to him: You belong to us. He replied: Verily, (the archangel) Gabriel has informed me that I belong to Mudar.
Ma’n Ibn ‘Isa al-Ashja’i al-Qazzaz (pedagang sutera) menginformasikan : dia berkata : Muawiyah Ibn Salih menginfrmasikan menurut Yahya Ibn Jabir yang telah melihat beberapa sahabat Rasulullah SAW dan berkata : Bani Fuhayrah mendatangi Rasulullah SAW dan berkata kepadanya : “Rasulullah SAW adalah dari golongan kami”. Rasulullah SAW menjawab : “Sunguh, JIBRIL TELAH MEMBERITAHUKAN KEPADAKU BAHWA AKU TERMASUK KETURUNAN MUDHAR.”

Kisah serupa terekam juga dalam sahih Bukhari.
Sumber :
Sahih Bukhari
Volume 4, Buku 56, Nomor 698
Narrated Kulaib:
I was told by the Rabiba (i.e. daughter of the wife of the Prophet) who, I think, was Zainab, that the Prophet forbade the utensils (of wine called) Ad-Dubba, Al-Hantam, Al-Muqaiyar and Al-Muzaffat. I said to her, “Tell me as to which tribe the Prophet belonged; was he from the tribe of Mudar?” She replied, “He belonged to the tribe of Mudar and was from the offspring of An-Nadr bin Kinana.”
Dikisahkan oleh Kulaib :
…… Aku berkata kepadanya, “Katakan padaku kepada suku mana Rasulullah berasal, apakah beliau dari suku Mudhar?” Dia menjawab, “Rasulullah berasal dari suku Mudhar dan berasal dari keturunan An Nadr bin Kinana.”

Ini mengindikasikan bahwa :
1. Bani Fuhayrah tidak mengetahui bahwa Muhammad SAW atau suku Quraish adalah dari keturunan Mudhar
2. Jika tidak diketahui garis keturunan dari Mudhar, apalagi dari Adnan, apalagi dari Nabit atau Kedar, apalagi dari Ismail dan apalagi dari Abraham.
3 garis keturunan Muhammad hanya diketahui setelah menerima wahyu dari Jibril.

Konsekuensi lebih lanjut adalah GARIS KETURUNAN BANI QURAISH DARI MUDHAR, DARI ADNAN DAN DARI ISMAIL TIDAK DIKETAHUI SEBELUM MUNCULNYA MUHAMMAD SAW KARENA KALAU PENGETAHUAN INI SUDAH ADA KAN TIDAK PERLU JIBRIL MEWAHYUKAN SESUATU YANG SUDAH DIKETAHUI RAMAI ORANG.

Atau dengan kata lain garis keturunan itu DIKARANG kemudian.

V. KOMENTAR ULAMA MODERN
Pandangan bahwa Ismael adalah bapa bangsa Arab sebenarnya baru muncul pada awal berkembangnya Islam. Pada jaman pra Islam, tidak ada yang berpendapat bahwa Ismail adalah bapa bangsa Arab.

Beberapa pakar Islam mengakui hal tersebut :

1) Dr. Taha Hussein, seorang profesor dari Mesir, pendapatnya dikutip dalam buku Mizan al Islam karya Anwar Jundi, halaman 170 :
Dalam kasus cerita Abraham dan Ismail membangun Kabah cukup jelas, cerita ini MUNCUL BELAKANGAN disaat Islam mulai berkembang. Islam mengeploitasi kisah ini untuk kepentingan agama”

Siapa DR. Taha Husayn.
Dikutip dari :
Encyclopaedia Britannica edisi 2003
Sub Topik : Taha Hussein

Lahir Nov. 14, 1889, Maghaghah, Mesir
Meninggal Oct. 28, 1973, Kairo
Figur yang menonjol dalam khasanah Mesir modern …..Ditahun 1902 dia belajar di Al-Azhar, Kairo …… Ditahun 1908 dia masuk Universitas Kairo dan di tahun 1914 menjadi orang pertama yang meraih gelar doktor …… Taha menjadi professor Kebudayaan Arab di Universitas Kairo, karirnya dipenuhi dengan gejolak karena pandangan-pandangan kritisnya yang sering membuat marah kaum Islam ortodoks. ….Tahun 1926 dia menerbitkan buku On Pre-Islamic Poetry, dalam buku ini dia menyimpulkan beberapa syair-syair yang dinyatakan pra Islam sebetulnya adalah pemalsuan oleh muslim kemudian karena beberapa alasan, salah satunya adalah untuk memberikan otoritas kepada Al-Qur’an. Karena buku ini, dia dinyatakan kafir. ….. Taha kemudian menjabat sebagai Menteri Pendidikan ditahun 1950 – 1952 …..

2) W Aliyudin Shareef, dalam buku In Response to Robert Morey’s Islamic Invasion, halaman 3 – 4 :
“Pada masa sebelum Islam, Ismail TIDAK PERNAH DISEBUTKAN sebagai Bapa Bangsa Arab”

VI. ASAL USUL BANGSA ARAB
Menurut sumber Islam, orang Arab berasal dari Qathan (Yoktan).
Sumber :
Sejarah Islam
Ahmad Al-Usairy
Akbar Media Eka Sarana, 2003, halaman 62

2. Arab Baqiyah
MEreka adalah orang-orang Arab yang hingga saat in masih ada. Mereka adalah bani Qathan dan Bani Adnan. BANU QATHAN ADALAH ORANG ARAB ARIBAH (ORANG ARAB ASLI) dan tempat mereka adalah di selatan jazirah Arab. …….. Sedangkan bani Adnan, mereka adalah orang-orang Arab Musta’ribah, yakni orang-orang Arab yang mengambil bahasa Arab sebagai bahasa mereka. Mereka adalah ORANG-ORANG ARAB BAGIAN UTARA……

Dan juga keturunan dari Iram anak Sem
Sumber :
Sirat Ibnu Ishaq
Kitab Sejarah Nabi Tertua, buku 1,
Muhammadiyah University Press, 2002, halaman 4

Ad ibn Aus ibn IRAM IBN SAM ibn Nuh dan Thamud dan Jadis dua anak dari Abir ibn IRAM IBN SAM ibn Nuh, dan Tasm dan Imlaq dan Umayan anak-anak Lawidh ibn Sam ibn Nuh adalah semuanya Arab. Nabit ibn Isma’il memperanakkan Yashjub dan garis keturunannya adalah : Ta’rub-Tayrah-Bahur-Muqawwan-Udad-‘Adnan.

Kutipan dari buku Sejarah Islam diatas memperkuat argument bahwa keturunan Ismail memang hidup disekitar perbatasan Sinai,
baca : Paran dan Baka Bukanlah Mekah
http://indonesian.knowislam.info/forum/ … .php?t=634
http://diskusi.forumsplace.com/message2 … aaea32f94e

Menyadari kelemahan diatas, maka muslim akan mengarang satu scenario lagi sebagai berikut.
Sumber :
Sejarah Islam
Ahmad Al-Usairy
Akbar Media Eka Sarana, 2003, halaman 62

…. Mereka adalah orang-orang Arab bagian utara. SEDANGKAN TEMPAT TINGGAL ASLI MEREKA ADALAH MEKAH

Jadi ada satu skenario untuk mencocokkan sejarah dengan klaim agama yaitu : keturunan Ismail awalnya mendiami Mekah kemudian pindah ke utara menuju sekitar wilayah Sinai.
Satu skenario yang tidak ada pembuktian arkeologinya. Kalau memang keturunan Ismail pindah ke Utara meninggalkan Mekah, terus suku Quraish yang tinggal di Mekah keturunan siapa?

Sementara menurut Alkitab kita bisa melihat hal-hal sebagai berikut.
1. Nuh memiliki 3 anak, yaitu Sem, Ham dan Yafet
Kejadian 10:1. Inilah keturunan Sem, Ham dan Yafet, anak-anak Nuh

2. Sem memiliki 5 anak
Kejadian 10:22 Keturunan Sem ialah Elam, Asyur, Arpakhsad, Lud dan Aram.

3. Anak Sem dari Aram (Iram) menjadi orang Arab sesuai pendapat dari Ibn Ishaq diatas.

4. Qathan atau Yoktan yang menjadi bapa bangsa Arab asli berasal dari anak Sem yang bernama Arpakhsad
Kejadian 10
Ayat 24 ARPAKHSAD memperanakkan Selah, dan Selah memperanakkan Eber.
Ayat 25 Bagi Eber lahir dua anak laki-laki; nama yang seorang ialah PELEG, sebab dalam zamannya bumi terbagi, dan nama adiknya ialah YOKTAN.

5. Sementara Abraham sendiri berasal dari keturunan Nuh – Sem – Arpakhsad – Peleg(kakak dari Yoktan atau Qathan) – Rehu – Serug – Nahor – Terah – Abram (Abraham)

Jika memang Muhammad SAW dan Quraish mengaku dari keturunan Ismail, hal ini tetap meninggalkan kesulitan karena keturunan Ismail bukanlah bangsa Arab asli dan mereka diklaim sudah meninggalkan Mekah menuju Utara.
Itulah sebabnya, pengaitan Quraish dengan Mudhar ternyata juga baru terjadi belakangan setelah Islam mulai berkembang. PENGAITAN YANG DIPERLUKAN UNTUK MENDAPATKAN KLAIM KENABIAN DARI JALUR ABRAHAM.

