Perampokan Badr II – Maret 624M
Dari Faithfreedompedia
Sumber: FaithFreedom Indonesia
Teror Sembilan : Perang BADR II Dipimpin oleh Muhammad — Maret, 624M
Telah disebutkan sebelumnya (Teror 6) bahwa Muhammad dan gerombolannya meleset sedikit dalam usaha merampok kafilah Quraysh pimpinan Abu Sufyan. Seperti yang telah ditulis sebelumnya, ketika Muhammad tiba di al-Ushayrah untuk menyerang kafilah ini, dia tertegun ketika tahu bahwa rombongan kafilah banyak harta ini sudah berlalu dua hari sebelum dia sampai di sana. Tentu saja, gerombolannya yang haus jarahan perang merasa kecewa dengan kegagalan ini. Akan tetapi Muhammad sudah memperkirakan bahwa kafilah yang sama mungkin dapat diserang sewaktu kembali dari al-Sham (Syria). Yang dibutuhkan sekarang adalah kesabaran menunggu selama tiga bulan untuk menyerang kafilah itu waktu kembali. Dengan kemungkinan ini, Muhammad mulai merekrut Jihadi2 baru untuk perampokannya yang berikut.
Di mesjidnya, dia memanggil orang2 Muslim dan meng-iming2i mereka untuk menyerang kafilah Quraysh yang memuat banyak harta benda. Dia berkata pada kelompoknya,”Kafilah Quraish ini memuat harta kekayaan kita. Pergilah dan seranglah mereka, mungkin ALLAH akan memberikan mereka sebagai mangsa kita.” Meskipun begitu, dia tidak pernah sekalipun menyebutkan hal rencana perampokan ini kepada penduduk Medinah setempat. Mereka selama ini mengira dia itu nabi yang rendah hati, suci, terhormat, cinta damai, tak suka berperang, penuh kasih sayang dan belas kasihan. Banyak Muslim yang sangat kaget dengan apa yang dikatakan Muhammad saat berkumpul di mesjid itu dan mereka tidak percaya ketika dia mengajak mereka untuk bergabung dengannya dalam usaha merampok. Mereka benar2 kaget. Akan tetapi, angan2 dapat harta jarahan lalu menguasai pikiran mereka dan akhirnya banyak yang bergabung untuk dapat kesempatan memperbaiki kondisi ekonomi mereka dengan cara merampas harta orang lain.
Bahkan banyak non-Muslim yang mencoba bergabung, tapi Muhammad bersikeras bahwa yang bukan Islam tidak akan kebagian barang jarahan. Dengan ini pula, kampanyenya berlangsung dengan sukses diantara orang2 Muslim Medinah (Ansar). Sampai saat ini, tidak ada satupun orang Ansar yang bergabung dengan Muhammad dalam usaha perampokan2 sebelumnya. Kesuksesan Abdullah ibn Jahsh di Nakhla yg menjadi pemicu hasrat orang Ansar untuk dapat barang rampokan dan mau bergabung menjadi Jihadi. Jumlah semuanya adalah 313 orang, terdiri dari 77 Muhajir (yang hijrah) dan 236 orang2 Ansar. Sekarang orang2 Ansar menjadi bagian besar dari gerombolan perampok Jihadi.
Beberapa minggu sebelum keberangkatannya ke Badr, dan ketika kafilah Quraish datang ke daerah Medinah, Muhammad mengirim dua pengintai, yakni Talhah ibn Ubaydullah dan Said ibn Zayd untuk mencari tahu di manakah kafilah tsb. Kedua orang ini tiba di perkemahan Kashd al-Juhany dan bersembunyi di sana sampai kafilah berlalu. 40 orang menjaga kafilah Mekah itu. [12]
Kedua Muslim itu mengintai dan memperkirakan harta benda bawaan kafilah berharga sekita 50.000 Dinar (ingat bahwa 1 Dinar berharga 4,235 gram emas. Dalam harga emas saat ini, harta benda kafilah itu berharga US$ 2.725.000, belum termasuk harga2 para tawanan, unta2 dan barang2 lain). Sungguh suatu sasaran perampokan yang menggiurkan. Kedua pengintai itu bergegas kembali untuk menyampaikan kabar baik ini kepada Muhammad. Tapi Muhammad sudah meninggalkan Badr sehari sebelum kedua pengintai kembali ke Medinah. Dia sudah tidak sabar lagi untuk cepat2 dapat menjarah, sehingga dia tidak menunggu kedua pengintai itu kembali. Lalu Talhah ibn Ubaydullah dan Said ibn Zayd harus tinggal di Medinah dan tidak sempat ikut tentara Muslim. Meskipun demikian, Muhammad tidak mengecewakan keduanya karena mereka telah menjalankan tugas pengintaian dengan baik. Keduanya nantinya juga kebagian jatah jarahan. Yang juga tinggal di Medinah adalah menantu Muhammad yang bernama Uthman b. Affan. Istri Uthman, yakni Ruqayyah (anak perempuan Muhammad) sakit pada saat itu dan Uthman mengurusnya. Muhammad memberi jatah jarahan padanya pula. Betul2 murah hati sang Nabi ini! Sahih Bukhari menulis janji Muhammad pada menantunya seperti ini:
Hadis Sahih Bukhari, Volume 4, Buku 53, Nomer 359:
Dikisahkan oleh Ibn ‘Umar:
‘Uthman tidak ikut perang Badr karena dia menikah dengan salah satu anak perempuan Rasul Allah dan dia (Ruqayyah) sedang sakit. Karena itu, sang Nabi berkata kepadanya: “Kamu akan dapat upah dan bagian (barang jarahan) sama dengan upah dan bagian orang yang ikut ambil bagian dalam perang Badr.”