VI. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan sbb :
1. Muhammad SAW tidak mengetahui nama ibu Ismail, hal yang mustahil terjadi jika Quraish memang adalah keturunan Ismail

2. Orang Arab tidak mengetahui nama ibu Ismail, hal yang mustahil terjadi jika Quraish memang adalah keturunan Ismail

3. Orang Arab bahkan termasuk Quraish tidak mengetahui bahwa mereka keturunan Mudhar, hal yang mustahil terjadi jika Quraish memang adalah keturunan Ismail

4. Orang Arab tidak mengetahui garis keturunan diatas Adnan

5. Garis keturunan diatas Adnan yang mengkaitkan dengan Abraham adalah KEBOHONGAN

6. Kebingungan bahkan berlanjut hingga anak Ismail yang mana : Nabit atau Kedar, maklum karena klaim dibuat belakangan.

7. Orang Arab berasal dari keturunan Iram dan Qathan, bukan dari Ismail. Kaum Ismail adalah IMIGRAN kedalam bangsa Arab

Dengan demikian, cukup beralasan kalau dikatakan bahwa :
MUHAMMAD SAW BUKANLAH KETURUNAN KEDAR/NABIT – ISMAIL – IBRAHIM.

Sekian

Topik serupa dapat diakses di :

Kebohongan Sejarah Mekah, Kabah dan Zamzam
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f … php?t=2961
http://diskusi.forumsplace.com/message2 … aaea32f94e

Paran dan Baka Bukanlah Mekah
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f … .php?t=634
http://diskusi.forumsplace.com/message2 … aaea32f94e

Read More


Put your signature here.

Nubuatan Palsu Muhammad Dalam Qur’an dan Hadis

[url=http://answering-islam.org/indonesian/muhammad/nubuatan-palsu-muhammad.html]Link terkait[/url]

Nubuatan Palsu Muhammad Dalam Qur’an dan Hadis

Sam Shamoun

Alkitab memberikan kita sarana untuk dapat membedakan mana nabi yang benar dan mana nabi yang palsu:

“Tetapi nabi yang lancang berkata-kata di dalam nama-Ku, yang tidak aku perintahkan untuk mengatakannya dan yang berkata dalam nama ilah yang lain, maka nabi itu harus mati. Dan apabila kamu berkata di dalam hatimu: Bagaimanakah kami mengetahui perkataan yang tidak YAHWEH katakan? Yaitu, Apabila seorang nabi berkata demi nama YAHWEH dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak menjadi kenyataan, itulah perkataan yang tidak YAHWEH katakan – nabi itu telah berbicara dengan lancang, maka janganlah takut kepadanya” Ulangan 18:20-22.

Berdasarkan apa yang dikatakan Tuhan dalam ayat-ayat sebelumnya, kita akan menguji beberapa prediksi yang dibuat Muhammad dalam Qur’an dan tradisi-tradisi Islam untuk melihat apakah ia lulus dari pengujian Tuhan.

Berkenaan dengan Penaklukkan Roma Terhadap Persia

Sura 30:2-4: “Telah dikalahkan bangsa Rumawi di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi).”

Sebagaimana dinyatakan dalam nubuatan tersebut, Kerajaan Byzantium memang mengalami kemenangan terhadap bangsa Persia yang pada awalnya telah mengalahkan mereka. Namun ada beberapa permasalahan mendasar sehubungan dengan nubuatan ini:

  • Menurut Yusuf Ali, bahasa Arab untuk “dalam beberapa tahun lagi”, yaitu Bidh’un, mengandung pengertian suatu periode antara 3 sampai 9 tahun (bukan sepuluh atau belasan keatas); namun menurut catatan sejarah kemenangan itu tidak mereka alami hingga hampir 14 tahun kemudian. Orang Persia mengalahkan Byzantium dan menawan Yerusalem pada sekitar tahun 614 atau 615 M. Serangan balasan Byzantium tidak dimulai hingga 622 M dan kemenangan itu tidak dicapai sepenuhnya hingga 628 M, sehingga seluruhnya menjadi suatu periode antara 13 hingga 14 tahun, bukan hanya “beberapa tahun” seperti yang dikemukakan Qur’an.
  • Sejarawan dan komentator Muslim yang terkemuka, al-Tabari, berpendapat kemenangan Roma terjadi pada 628 M (6 Hijriah), tepat setelah penandatanganan perjanjian Hudaiybiya:

Menurut Ibn Humayd – Salamah – Muhammad b. Ishaq – Ibn Shihab al-Zuhri -‘Ubaydallah b. ‘Abdullah b. ‘Utbah b. Mas’ud – ‘Abdullah b. ‘Abbas – Abu Sufyan b. Harb, yang mengatakan: “Saudara-saudara, kami hanyalah pedagang. Perang antara kami dengan Rasul Allah telah menghalangi perjalanan kami, sehingga kesehatan kami merosot. Setelah perjanjian damai antara kami dengan Rasul Allah, kami takut kami tidak akan mendapatkan keamanan. Saya pergi ke Syria dengan sekelompok pedagang Quraysh. Tujuan utama kami adalah Gaza, dan kami tiba pada saat Heraclius menang atas orang Persia yang ada di negerinya – ia mengusir mereka dan mengambil kembali Salib Besarnya dari mereka, yang telah mereka rampas. Setelah menyelesaikan semuanya ini dan setelah menerima berita bahwa salibnya telah diselamatkan dari mereka (saat itu ia tinggal di Hims), ia pergi kesana berjalan kaki sambil bersyukur kepada Tuhan yang telah mengembalikan salib itu kepadanya, dan dapat berdoa di Yerusalem. Karpet-karpet digelarkan baginya, dan dedaunan wangi ditebarkan di atasnya. Ketika ia tiba di Yerusalem dan melaksanakan ibadah – ia disertai para komamndan militernya dan kaum bangsawan Roma – ia bangun dengan bersusah hati di suatu pagi sambil memandangi langit…” (The History of Al-Tabari: The Victory of Islam, diterjemahkan oleh Michael Fishbein [State University of New York Press, Albany 1997], Volume VIII, h. 100-101; penekanan dengan huruf tebal oleh redaksi)

Catatan kaki penerjemah berbunyi:

436. “Pada 627 Heraclius menginvasi kekaisaran Persia, dan pada bulan Desember tahun itu memperoleh kemenangan yang besar dekat Niniweh kuno, tetapi harus mundur tidak lama setelah itu. Namun demikian, pada Februari 628, Kaisar Persia dibunuh, dan putranya yang menggantikannya menginginkan damai. Tetapi sekitar 628 Heraclius menganggap dirinya sendiri telah menang, namun negosiasi mengenai evakuasi kekaisaran Byzantium oleh bangsa Persia tidak selesai hingga Juni 629. Pada September 629 Heraclius memasuki Konstantinopel sebagai pemenang, dan pada Maret 630 mengembalikan Jalan Suci ke Yerusalem” (Watt, Muhammad at Medina, 113-114). Lihat juga Ostrgorsky, History of the Byzantine State, 103-4. (Ibid., penekanan oleh penulis).

Kumpulan Hadis al-Bukhari memberikan keterangan lebih lanjut bahwa kunjungan Abu Sufyan dengan Heraclius terjadi setelah penandatanganan perjanjian Hudaiybiya:

Dikisahkan oleh Abdullah bin ‘Abbas:

Bahwa Abu Sufyan bin Harb memberitahukannya bahwa Heraclius memanggilnya dan para anggota karavan dari Quraysh yang telah berangkat ke Sham sebagai pedagang, selama kesepakatan damai yang dibuat Rasul Allah dengan Abu Sufyan dan orang-orang kafir Quraisy. (Sahih al-Bukhari, Volume 4, Buku 53, Nomor 399)

Watt mengemukakan kemenangan utuh Roma pada 630 M, limabelas hingga enambelas tahun setelah nubuatan Muhammad!

  • Teks asli Qur’an tidak mempunyai huruf hidup. Jadi, kata Arab Sayaghlibuna, “mereka akan mengalahkan,” dapat dengan mudah tertukar artinya, dengan mengubah dua huruf hidup, menjadi Sayughlabuna, “mereka (yaitu bangsa Roma) akan dikalahkan.” Oleh karena huruf hidup tidak ditambahkan beberapa waktu setelah peristiwa ini, sangatlah mungkin si penulis dengan sengaja bermain-main dengan teks tersebut, memaksakan teks tersebut seolah menjadi sebuah pernyataan profetis (nubuatan ilahiah).

Kenyataan ini diperkuat oleh komentator Muslim al-Baidawi. C.G. Pfander menyebutkan komentar Baidawi dalam berbagai bacaan di seputar teks ini:

“Tetapi Al Baizawi mengaburkan keseluruhan argumen orang Muslim dengan memberi informasi pada kita mengenai beberapa varian pembacaan ayat-ayat dari Suratu’r Rum. Ia mengatakan pada kita bahwa ada yang membaca غَلَبَتِ dan bukannya seperti biasanya, غُلِبَتِ, danسَيُغْلَبُونَ alih-alih سَيَغْلُبُونَ. Maknanya kemudian akan menjadi: ‘Orang-orang Byzantium telah menaklukkan bagian terdekat negeri itu, dan mereka akan dikalahkan dalam beberapa tahun’. Jika ini adalah pembacaan yang tepat, maka kisah pertemuan Abu Bakr dengan Ubai pasti hanya sebuah dongeng, oleh karena Ubai sudah wafat jauh sebelum orang Muslim mulai mengalahkan Byzantium, dan bahkan jauh sebelum kemenangan-kemenangan Heraclius atas Persia. Ini menunjukkan betapa tradisi-tradisi semacam itu tidak dapat dipercayai. Penjelasan yang diberikan Al Baizawi adalah, orang-orang Byzantium menjadi para penakluk ‘negeri Syria yang terairi dengan baik’ (على ريف آلْشام), dan teks tersebut menubuatkan orang Muslim segera akan mengalahkan mereka. Jika artinya seperti ini, maka tradisi yang mencatat ‘turunnya’ ayat-ayat itu sekitar 6 tahun sebelum Hijrah pastilah salah, dan teks itu paling awal bertanggal 6 Hijriah. Sudah jelas bahwa, oleh karena huruf hidup tidak digunakan ketika Qur’an pertama kalinya ditulis dalam huruf Kufik, tidak seorangpun dapat memastikan yang manakah dari dua pembacaan tersebut yang benar.

Kita telah melihat ada banyak ketidakpatian mengenai: (1) Tanggal ayat-ayat tersebut ‘diturunkan’, (2) Pembacaan yang benar, dan (3) Maknanya, sehingga sangat mustahil untuk menunjukkan bahwa teks tersebut memuat nubuatan yang telah digenapi. Oleh karena itu, teks tersebut tidak dapat dijadikan bukti nubuat kenabian Muhammad”. (C. G. Pfander, Mizan-ul-Haqq – The Balance of Truth, revised and enlarged by W. St. Clair Tisdall [Light of Life P.O. Box 18, A-9503, Villach Austria], h. 279-280; penekanan oleh penulis)

Dengan keadaan ini, seorang Muslim tidak dapat dengan yakin mengatakan pada kita pembacaan teks mana yang benar dan dengan demikian tidak dapat meyakinkan kita bahwa ayat ini aslinya menubuatkan kemenangan Byzantium atas Persia. Bahkan ini memberikan kita nubuat yang (ternyata) palsu dalam Qur’an.

  • Kita menjadi heran melihat nubuat dari Tuhan tidak dapat memerinci waktu kemenangan yang dialami, mengingat Tuhan itu Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana, yang telah menetapkan akhir dari sebuah permulaan. Ketika Tuhan memerinci suatu kerangka waktu sebagai sebuah bagian yang penting dari nubuatan maka kita mengharapkan ketepatan waktu, bukan menerka-nerka tanpa juntrung. Apabila Tuhan menebak orang Byzantium pada suatu ketika akan menang, yaitu dalam “beberapa tahun” (yang ternyata nyasar kebelasan tahun) dan bukannya menetapkan tahun yang pasti, itu tidaklah konsisten dengan keyakinan akan Dia yang Maha Kuasa dan Maha Hadir. Dengan demikian, tidak mungkin Tuhan yang sejati membuat nubuatan semacam itu.

Menariknya, frase “beberapa tahun” malahan semakin mendiskreditkan nubuatan ini. Abu Bakr meyakini istilah “beberapa tahun” berarti orang-orang Byzantium akan memperoleh kemenangan dalam waktu 3 tahun:

“Teks ini berkenaan dengan kekalahan orang-orang Byzantium di Syria oleh orang Persia di bawah Khusran Parvis (615 M, enam tahun sebelum Hijrah). Namun demikian, kekalahan orang Persia segera akan terjadi ‘dalam satu atau dua tahun’. Berdasarkan prediksi ini, Abu Bakr membuat taruhan dengan Ubai-ibn-Khalaf bahwa prediksi ini akan digenapi dalam tiga tahun, tetapi ia dikoreksi oleh Muhammad yang menyatakan bahwa ‘satu dua tahun’ artinya antara 3 dan 9 tahun (Al-Baizawi)”. Orang Muslim mengatakan pada kita bahwa orang Byzantium mengalahkan musuh-musuh mereka dalam tempo 7 tahun. Namun demikian, kenyataannya orang Byzantium mengalahkan Persia pada 628 M (komentari Al-Baizawi). Ini 12 tahun tahun setelah nubuat Muhammad. Akibatnya teks ini tidak memenuhi kualifikasi sebuah nubuat, terutama lagi peristiwanya sangat mudah ditebak”. (Gerhard Nehls, Christians Ask Muslims [Life Challenge, SIM International; Africa, 1992], h. 70-71)

Saat memasuki Mekkah Sura 48:27 memberikan janji berikut ini:

“Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidilharam, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat.”

Ayat ini diwahyukan sehubungan dengan kegagalan usaha orang Muslim masuk ke Mekkah untuk melaksanakan Tawaf (ritual dalam ibadah Haji yaitu berlari di antara 2 gunung yang dianggap sebagai peringatan peristiwa Hagar menimba air untuk Ismail).

Dalam perjalanan mereka ke Ka’bah, mereka bertemu dengan utusan Mekkah yang dipimpin Suhail b. Amr yang melarang orang Muslim menyelesaikan perjalanan mereka. Pertemuan ini kemudian berujung pada penandatanganan perjanjian Hudaibiya.

Beberapa permasalahan timbul dari keseluruhan insiden ini. Pertama, pada penandatanganan perjanjian Hudaibiya, Muhammad sepakat dengan kaum pagan Mekkah untuk mengembalikan pada mereka orang-orang yang telah memeluk Islam. Pada saat yang sama Muhammad juga tunduk kepada tuntutan mereka untuk menggantikan tanda tangannya ‘Muhammad, Rasul Allah’ dengan ‘Muhammad, putra Abdullah’ sehingga ia diijinkan untuk berziarah ke Mekkah pada tahun berikutnya. Berikut ini diambil dari Sahih al-Bukhari, Volume 3, Buku 50, Nomor 891:

“Ketika Suhail bin Amr datang, Nabi berkata, ‘Kini masalahnya sudah menjadi mudah’. Suhail berkata kepada Nabi, ‘Buatlah perjanjian damai dengan kami’. Jadi, Nabi memanggil juru tulis dan berkata kepadanya, ‘Tulislah: Demi nama Allah, Yang Maha Pengasih dan Maha Pemurah’. Suhail berkata, ‘Mengenai kata Maha Pemurah, demi Allah, aku tidak tahu apa artinya. Jadi tulislah: Demi nama-Mu ya Allah, seperti yang biasa kau tulis sebelumnya’. Orang Muslim berkata, ‘Demi Allah, kami tidak akan menulisnya kecuali: Demi nama Allah, Yang Maha Pengasih dan Maha Pemurah’. Nabi berkata, ‘Tulislah: Demi nama-Mu ya Allah’. Kemudian ia mendikte, ‘Inilah perjanjian damai yang telah dibuat Muhammad, Rasul Allah’. Suhail berkata, “Demi Allah, jika kami tahu engkau adalah Rasul Allah kami tidak akan mencegahmu mengunjungi Kabah, dan tidak akan memerangimu. Jadi, tulislah: ‘Muhammad bin Abdullah’. Nabi berkata, ‘Demi Allah! Aku adalah Rasul Allah sekalipun kalian tidak mempercayaiku. Tulislah: ’Muhammad bin Abdullah.’ (Az-Zuhri berkata, ‘Nabi menerima semuanya, karena sebelumnya ia telah mengatakan bahwa ia akan menerima semua tuntutan mereka jika itu sejalan dengan ketetapan Allah’, (yaitu dengan mengijinkannya dan para sahabatnya untuk melaksanakan Umroh). Nabi berkata kepada Suhail, ‘Dengan syarat engkau mengijinkan kami mengunjungi Rumah (yaitu Kabah) supaya kami dapat melakukan Tawaf di sekelilingnya’. Suhail berkata, ‘Demi Allah, kami tidak akan (mengijinkanmu tahun ini) agar tidak memberi kesempatan kepada orang-orang Arab untuk mengatakan bahwa kami telah menyerah kepada kalian, tetapi kami akan mengijinkan kalian tahun depan’. MAKA, NABI MENYURUH UNTUK MENULISKAN HAL ITU.

“Kemudian Suhail berkata, ‘Kami juga mendesak agar kalian mengembalikan pada kami siapapun yang datang pada kalian dari kami, sekalipun ia telah memeluk agama kalian’. Orang Muslim berkata, ‘Dimuliakanlah Allah! Bagaimanakah orang seperti itu dikembalikan kepada pagan setelah ia menjadi Muslim?’” (penekanan dengan cetak tebal oleh penulis).