Di lain pihak, melalui mata2 dan sumber2 yang dapat dipercaya, kabar tentang persiapan Muhammad untuk menyerang kafilah Quraysh sampai juga di telinga Abu Sufyan. Dia jadi sangat waspada. Dia tahu tentang perjanjian2 yang dibuat Muhammad dengan suku2 di jalur perjalanan kafilah, jadi ada kemungkinan besar suku2 itu menyerang mereka tiba2 pula. Dia segera mengirim Damdam b. Amr al-Ghifari ke Mekah untuk meminta bantuan. Ketika Damdam sampai di Mekah, dia segera mengumumkan rencana Muhammad untuk menyerang kafilah Abu Sufyan. Mendengar ini, Abu Jahl memanggil semua orang2 Mekah untuk ikut operasi penyelamatan kafilah Quraysh.
Saat itu, suku2 Banu Kinanah dan Banu Bakr sedang bermusuhan dengan Quraysh. Karenya, mereka tidak mempedulikan ajakan Abu Jahl. Tadinya suku2 ini mau mengambil kesempatan dari kesusahan orang2 Quraysh dan menyerang mereka dari belakang, tapi akhirnya ketua suku Quraysh yakni Suraqa b. Malik mengambil keputusan untuk tidak mengkhianati orang2 Quraysh. Penulis biografi Muslim seperti Ibn Ishaq menyebut Suraqa sebagai Iblis.[13]
12 Mubarakpouri, p.251
13 Ibn Ishaq, p.292
Setelah yakin tidak akan ada serangan dari kedua suku ini, Abu Jahl dan Amir ibn al-Hadrami (saudara laki Amr ibn Hadrami; Ingat ! Amr dibunuh Muslim di Nakhla/BADR I) meyakinkan orang2 Mekah bahwa mereka akan menang melawan Muhammad. Jadi, setiap orang yang bisa bertempur ikut bergabung, kecuali Abu Lahab. Dia digantikan oleh al-As b. Hisham (paman Umar b. Khattab) yang berhutang 4.000
Dirham pada A Lahab dan tidak bisa membayarnya kembali. Abu Lahab menyewanya untuk berperang atas namanya guna melunaskan hutangnya. [14]
Ketika orang2 Quraysh sedang siap2 perang, Muhammad tidak tahu akan persiapan tentara orang2 Mekah
untuk melawannya. Dia yakin sekali bahwa dia akan menang dan merampas harta benda Quraysh.
Dengan penuh percaya diri, hari Minggu 10 Maret, 624 M (12 Ramadan, AH2), Muhammad beserta 313 orang (jumlahnya berkisar antara 307 sampai 318) Jihadi, pergi ke luar Medinah menuju Badr. Di barisan depan Muslim dikibarkan dua bendera hitam, satu dibawa oleh Ali ibn Talib dan yang satu lagi dibawa orang Ansar. 70 unta berbaris bersama mereka dan 300 lebih tentara Muslim bergiliran menaikinya. Mereka hanya punya dua kuda. Muhammad meminta Abu Lababa berjaga-jaga di Medinah. Untuk menghindari pengamatan musuh, Muhammad tidak langsung pergi ke Mekah, tapi dia memakai jalur jalan yang tidak lazim yang dilalui oleh Irqul Zabya, Saffra and Dhafiran. [15]
Pada hari Senin 11 Maret, Muhammad tiba di Saffra. Dia lalu mengirim dua pengintai, yakni Basbas b. Amr al-Juhani and Adi b. Abu Zaghba ke Badr untuk mengetahui posisi kafilah Quraysh. Sebenarnya di sinilah Muhammad berharap untuk bertemu dengan kafilah itu dan melakukan serangan mendadak. Ketika berada di sana, kedua pengintai mendengar percakapan dua wanita dekat sumur bahwa kafilah Quraysh akan datang dalam waktu satu atau dua hari. Mereka cepat2 kembali ke Muhammad dan memberitahu tentang berita ini.