Salah seorang yang dari mereka yang dipaksa kembali ke Mekkah dengan kaum pagan adalah Abu Jandal. Dalam Sirat Rasulullah (The Life of Muhammad, terj. Alfred Guillaume, Oxford University Press), h. 505, karangan Ibn Ishaq, dikatakan:

‘Ketika Suhayl (perwakilan orang Mekkah dan tokoh dalam perjanjian tersebut) melihat Abu Jandal, ia berdiri dan menampar wajahnya dan mencengkeram kerah bajunya, dan berkata, ‘Muhammad, kesepakatan diantara kami telah disetujui sebelum orang ini datang kepadamu’. Ia menjawab, ‘Engkau benar’. Ia mulai menariknya dengan kasar dengan mencengkeram kerah bajunya dan menyeretnya, mengembalikannya kepada Quraisy, sementara Abu Jandal menjerit sambil tercekik, ‘Apakah aku akan dikembalikan kepada para penganut politeis supaya mereka dapat membuat aku berpaling dari agamaku wahai orang Muslim?’ Dan itu menambah kemarahan orang banyak’” (penekanan oleh penulis).

Dan:

‘Sementara mereka dalam keadaan ini Abu–Jandal bin Suhail bin ‘Amr datang dari lembah Mekkah gemetaran dan tersungkur di tengah orang Muslim. Suhail berkata, ‘Wahai Muhammad! Inilah persyaratan pertama dalam perjanjian damai kami dengan engkau, yaitu engkau akan mengembalikan Abu Jandal kepadaku’. Nabi berkata, ‘Perjanjian damai itu masih belum ditulis’. Suhail berkata, ‘Aku tidak akan pernah mengijinkanmu tetap menahannya’. Nabi berkata, ‘Ya, lakukanlah’. Ia berkata, ‘Aku tidak akan melakukannya: Mikraz berkata, ‘Kami mengijinkanmu (menahannya)’. Abu Jandal berkata, ‘Wahai orang Muslim! Apakah aku akan dikembalikan kepada orang-orang pagan walaupun aku telah menjadi Muslim? Tidakkah kalian melihat betapa aku telah menderita?’

Sebelumnya Abu Jandal telah disiksa dengan sangat berat demi tujuan Allah (Sahih al-Bukhari, Volume 3, Buku 50, Nomor 891)

Kita harus bertanya apakah Musa pernah mengembalikan seorang petobat (terutama seorang Mesir) kembali kepada Firaun yang menyembah berhala untuk menyenangkannya dan mendapatkan apa yang diinginkannya? Apakah Yesus pernah mengkompromikan kebenaran Tuhan dengan bersepakat dengan orang Farisi dan mengembalikan para pencari kebenaran yang bukan Yahudi agar Ia dapat diterima oleh dewan pemerintahan Yahudi? Apakah Musa atau Yesus akan bertindak sejauh itu dengan menyangkali kerasulan mereka untuk memuaskan tuntutan kaum pagan? Akankah orang-orang ini menolak memuliakan Tuhan yang sejati dalam cara yang diperintahkan Sang Pencipta dan tunduk kepada permintaan orang-orang yang tidak percaya untuk menyebut nama Tuhan sesuai kehendak mereka, seperti yang dilakukan Muhammad?

Seperti dugaan kita, orang Muslim menjadi marah, terutama Umar b. al-Khattab yang menghardik Muhammad:

‘Umar bin al-Khattab berkata, ‘Aku menemui Nabi dan berkata, “Bukankah engkau benar-benar utusan Allah?” Nabi berkata, “Ya, benar”. Aku berkata, “Bukankah jalan kita benar dan jalan musuh kita tidak benar?” Ia berkata, “Ya”. Aku berkata, “Jadi mengapa kita harus rendah hati dalam agama kita?” Ia berkata, “Aku adalah utusan Allah dan aku tidak melanggar perintah-Nya, dan Ia akan membuat aku berkemenangan”’ (Sahih al-Bukhari, Volume 3, Book 50, Number 891)

Kemarahan orang-orang Muslim dapat dibenarkan ketika kita menyadari bahwa Muhammad menjanjikan para pengikutnya akan mempunyai akses ke Mekkah pada tahun itu juga. Ketika hal itu tidak terjadi, Muhammad berusaha membenarkan pernyataannya dengan mengatakan, “Ya, apakah pernah aku mengatakan padamu bahwa kita akan pergi ke Kabah tahun ini?” (Ibid)

Dengan kata lain, oleh karena ia tidak memerinci kapan mereka akan memasuki Mekkah, ini tidak dapat dipandang sebagai nubuat palsu! Ini semata-mata hanyalah sebuah kesalahan oleh karena rombongan orang Muslim sedang dalam perjalanan menuju ke Mekkah ketika perwakilan kaum pagan Arab menghentikan mereka. Pada kenyataannya, salah satu tuntutan Muhammad dalam menandatangani perjanjian itu adalah justru agar kaum pagan mengijinkan orang Muslim menuntaskan perjalanan mereka ke Mekkah untuk melaksanakan Tawaf. Suhail menolak permintaan Muhammad dan malah membuat kesepakatan sehingga orang Muslim dapat masuk ke Mekkah pada tahun berikutnya. Ibn Kathir kemudian mendukung hal ini dalam komentarinya terhadap Sura 48:27 berikut:

“Dalam sebuah mimpi, Rasul Allah melihat dirinya sendiri memasuki Mekkah dan melaksanakan Tawaf di sekitar Rumah. Ia menceritakan pada para sahabatnya mimpi ini ketika ia masih di Al-Madinah. Ketika mereka pergi ke Mekkah pada tahun Al-Hudaybyyah, tak seorangpun di antara mereka meragukan penglihatan Nabi AKAN MENJADI KENYATAAN TAHUN ITU JUGA. Ketika perjanjian damai itu telah disepakati dan mereka harus kembali ke Al-Madinah pada tahun itu, dan diijinkan kembali ke Mekkah pada tahun berikutnya, BEBERAPA ORANG SAHABAT NABI TIDAK MENYUKAI APA YANG TELAH TERJADI. ‘Umar bin Al-Khattab bertanya mengenai HAL INI, dan berkata, ‘Bukankah engkau telah mengatakan pada kami bahwa kita akan pergi ke Rumah dan melaksanakan Tawaf di sekitarnya?’” (Tafsir Ibn Kathir, Abridged, Volume 9, Surat Al-Jathiyah to the end of Surat Al-Munafiqun, Dirangkum oleh sekelompok sarjana di bawah pengawasan Shaykh Safiur-Rahman Al-Mubarakpuri [Darussalam Publishers & Distributors, Riyadh, Houston, New York, London, Lahore; edisi pertama, September 2000], h. 171; penekanan cetak tebal oleh penulis).

Al-Tabari menulis:

“Sementara Rasul Allah menulis dokumen itu – ia dan Suhayl b. ‘Amr – tiba-tiba Abu Jandal, anak Suhayl b. ‘Amr, datang dengan langkah-langkah pendek tergopoh-gopoh. Ia telah berhasil meloloskan diri menemui Rasul Allah. Para sahabat Rasul Allah TIDAK RAGU mereka akan menaklukkan, karena ada visi yang dilihat Rasul Allah. Oleh karena itu, ketika mereka melihat apa yang ada di depan mata mereka – perdamaian, langkah mundur, dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan Rasul Allah – mereka sangat berduka akan hal itu sehingga mereka hampir putus asa. Ketika Suhayl melihat Abu Jandal, ia mendatanginya, menampar wajahnya, dan mencengkeramnya pada bagian atas jubahnya. “Muhammad”, katanya, “perjanjian itu ditandatangani antara aku dan engkau sebelum orang ini datang kepadamu”. “Engkau benar”, jawabnya. Suhayl mulai menarik dan menyeret [anaknya Abu Jandal] pada bagian atas jubahnya untuk mengembalikannya pada kaum Quraysh. Abu Jandal mulai berteriak sekuat tenaganya, “Wahai orang-orang Muslim, akankah aku dikembalikan kepada para politeis agar mereka menyiksaku oleh karena agamaku?” Ini membuat orang-orang merasa semakin marah. Rasul Allah berkata: “Abu Jandal, anggaplah sebagai pahala, karena Allah akan memberimu dan juga orang-orang yang tertindas bersamamu, kelepasan dan jalan keluar. Kami telah mengadakan perjanjian dan damai antara kami dengan orang-orang ini; kami telah berjanji pada mereka dan mereka pun telah berjanji pada kami, dan kami tidak akan berkhianat terhadap mereka”. (The History of Al-Tabari: The Victory of Islam, Volume VIII, h. 86-87; penekanan oleh penulis).

Ini membuktikan bahwa Muhammad sebenarnya percaya ia akan memasuki Mekkah, sebuah rencana yang tidak pernah terwujud. Untuk menyelamatkan mukanya, ia harus menyangkal bahwa ia mengatakan orang Muslim akan masuk ke Mekkah pada tahun itu juga!

Kedua, keadaan diperburuk ketika Muhammad membatalkan perjanjian dengan orang Mekkah dengan menolak mengembalikan petobat-petobat Muslim dari kaum Quraisy. Penolakan ini jelas merupakan pelanggaran terhadap hal-hal yang tercantum dalam dokumen yang telah disetujui Muhammad dan yang ditandatanganinya:

“Umm Khulthum Uqba b. Mu’ayt berpaling kepada Rasul dalam periode ini. Kedua saudaranya ‘Umara dan Walid anak-anak ‘Uqba, datang dan meminta Rasul untuk mengembalikannya kepada mereka sesuai dengan kesepakatan antara ia dengan kaum Quraysh di Hudaybiyya, tetapi ia menolak. Allah melarangnya” (Sirat Rasulullah, p. 509; penekanan oleh penulis).

Dengan demikian Muhammad membenarkan pembatalan sumpahnya dengan mengklaim bahwa itu adalah kehendak Allah. Malangnya bagi orang Muslim, ini akan membuktikan bahwa Tuhan yang disembah Muhammad bukanlah Tuhan dalam Alkitab yang suci, oleh karena mengingkari sumpah sangat tidak diperbolehkan (bdk. Bilangan 30:1-2).

Berdasarkan semua ini kita harus mempertimbangkan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut. Pernahkah Musa tunduk pada permintaan Firaun agar dapat membawa orang Israel keluar dari perbudakan di Mesir? Pernahkah Yesus menyangkali status-Nya sebagai Mesias agar mendapatkan akses ke Bait Suci? Adakah nabi Tuhan yang sejati berkompromi dengan orang-orang tak beriman agar dapat menggenapi kehendak Tuhan? Apakah para nabi ini terus membatalkan sumpah dan janji mereka agar memperoleh keuntungan yang tidak adil terhadap orang-orang yang tak beriman?

Satu masalah terakhir berkenaan dengan semua ini adalah, orang Muslim mengklaim bahwa setiap kata dalam Qur’an diwahyukan secara langsung oleh Allah kepada Muhammad melalui Jibril. Berdasarkan asumsi ini selanjutnya orang Muslim berpendapat tidak ada orang yang dapat menemukan perkataan Muhammad tumpang tindih dengan perkataan Allah. Jika demikian, bagaimana orang Muslim menjelaskan kenyataan bahwa Sura 48:27 memuat pernyataan insya Allah, yaitu “jika Allah menghendaki?” Apakah Allah tidak tahu apa kehendak-Nya? Jika demikian, apakah Ia tidak yakin apakah tujuan-Nya akan tercapai atau tidak sehingga Ia harus melengkapi pernyataan-Nya sendiri dengan frase insya Allah?

Kita dapat mengerti betapa lemahnya manusia yang tidak mengetahui tujuan Tuhan itu boleh melengkapi pernyataan mereka dengan ekspresi “jika Tuhan berkehendak” (bdk. Yakobus 4:13-15). Tetapi jikalau Tuhan sendiri yang membuat kualifikasi semacam itu, ini sangat tidak layak dan tidak masuk akal.

Lebih jauh lagi, jika Allah pada kenyataannya adalah pihak yang sedang berbicara, lalu siapa yang dimaksudkan-Nya ketika Ia mengatakan “jika Allah menghendaki”? Apakah Ia sedang berbicara mengenai diri-Nya sendiri atau orang lain? Jika Ia sedang berbicara mengenai orang lain, lalu ada berapa Allah? Atau barangkali Allah adalah Sosok yang berkepribadian banyak mengingat ada lebih dari satu Pribadi yang membentuk keesaan Allah?

Ini membawa kita pada kesimpulan bahwa nubuat Muhammad bukan hanya tidak terwujud, tetapi motivasi-motivasinya dalam menyampaikan wahyu adalah kekuasaan, uang dan ketenaran. Ayat ini juga sekaligus membuktikan bahwa Allah bukanlah pembuat Qur’an.

Mengenai munculnya Antikristus dan akhir dunia

Muhammad terang-terangan mengklaim bahwa Antikristus (yang disebut Dajjal), akan muncul tidak lama setelah orang Muslim menaklukkan Konstantinopel. Tradisi-tradisi berikut ini diambil dari Sunan Abu Dawud:

Buku 37, Nomor 4281:

Dikisahkan oleh Mu’adh ibn Jabal:

Nabi (SAW) berkata: Kejayaan Yerusalem akan terjadi ketika Yathrib tinggal reruntuhan, kehancuran Yathrib akan terjadi ketika perang besar datang, hasil akhir perang besar adalah penaklukkan Konstantinopel dan penaklukkan Konstantinopel ketika Dajjal (Antikristus) datang. Ia (Nabi) memukul paha atau pundaknya dengan tangannya dan berkata: hal ini benar sebagaimana engkau ada disini atau saat engkau sedang duduk (artinya Mu’adh ibn Jabal)???

Buku 37, Nomor 4282:

Dikisahkan oleh Mu’adh ibn Jabal:

Nabi (SAW) berkata: Perang yang terbesar, penaklukkan Konstantinopel dan kedatangan Dajjal (Antikristus) akan terjadi dalam waktu tujuh bulan.

Buku 37, Nomor 4283:

Dikisahkan oleh Abdullah ibn Busr:

Nabi (SAW) berkata: Waktu antara perang besar dan penaklukan kota (Konstantinopel) adalah tujuh tahun, dan Dajjal (Antikristus) akan datang pada tahun ketujuh.

Berdasarkan hal itu, orang Muslim menaklukkan Yerusalem pada 636 M. Konstantinopel diambil alih oleh orang Muslim pada Mei 1453 M. tetapi nubuat mengenai Yathrib (Medinah) porak poranda dan kedatangan Antikristus yang akan terjadi pada bulan ketujuh setelah penaklukkan Konstantinopel tidak terwujud. Berdasarkan tradisi-tradisi terdahulu, Antikristus diharuskan muncul pada November 1453.

Boleh jadi ada yang ingin berargumen bahwa peristiwa-peristiwa ini mengacu kepada penaklukan-penaklukan di masa depan. Sebagai contoh bisa jadi ada yang mengatakan bahwa Konstantinopel digunakan sebagai sebuah sinonim bagi kekaisaran Kristen Roma. Oleh karena itu, ini menubuatkan orang Muslim akan mengambil alih Roma sebelum Antikristus muncul.

Masalahnya adalah jika Muhammad berbicara mengenai Roma, sederhananya ia hanya menggunakan kata Roma (bahasa Arab: Ar-Rum). Kenyataannya, Roma/Ar-Rum adalah nama untuk Sura ke 30 dalam Qur’an. Jika ia menyebut Konstantinopel atau bahkan Byzantium ia justru akan membuat kesalahan anakronistik (penempatan peristiwa/ orang/benda pada masa yang salah). Lihat pembahasan di atas.

Dengan demikian, berdasarkan faktor-faktor yang ada, kita terpaksa menyimpulkan bahwa nubuat-nubuat Muhammad gagal terwujud, sehingga ini mendiskualifikasinya dari klaim kenabiannya.

Muhammad juga percaya bahwa dunia ini berusia muda dan akan berakhir tidak lama setelah kedatangannya. Kutipan-kutipan berikut ini diambil dari The History of al-Tabari, Volume 1 – General Introduction and from the Creation to the Flood (terj. Franz Rosenthal, State University of New York Press, Albany 1989), penekanan dengan huruf cetak tebal oleh penulis:

“Menurut Ibn Humayd-Yahya b. Wadih – Yahya Ya’qub – Hammad – Sa’id b. Jubayr – Ibn Abbas: Dunia ini adalah salah satu dari sekian banyak minggu dunia yang lain – tujuh ribu tahun. Enam ribu dua ratus tahun telah berlalu. (Dunia ini) pasti akan mengalami ratusan tahun, yang dalam masa itu tidak ada orang yang beriman kepada keesaan Allah. Yang lainnya mengatakan bahwa total lamanya waktu adalah enam ribu tahun”. (Tabari, h. 172-173; penekanan oleh penulis).

“Menurut Abu Hisham- Mu’awiyah b. Hisham- Sufyan- al-A’mash- Abu Salih- Ka’b: Dunia ini berusia enam ribu tahun”. (Ibid.)

“Menurut Muhammad b. Sahl b. ‘Askar- Isma’il b. ‘Abd al-Karim- ‘Abd al-Samad b. Ma’qil I- Wahb: Lima ribu enam ratus tahun usia dunia ini telah berlalu. Saya tidak tahu raja-raja dan nabi-nabi mana yang telah hidup dalam tiap periode (zaman) dalam tahun-tahun itu. Saya bertanya pada Wahb b. Munabbih: Berapa lama (durasi total) dunia ini? Ia menjawab: Enam ribu tahun”. (Tabari, h. 173-174; penekanan oleh penulis).

Menurut at-Tabari Muhammad percaya bahwa akhir dunia akan terjadi 500 tahun setelah kedatangannya:

“Menurut Hannad b. al-Sari and Abu Hisham al-Rifa’i- Abu Bakr b. ‘Ayyash- Abu Hasin- Abu Salih- Abu Hurayrah: Rasul Allah berkata: Ketika aku diutus (untuk menyampaikan pesan ilahi), aku dan Waktu bagaikan dua ini, sambil menunjuk jari tengah dan jari telunjuknya”. (Tabari, p. 176; penekanan oleh penulis, lihat juga h. 175-181).