Di waktu subuh hari Selasa 12 Maret [16], Abu Sufyan datang lebih dahulu dari kafilahnya dan berhenti di sumur air dan dia tahu tentang orang2 Muhammad dari bekas2 jejak kotoran unta milik Basbas dan Adi yang berisi biji kurma, khas makanan unta dari Yathrib (Medinah). Abu Sufyan jadi sangat khawatir dan cepat2 kembali ke rombongan kafilahnya, balik ke arah jalur pantai sehingga menghindari serangan tentara2 Muhammad. Memang setelah itu Muhammad luput berjumpa dengan kafilah itu dalam beda waktu beberapa jam saja.[17] Abu Sufyan sendiri terus mengawal kafilahnya agar bisa sampai ke Mekah dengan selamat. Dia mengirim utusan kedua, yakni Qays b. Imea al-Qays [18] untuk memberitahu pasukan Mekah yang makin mendekat tentang keputusannya mengambil jalur jalan lain dan menyampaikan pesan bahwa bahaya telah lewat. Saat itu, Muhammad tiba di Rooha dan minum dari sumur yang ada di sana.
Pada hari Rabu 13 Maret, utusan kedua Abu Sufyan bertemu dengan pemimpin tentara Mekah yakni Abu Jahl di Johfa. Abu Jahl siap memberikan bantuan menjaga kafilah Quraish yang terancam perampokan. Utusan datang padanya dan mengatakan bahwa Abu Sufyan tidak merasa perlu mengadakan pertumpahan darah karena kafilah berhasil diselamatkan. Dia minta Abu Jahl dan orang2nya untuk kembali ke Mekah.
14 Ibn Ishaq, p.291
15 Hamidul, p.30
16 Ibid
17 Ibid
18 Ibn Sa’d, vol.ii, p.11
Tapi Abu Jahl memaksa terus bergerak ke Badr karena ingin melakukan perdagangan sambil bersenang-senang makan minum di sana. Gadis2 penyanyi yang ikut dalam rombongan ini dikirim balik ke Mekah.[19] Dua suku Quraysh yakni suku Z. Zohra (suku ibu Muhammad) dan suku B. Adi (suku Umar) juga mengambil keputusan untuk balik ke Mekah. Sisa tentara Mekah terus bergerak dan tiba di Badr malam hari Kamis 14 Maret. Mereka berkemah di daerah luar sumur Badr dan di belakang gunung.
Pada saat itu, Muhammad bergerak mendekat. Di pagi hari Kamis 14 Maret, dia tiba di Dhafiran, tak jauh dari Badr. Dia tertegun waktu mendengar berita tentara Quraysh maju untuk melindungi kafilah mereka yang banyak harta. Dia sangat frustasi dengan kemungkinan adanya pertumpahan darah dan bukannya perampokan mudah dengan banyak jarahan. Para Jihadi juga mendengar kabar buruk bahwa kafilah yang kaya raya itu telah lewat. Kabar datangnya tentara Mekah juga benar2 tak diduga pihak Muslim. Muhammad sendiri tidak yakin apakah dia harus maju terus atau tidak karena barang jarahan ternyata sudah berlalu. Dengan dilema bahwa melakukan serangan terhadap orang Quraysh bisa melanggar perjanjian perlindungan dengan orang2 Ansar (perjanjian ini berisi persetujuan bahwa orang2 Ansar akan melindungi Muhammad jika dia diserang di Medinah dan daerah sekitarnya – lihat Bagian 1), Muhammad lalu mengadakan rapat dengan panglima2 perangnya dan minta pendapat dari semua orang Muslim, terutama orang2 Ansar. Dia takut orang2 Ansar tidak akan melindunginya di luar Medinah. Abu Bakr dan Umar dipanggil untuk mengadakan pertemuan umum. Ternyata orang2 Ansar bersumpah untuk mendukung pasukan Muhammad. Ketua orang2 Ansar, yakni Sa’d b. Muadh (dari Bani al-Awf) menjanjikan bahwa jika Muhammad memimpin mereka terjun ke laut sekalipun, mereka akan ikut terjun dan tenggelam. Setelah itu, semua orang Ansar bersumpah untuk berperang bersama Muhammad. Dengan rasa sangat puas, Muhammad meminta orang2nya untuk terus maju. Dia menjanjikan pembantaian para musuh. Untuk menyenangkan hati para Jihadisyang haus barang jarahan, dia mengatkan bahwa Allah telah menjanjikan mereka tentara Quraysh atau kafilah seperti tercantum di Q 8:7.