Tradisi-tradisi serupa ditemukan dalam Sahih Muslim:

Buku 41, Nomor 7044:

Hadis ini telah dilaporkan oleh Sahl b. Sa’d bahwa ia mendengar Rasul Allah (SAW) berkata: aku dan Waktu Terakhir (sangat erat) seperti ini (dan ia, untuk menjelaskan hal itu) menunjuk (dengan menyatukan) jari telunjuk (yaitu jari) yang dekat dengan jempol dan jari tengah (bersama-sama).

Buku 41, Nomor 7046:

Shu’ba melaporkan: Aku mendengar Qatada dan Abu Tayyab bercerita bahwa keduanya mendengar Anas ketika bercerita bahwa Rasul Allah (SAW) berkata: Aku dan Waktu Terakhir telah diutus seperti ini, dan Shu’ba mengacungkan jari telujuk dan jari tengahnya saling berdekatan ketika ia sedang menceritakannya.

Buku 41, Nomor 7049:

Anas melaporkan Utusan Allah (SAW) berkata: Aku dan Waktu Terakhir telah diutus seperti ini dan (ketika ia melakukannya) menggabungkan jari telunjuk dengan jari tengah.

At-Tabari mengomentari makna Waktu yang dekat dengan Muhammad bagaikan jari tengah dan jari telunjuknya:

“Dengan demikian, (bukti mengijinkan adanya) konklusi sebagai berikut: Permulaan hari adalah terbitnya fajar, dan akhirnya adalah terbenamnya matahari. Selanjutnya, tradisi mengenai otoritas Nabi adalah benar. Seperti yang telah kita sebutkan sebelumnya, ia berkata setelah sembahyang siang: apa yang tersisa dari dunia ini dibandingkan dengan apa yang telah berlalu darinya bagaikan sisa hari ini dibandingkan dengan apa yang telah berlalu darinya. Ia juga berkata: Ketika aku diutus, aku dan Waktu bagaikan jari tengah dan jari telunjuk ini terjalin bersama; aku mengumpamakannya seperti ini – yaitu jari tengah – melampaui yang satunya – yaitu jari telunjuk. Selanjutnya, lamanya (waktu) antara sembahyang siang – yaitu, ketika bayangan dari segala sesuatu dua kali lebih besar dari ukuran aslinya, berdasarkan asumsi yang terbaik (‘ala al-taharri) – (hingga matahari terbenam) adalah lamanya waktu satu setengah dari sepertujuh hari, diberi atau diambil sedikit. Demikian pula, ekses panjangnya jari tengah yang melebihi jari telunjuk adalah kira-kira atau serupa dengan hal itu. Ada juga tradisi yang benar mengenai otoritas Rasul Allah, seperti yang dikisahkan Ahmad b. ‘Abd al-Rahman b. Wahb kepadaku – yaitu paman kandungnya ‘Abdallah b. Wahb- Mu’awiyah b. Salih- ‘Abd al-Rahman b. Jubayr b. Nufayr- ayahnya Jubayr b. Nufayr – sahabat Nabi, Abu Tha’labah al-Khushani: Rasul Alah berkata: Sesungguhnya, Allah tidak akan membuat bangsa ini tidak mampu (bertahan) setengah hari – sehubungan dengan hari dalam seribu tahun.

“Semua fakta ini jika digabungkan akan memperjelas dua pernyataan yang telah saya sebutkan berkenaan dengan totalitas jangka waktu, satu dari Ibn Abbas, dan yang lainnya dari Ka’b, yang nampaknya lebih tepat sesuai dengan informasi dari Rasul Allah yaitu yang diteruskan Ibn ‘Abbas kepada kami dengan otoritasnya: Dunia ini adalah satu dari minggu-minggu dunia lain – tujuh ribu tahun”.

“Akibatnya, oleh karena demikian adanya dan laporan mengenai otoritas Rasul Allah adalah benar – yaitu, ia melaporkan apa yang tersisa dari waktu yang dimiliki dunia ini selama masa hidupnya adalah setengah hari, atau lima ratus tahun, oleh karena lima ratus tahun adalah setengah hari dari hari-hari itu, dimana satu hari adalah seribu tahun – konklusinya adalah, waktu yang dimiliki dunia ini telah berlalu hingga ke saat pernyataan Nabi berkaitan dengan apa yang telah kami teruskan dengan otoritas Abu Tha’labah al-Khushani dari Nabi, dan adalah 6500 tahun atau kira-kira 6500 tahun. Allah lebih tahu!” (Tabari, h. 182-183, penekanan dengan cetak tebal oleh penulis)

Oleh karena itu, berdasarkan tradisi-tradisi ini Muhammad meyakini bahwa tidak hanya dunia ini berusia kurang dari 7000 tahun tetapi dunia ini akan berakhir pada hari ketujuh, atau tujuh ribu tahun sejak dunia ini diciptakan!

Dengan demikian, dunia ini mestinya sudah berakhir kira-kira antara tahun 1070-1132 M, kurang lebih 500 tahun setelah kelahiran dan kematian Muhammad. Ini berdasarkan pada kenyataan bahwa menurut at-Tabari dan yang lainnya, kedatangan Muhammad terjadi kira-kira 6500 tahun sejak waktu penciptaan. Jelas ini lagi-lagi adalah nubuat palsu.

Namun tanggal ini bertentangan dengan tanggal yang diperkirakan Abu Dawood dalam Sunannya. Disana, kita melihat bahwa Antikristus akan muncul tujuh bulan setelah penaklukkan Konstantinopel, sebuah peristiwa yang terjadi pada 1453 M. jika demikian, bagaimana Muhammad dapat mengklaim bahwa dunia akan berakhir 500 tahun setelah kelahiran dan kematiannya? Yang memperburuk adalah tradisi Islam yang mengklaim bahwa Antikristus benar-benar akan muncul dalam masa hidup Muhammad. Kenyataannya berdasarkan tradisi-tradisi, Antikristus adalah seorang pria bernama Ibn Saiyad:

Sahih al-Bukhari, Volume 2, Buku 23, Nomor 437:

Dikisahkan oleh Ibn ‘Umar:

‘Umar pergi bersama Nabi (SAW) dengan sekelompok orang menemui Ibn Saiyad hingga mereka melihatnya sedang bermain dengan anak-anak laki-laki dekat perbukitan Bani Mughala. Pada waktu itu Ibn Saiyad sedang memasuki masa remajanya dan tidak memperhatikan (kami) hingga nabi memukulnya dengan tangannya dan berkata kepadanya, “Apakah engkau bersaksi bahwa aku adalah Rasul Allah?” Ibn Saiyad memandangnya dan berkata, “Aku bersaksi bahwa engkau adalah Utusan bagi orang yang buta huruf”. Kemudian Ibn Saiyad bertanya kepada Nabi (SAW), “Apakah engkau bersaksi bahwa aku adalah Rasul Allah?” Rasul (SAW) menolaknya dan berkata, “Aku percaya kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya”. Kemudian ia berkata (kepada Ibn Saiyad), “Apa pendapatmu?” Ibn Saiyad menjawab, “Orang-orang benar dan para pembohong mengunjungiku”. Nabi berkata, “Engkau telah bingung dengan masalah ini”. Kemudian Nabi berkata kepadanya, “Aku memikirkan sesuatu tentang engkau, (dapatkah kau mengatakannya padaku apakah itu?)”. Ibn Saiyad berkata, “Itu adalah Al-Dukh (asap)”. (2) Nabi berkata, “Biarlah engkau ada dalam ketidaktahuan. Engkau tidak dapat melewati kekurangan-kekuranganmu”. Mendengar hal itu ‘Umar berkata, “Wahai Rasul Allah! Ijinkan aku memenggal kepalanya”. Tetapi nabi (SAW) berkata, “Jika ia adalah dia (yaitu Dajjal), maka engkau tidak dapat mengalahkannya, dan jika ia bukan, maka tidak ada gunanya membunuhnya”. (Ibn ‘Umar menambahkan): Kemudian Rasul Allah (SAW) sekali lagi pergi bersama Ubai bin Ka’b ke (kebun) pohon-pohon Kurma dimana Ibn Saiyad tinggal. Nabi (SAW) ingin mendengar sesuatu dari Ibn Saiyad sebelum Ibn Saiyad dapat melihatnya, dan nabi (SAW) melihatnya berbaring ditutupi sehelai kain dan mendengar ia menggerutu. Ibu Ibn Saiyad melihat Rasul Allah ketika ia sedang bersembunyi di balik daun-daun pohon Kurma. Ia berkata kepada Ibn Saiyad, “Wahai Saf! (inilah nama Ibn Saiyad) ada Muhammad disini”. Mendengarnya Ibn Saiyad bangun. Nabi berkata, “Suruh perempuan ini meninggalkannya (jangan ia mengganggunya), kemudian Ibn Saiyad akan menyatakan realitas kasusnya”.

Tradisi-tradisi terus mengidentifikasi Ibn Saiyad sebagai Antikristus:

Sahih al-Bukhari, Volume 9, Buku 92, Nomor 453:

Dikisahkan oleh Muhammad bin Al-Munkadir:

Aku melihat Jabir bin ‘Abdullah bersumpah demi Allah bahwa Ibn Saiyad adalah Dajjal. Aku berkata kepada Jabir, “Bagaimana engkau bisa bersumpah demi Allah?” Jabir berkata, “Aku telah mendengar ‘Umar bersumpah demi Allah berkenaan dengan hal ini di hadapan Nabi dan Nabi menyetujuinya”.

Sunan Abu Dawood, Buku 37, Nomor 4317:

Dikisahkan oleh Jabir ibn Abdullah:

Muhammad ibn al-Munkadir mengatakan bahwa ia melihat Jabir ibn Abdullah bersumpah demi Allah bahwa Ibn as-Sa’id adalah Dajjal (Antikristus). Aku menunjukkan keterkejutanku dengan berkata: Engkau bersumpah demi Allah! Ia berkata: Aku mendengar Umar bersumpah mengenai itu di hadapan Rasul Allah (SAW), tetapi Rasul Allah (SAW) tidak berkeberatan mengenai hal itu.

Namun tradisi-tradisi ini bertentangan dengan tradisi-tradisi berikut dimana Antikristus digambarkan sebagai seorang bermata satu dan dirantai:

Sahih al-Bukhari, Volume 4, Buku 55, Nomor 553:

Dikisahkan oleh Ibn Umar:

Suatu ketika Rasul Allah berdiri di antara orang-orang, memuliakan dan memuji Allah karena itu layak bagi-Nya dan kemudian menyebut Dajjal berkata, “Aku memperingatkan kamu akan dia (yaitu Dajjal) dan tidak ada nabi yang memperingatkan bangsanya mengenai dia. Tidak diragukan lagi, Nuh memperingatkan bangsanya mengenai dia tetapi aku mengatakan padamu mengenai sesuatu yang tidak dikatakan nabi manapun kepada bangsa ini sebelum aku. Kamu harus tahu bahwa ia bermata satu, dan Allah tidak bermata satu”.

Sunan Abu Dawood, Buku 37, Nomor 4306:

Berkisahlah Ubadah ibn as-Samit: Nabi (SAW) berkata: Aku telah mengatakan begitu banyak padamu mengenai Dajjal (Antikristus) sehingga aku takut kamu tidak mengerti. Antikristus itu pendek, berjari pendek, berambut ikal, buta, dan tidak berdiri tegak dan juga tidak berpendirian keras. Jika kamu bingung mengenai dia, ketahuilah bahwa Tuhanmu tidak bermata satu.

Sunan Abu Dawood, Buku 37, Nomor 4311:

Dikisahkan oleh Fatimah, anak perempuan Qays:

Rasul Allah (SAW) pernah menunda malam sembahyang berjamaah. Ia keluar dan berkata: perkataan Tamim ad-Dari menahanku. Ia meneruskannya kepadaku dari seorang yang ada di pulau-pulau di laut. Tiba-tiba saja ia mendapati seorang perempuan yang sedang menyerat rambutnya. Ia bertanya: Siapakah engkau?

Ia berkata: Aku adalah Jassasah. Pergilah ke kastil itu. Jadi aku pergi kesana dan menemukan seorang pria yang sedang menyeret rambutnya, ia dirantai dengan besi, dan melompat-lompat antara Surga dan bumi.

Aku bertanya: Siapakah engkau? Ia menjawab: Akulah Dajjal (Antikristus). Apakah Nabi orang-orang yang buta huruf kini telah datang? Aku menjawab: Ya. Ia berkata: apakah mereka menaatinya atau tidak? Aku berkata: Tidak, mereka telah menaatinya. Ia berkata: Itu lebih baik bagi mereka.

Disini mungkin ada yang menyela dan mengklaim bahwa tradisi-tradisi menyebutkan ada 30 Antikristus yang akan datang ke dunia:

Sunan Abu Dawood, Buku 37, Nomor 4319:

Dikisahkan oleh Abu Hurayrah:

Nabi (SAW) berkata: Waktu Terakhir tidak akan datang sebelum datangnya tiga puluh Dajjal (para penyesat), setiap orang menganggap dirinya sendiri sebagai Rasul Allah. (lihat juga Sahih al-Bukhari, Volume 9, Buku 88, Nomor 237)

Ini mengakibatkan Ibn Saiyad hanyalah satu dari 30 Antikristus, dan bukan SANG Antikristus yang akan datang tepat sebelum akhir dunia.

Ada beberapa permasalahan dengan pendapat ini. Pertama, tidak satupun dari tradisi-tradisi ini yang mengklaim bahwa Ibn Saiyad adalah satu dari 30 Antikristus yang akan muncul. Melainkan, tradisi-tradisi mengemukakan bahwa dialah SANG Dajjal atau Antikristus. Kedua, jika kita mengambil tanggal-tanggal baik yang diusulkan at-Tabari atau Abu Dawood, ke-30 Dajjal itu, semuanya, harus muncul baik sebelum 1070-1132 atau 1453 M. Akhirnya berdasarkan Perjanjian Baru, Muhammad sesungguhnya adalah salah satu dari Antikristus-antikristus tersebut:

“Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. … Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak. Sebab barangsiapa menyangkal Anak, ia juga tidak memiliki Bapa. Barangsiapa mengaku Anak, ia juga memiliki Bapa” (1 Yohanes 2:18, 22-23)

Oleh karena Muhammad menyangkali Yesus adalah Putra Tuhan, maka ia adalah salah satu dari banyak Antikristus yang akan datang, menurut Rasul Yohanes.

Jika yang sudah-sudah tidak terlalu buruk, tradisi-tradisi lainnya mengatakan Muhammad menubuatkan bahwa akhir segala sesuatu akan datang dalam masa hidup para pengikutnya:

Sahih Muslim, Buku 41, Nomor 7050:

‘A’isha melaporkan bahwa ketika orang-orang Arab di gurun menemui Rasul Allah (SAW) mereka bertanya mengenai Waktu Terakhir, yaitu kapankah datangnya. Dan ia memandang yang termuda di antara mereka dan berkata: Jika ia hidup ia tidak akan menjadi sangat tua sehingga ia akan melihat Waktu Terakhir mendatangimu, ia akan melihatmu sekarat.

Sahih Muslim, Buku 41, Nomor 7051:

Anas menceritakan bahwa seseorang bertanya pada Rasul Allah (SAW) kapankah Waktu Terakhir akan datang. Di hadapannya ada seorang anak laki-laki dari kaum Ansar yang bernama Mahammad. Rasul Allah (SAW) berkata: Jika anak laki-laki ini hidup, ia tidak akan menjadi sangat tua hingga (ia akan melihat) Waktu Terakhir mendatangimu.

Sahih Muslim, Buku 41, Nomor 7052:

Anas b. Malik menceritakan bahwa seseorang bertanya pada Utusan Allah (SAW) kapankah Waktu Terakhir akan datang? Maka Utusan Allah (SAW) berdiam diri sejenak, kemudian melihat seorang anak laki-laki di hadapannya yang berasal dari suku Azd Shanilwa dan berkata: Jika anak laki-laki ini hidup, ia tidak akan menjadi sangat tua hingga (ia akan melihat) Waktu Terakhir mendatangimu. Anas mengatakan bahwa anak laki-laki ini seusia kita pada hari-hari itu.

Sahih Muslim, Buku 41, Nomor 7053:

Anas menceritakan: Seorang anak laki-laki dari Mughira b. Shu’ba tidak sengaja melewati (nabi suci) dan ia seusia saya. Kemudian Rasul Allah (SAW) berkata: Jika ia berumur panjang ia tidak akan menjadi sangat tua hingga datangnya Waktu Terakhir (kepada orang-orang tua dari generasi ini).

Muhammad dengan jelas mengatakan bahwa anak laki-laki ini tidak akan menjadi sangat tua sebelum Waktu Terakhir mendatangi orang-orang. Marilah sekarang kita bermurah hati dan beranggapan bahwa anak laki-laki itu berusia 10 tahun dan hidup hingga berusia 110 tahun, sehingga Waktu Terakhir akan terjadi ratusan tahun setelah Muhammad membuat pernyataan-pernyataan ini. Namun, berabad-abad telah berlalu dan Waktu Terakhir masih belum mendatangi kita.

Tapi tunggu, masih ada lagi! Berdasarkan kisah-kisah al-Bukhari, Muhammad mengumumkan bahwa semua orang akan mati dalam waktu seratus tahun:

Sahih al-Bukhari, Volume 1, Buku 3, Nomor 116:

Dikisahkan oleh ‘Abdullah bin ‘Umar:

Suatu ketika nabi memimpin kami sembahyang ‘Isya’ selama lima hari terakhir hidupnya dan setelah menyelesaikannya (sembahyang itu) (dengan Taslim) ia berkata: “Apakah engkau mengetahui (pentingnya) malam ini? Tak seorangpun yang hadir di muka bumi malam ini akan tetap hidup setelah genapnya seratus tahun mulai malam ini”.