Akhirnya Muhammad dan gerombolannya tiba di Badr di pagi hari Kamis, lebih dahulu daripada tentara Mekah dan berkemah di situ. Tenda darurat dari dahan2 pohon palm didirikan baginya. Dia yang duluan minum air sumur di situ. Sesuai nasihat veteran perang bernama al-Hubab, Muhammad menimbuni semua sumur di daerah sekitar kecuali satu sumur terdekat baginya. Para Muslim lalu membuat tempat penampungan dan mengisi penuh dengan air. Dengan ini, para Muslim mengontrol penuh persediaan air di daerah itu. Musuh tidak bisa mengambil air tanpa melalui Muhammad. Dan tentara2 Muhammad sudah siap membunuh orang Mekah manapun yang berani mendekat ke tempat penampungan air untuk minum.
19 Ibid, p.11
20 Mubarakpouri, p.257
Segera setelah tiba di Badr, Muhammad berusaha mencari tahu keadaan tentara Mekah. Dia pergi bersama Abu Bakr untuk mengintai.[30] Mereka bertemu dengan seseorang di jalanan dan berusaha menanyakan keadaan di situ. Orang itu tidak mau menjawab sampai Muhammad memberitahu siapa dirinya. Keterangan yang didapat ternyata tidak banyak membantu. Pada petang harinya, dia mengirim Ali dan beberapa orang lain untuk menelaah keadaan di sekitar sumber mata air. Di sana mereka melihat dua budak Quraysh pembawa air. Ali dan kawan2nya menculik kedua budak ini dan membawa mereka menghadap Muhammad. Budak2 memberitahu orang2 Muslim bahwa mereka adalah pengangkut air untuk tentara Quraysh. Ini bukan berita baik bagi orang Muslim karena mereka berharap para budak ini datang dari perkemahan Abu Sufyan. Setelah disiksa, akhirnya kedua budak memberitahu tempat dan kekuatan tentara Quraysh. Dari informasi ini, juga dengan kenyataan bahwa orang2 Quraysh telah menyembelih 9 unta di hari pertama dan 10 unta di hari kedua, Muhammad tahu kira2 berapa besar tentara Quraysh. Dia memperkirakan mereka berjumlah 900 sampai 1.000 orang. Dugaan ini tepat, karena jumlah tentara Quraysh sebenarnya adalah 950 orang. Mereka menunggangi 700 unta dan 100 kuda. Ketika Muhammad mengetahui banyak orang terkemuka Quraysh yang ikut dalam kekuatan tentara ini, dia berkata, “Mekah rupanya telah melemparkan daging dan darah mereka yang paling berharga bagimu.’ [21]
Pada malam hari, Muhammad dan Abu Bakr kembali ke perkemahan mereka dan mulai sembahyang minta restu Allah. Sa’d b. Muadh berjaga-jaga di pintu muka. Orang2 Muslim merasa lelah karena lama dan beratnya perjalanan yang mereka lakukan beberapa hari ini. Rasa lelah dan kantuk melanda mereka sehingga akhirnya mereka terlelap. Malam itu turun hujan tapi lebih lebat di daerah tentara Mekah. Karena air hujan, alas Wadi jadi empuk tapi tidak becek dan ini memberi keuntungan pada pihak Muslim. Air hujan ini disinggung dalam Qur’an ayat 8:11 sebagai pemurnian dari Allah. Malam harinya, sebagaimana yang disebut di Q 8:45, Muhammad membayangkan tentara Quraysh lemah.
Kedua pihak gelisah sampai pagi hari. Menjelang subuh, ketika Muhammad sedang mengatur orang2nya sesuai tingkatan, beberapa orang Quraysh yang merasa haus mendekati sumur air. Muhammad berdoa pada Allah akan kematian mereka.
Orang2 Muslim mengangkat tiga panji, satu untuk para pengungsi (yang ikut hijrah), dipegang oleh Musab, satu untuk orang2 Khazarite, dipegang oleh al-Hobab dan satu lagi untuk Bani Aws, dipegang oleh Sad ibn Muadh.