Sahih al-Bukhari, Volume 1, Buku 10, Nomor 539:

Dikisahkan oleh Abdullah:

“Suatu malam Rasul Allah memimpin kami bersembahyang ‘Isha dan itulah yang disebut orang Al-‘Atma. Setelah menyelesaikan sembahyang, ia menghadap kami dan berkata: ‘Apakah engkau mengetahui (pentingnya) malam ini? Tak seorangpun yang hadir di muka bumi malam ini akan tetap hidup setelah seratus tahun mulai malam ini’” (Lihat Hadis No. 575).

Hampir 14 abad telah berlalu dan masih ada makhluk hidup di bumi ini! Hadis ini sangat bermasalah sehingga narasi lainnya berusaha untuk menjelaskannya dengan berargumen bahwa Muhammad benar-benar bermaksud tak satupun dari generasinya yang masih hidup setelah seratus tahun:

Sahih al-Bukhari, Volume 1, Buku 10, Nomor 575:

Dikisahkan oleh ‘Abdullah bin ‘Umar:

Nabi melakukan sembahyang ‘Isha’ pada hari-hari terakhirnya dan setelah menyelesaikannya dengan Taslim, ia berdiri dan berkata, ““Apakah engkau mengetahui (pentingnya) malam ini? Tak seorangpun yang hadir di muka bumi malam ini akan tetap hidup setelah genapnya seratus tahun mulai malam ini”.

Orang-orang melakukan kesalahan dalam memahami pernyataan Rasul Allah dan mereka berkutat dalam hal-hal yang dikatakan mengenai para narator tersebut (yaitu ada yang mengatakan bahwa Hari Kebangkitan akan terjadi setelah 100 tahun, dll). Tetapi Nabi berkata, “Tak seorangpun yang hadir di muka bumi malam ini akan tetap hidup setelah genapnya seratus tahun mulai malam ini”; maksudnya, “Ketika abad itu (orang-orang dalam abad itu) akan berlalu”.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dari laporan khusus ini. Pertama, perhatikan bagaimana para narator langsung mengemukakan bahwa orang Muslim memahami perkataan Muhammad yang menyatakan bahwa dunia akan berakhir dalam waktu seratus tahun. Ini memberikan bukti bahwa makna sesungguhnya dari apa yang disebut Muhammad sebagai nubuat adalah hari terakhir yang akan terjadi dalam seratus tahun.

Kedua, perhatikan betapa tidak masuk akalnya penjelasan ad hoc ini. Orang yang mengumpulkan Hadis mengharapkan para pembacanya untuk percaya bahwa apa yang dimaksudkan Muhammad adalah tidak satupun dari generasinya yang tetap hidup dalam seratus tahun, sedangkan tidak ada yang mengherankan dari klaim semacam ini. Untuk mengatakan satu generasi akan mati semua dalam waktu seratus tahun tidak membutuhkan pengetahuan supranatural. Satu-satunya yang dibutuhkan untuk membuat klaim semacam itu hanyalah akal sehat oleh karena harapan hidup pada jaman itu sangat rendah. Hampir-hampir tidak ada orang yang hidup lebih dari seratus tahun. Jika itu dimaksudkan sebagai sebuah pernyataan (“nubuat ilahi”) mengenai harapan hidup orang-orang di sekelilingnya, maka hal ini tentu sangat sepele, tak ada yang penting. Jadi apa tujuannya?

Walaupun janggal, pernyataan itu sudah pasti salah. Muhammad mengatakan “di atas bumi” – itu adalah tempat yang sangat luas. Walaupun jarang ada orang yang berusia seratus tahun, kemungkinan besar mereka selalu ada sepanjang masa. Bahkan dalam masa hidup Muhammad setidaknya ada satu orang yang setua itu. Abu Afak dilaporkan mencapai usia 120 tahun:

SARIYYAH SALIM IBN ‘UMAYR

Lalu muncullah sariyyah Salim Ibn ‘Umayr al-‘Amri terhadap Abu ‘Afak, orang Yahudi itu, pada bulan Syawal pada permulaan bulan keduapuluh sejak hijrah Rasul Allah, semoga Allah memberkatinya. Abu ‘Afak, berasal dari banu ‘Amr Ibn ‘Awf, dan adalah seorang yang tua yang telah mencapai usia seratus dua puluh tahun. Ia adalah seorang Yahudi, dan suka menghasut orang untuk melawan Rasul Allah, semoga Allah memberkatinya, dan membuat syair-syair (satiris). Salim Ibn ‘Umayr yang adalah salah satu peratap agung dan yang berpartisipasi dalam Perang Badr, berkata: Aku bersumpah aku akan membunuh Abu ‘Afak atau aku mati sebelum dia mati. Ia menunggu kesempatan hingga datanglah suatu malam yang panas, dan Abu ‘Afak tidur di tempat terbuka. Salim Ibn ‘Umayr mengetahuinya, lalu ia menusukkan pedangnya ke hatinya dan menekannya hingga menembus tempat tidurnya. Musuh Allah itu menjerit dan orang-orang yang adalah para pengikutnya bergegas mendekatinya, membawanya ke rumahnya dan merawatnya. (Ibn Sa’ad’s Kitab Al-Tabaqat Al-Kabir, Terjemahan Inggris oleh S. Moinul Haq, M.A., PH.D didampingi H.K. Ghazanfar M.A. [Kitab Bhavan Exporters & Importers, 1784 Kalan Mahal, Daryaganj, New Delhi – 110 002 India), Volume II, h. 31; penekanan cetak tebal oleh penulis).

Apakah Muhammad benar-benar ingin mengatakan: seratus tahun mulai dari sekarang, tidak ada lagi orang yang usianya lebih dari seratus tahun? Sekali lagi: apa tujuan pernyataan semacam itu? Apa kaitannya dengan berita Islam?

Lebih jauh lagi, Muhammad menyampaikan pernyataannya itu dengan kata-kata ini: “Tahukah kamu apa pentingnya malam ini?” Untuk alasan utamanya, penafsiran alternatif yang diberikan oleh narator hanya sedikit yang masuk akal. Lagipula, dalam hal apa observasi suatu masa diperlukan, jika tidak seorangpun akan berusia lebih dari seratus tahun menjadi hal yang penting bagi orang Muslim atau Islam? Ini sama sekali tidak relevan, dan tidak relevan adalah lawan dari hal yang penting.

Di sisi lain, proklamasi Hari Kebangkitan dan penghakiman Allah atas semua orang adalah bagian yang mendasar dalam Islam. Jika itu telah diwahyukan kepada Muhammad dalam doanya bahwa dunia akan berakhir tepat dalam tempo seratus tahun, wahyu semacam itu akan menandai malam ini, dan tidak perlu ditanyakan lagi itu adalah sesuatu yang sangat penting.

Hanya penafsiran inilah yang benar-benar membuat pernyataan itu masuk akal. Namun demikian, masalahnya, satu-satunya penafsiran yang berarti dari pernyataan itu membawa konsekuensi bahwa Muhammad membuat nubuat yang palsu. Orang Muslim telah berusaha untuk mengalihkan hal ini dengan cara menaruh pernyataan yang tidak penting, tidak relevan – dan kemungkinan besar masih tidak tepat – ke dalam mulut Muhammad.

Akhirnya, harus selalu diingat bahwa imam al-Bukhari mengumpulkan tradisi-tradisi ini secara kasar 250 tahun setelah perpindahan Muhammad ke Medinah (kira-kira 622/623 M), lama setelah Muhammad mengatakan bahwa dunia akan berakhir. Berdasarkan hal ini, tidaklah mengejutkan jika ia atau orang lain akan memberikan penjelasan untuk menghindar dari keharusan untuk mengakui bahwa Muhammad adalah seorang nabi palsu atau dengan sesat mengklaim bahwa Hari Kebangkitan akan terjadi seratus tahun setelah masa hidupnya.

Oleh karena itu, tak peduli dari sudut manapun orang melihatnya, kita tetap ditinggalkan dengan kontradiksi-kontradiksi yang tidak dapat diperbaiki dan prediksi-prediksi palsu.

KONKLUSI

Kita telah menguji Qur’an dan juga tradisi-tradisi Islam dan mendapati bahwa kedua sumber tersebut memuat prediksi-prediksi palsu. (Itu hanyalah bualan spekulatif yang mengatasnamakan Allah, namun yang tidak menjadi kenyataan). Berdasarkan kriteria kenabian yang diberikan Tuhan dalam Ulangan 18 kita menemukan bahwa Muhammad gagal dalam tes ini. Ini berarti bahwa Muhammad bukanlah nabi yang benar dan ia juga bukan nabi seperti Musa.

Dalam melayani Tuhan dan Juruselamat kita yang Agung, Yesus Kristus, Tuhan kita yang bangkit dan hidup selamanya. Amin. Datanglah Tuhan Yesus. Kami selalu mengasihi-Mu.

Judul Dalam Bahasa Inggris: Muhammad’s False Prophecies

Beberapa orang Muslim telah bereaksi terhadap tulisan ini dengan cara yang berbeda. Tanggapan-tanggapan ini ditautkan dari jawaban-jawaban Sam Shamoun kepada Hesham Azmy, Moiz Amjad, dan Osama Abdallah.

Read More