Kaum Quraysh juga mulai bergerak maju. Akan tetapi, mereka berbeda pendapat tentang aturan berperang melawan orang2 dari kalangan mereka sendiri (sekali lagi, Muhammad adalah dari suku Quraysh). Shayba dan Utba, dua ketua kelompok Quraysh mendesak keras agar tidak menyerang. Perlu diingat bahwa Utba adalah ayah Hind, yakni istri Abu Sufyan b. Harb dan Shayba adalah kakak laki Utba (yakni paman Hind). [[Mereka menyediakan tempat [21] berteduh bagi Muhammad ketika dia diusir dari Taif oleh anak2 jalanan yang melemparinya dengan batu.]] Utba dan Shayba hanya menginginkan uang darah karena pembunuhan yang dilakukan Muslim atas Amr b. al-Hadrami. Maka Utbah mengirim pesan pada Abu Jahl untuk mundur dan tidak memerangi saudara sepupu Abu Jahl, yakni Muhammad.
Tabari, vol.vii, p.44
IRONISnya, salah satu putera Utba, yakni Abu Hudhayfah adalah Jihadi baru yg berada bersama pihak Muhammad. Karena inilah Utbah tidak mau melawan Muhammad – Abu Jahl menyebarkan hal ini dan mencela Utba sbg pengecut karena tidak mau berperang melawan tentara Muslim. Saudara laki Amr b. Hadrami yang bernama Amir b. al-Hadrami membujuk orang2 untuk membalaskan dendam kematian saudaranya. Meskipun sangat ragu, akhirnya Utba bersedia maju perang, tapi dia berkata tidak ingin membunuh Muhammad meskipun adanya kebencian yang besar di kedua pihak Quraysh dan Muslim. Pada saat itu pula Omayr, pemanah Quraysh, datang membawa berita bahwa tentara2 Muslim ber-siap2 untuk perang. Dia mengajukan ajakan damai dengan kaum Muslim tapi Abu Jahl menolaknya. Jadi, tentara Quraysh juga bersiap untuk perang. Mereka bergerak maju perlahan di atas bukit2 pasir yang susah dilalui karena hujan tadi malam. Akan tetapi, seperti yang telah disebut sebelumnya, hujan mendatangkan keuntungan bagi Muhammad karena tanah di tempatnya jadi empuk tapi enak untuk dijalani. Yang merugikan pihak Quraish adalah bahwa mereka harus bergerak melawan sinar matahari, sedangkan pihak Muhammad bergerak ke arah Barat, membelakangi matahari.
Segera setelah Muhammad selesai mengatur pasukannya, dia melihat barisan orang Quraysh muncul dari gundukan pasir di depan. Ketika berdoa pada Allah minta bantuanNya agar tentaranya yang kecil tidak punah, dia sangat khawatir dan pergi masuk tendanya yang kecil untuk berkonsultasi dengan Abu Bakr. Untuk menunjukkan tuntunanNya yang kokoh, Allah menyatakan Q 8:46. Ayat ini menambah semangat tentara2 Muslim untuk maju menang. Ayat lain Q 2:42-44 juga ke luar. Ayat2 lain yang juga penting yang berhubungan dengan perang Badr adalah melipatduakan tentara Medinah di Q 3:18, dll.
Tentara Quraysh sekarang bergerak maju, tapi tentara Muslim tidak beranjak dari posisinya di mana mereka berada di tempat yang lebih tinggi dari tentara Quraysh dan karenanya memberi lebih banyak keuntungan untuk melepaskan anak panah dan tombak pada pihak musuh. Muhammad mengamati kekuatan musuh dan jadi panik dan mulai berdoa dengan penuh semangat. Kali ini, Allah mengirim dia jaminan: seperti 20 jadi 200 … dll melalui ayat2 Q 8:65, 66. Allah juga melarang para Jihadi di ayat Q 8:15-16, untuk lari dari medan perang. Sejak perang Badr, ayat ini jadi bagian dari hukum Syariah dalam perang (Reliance of The Traveller, p.659).
Sewaktu persiapan ini berlangsung, Hakim b. Hizam, diikuti beberapa orang Quraysh pergi untuk minum air dari tempat penampungan air yang dibuat orang2 Muhammad. Setiap orang Quraysh yang datang untuk minum dibunuh pada hari itu, kecuali Hakim b. Hizam. Tidak diketahui mengapa Muhammad tidak membunuhnya. Tidak ada satu pun keterangan dari para penulis biografi tentang alasan Muhammad mengampuni nyawanya. Akan tetapi nanti kita ketahui bahwa Hakim b. Hizam jadi Muslim. Setelah tahu nasib 30 orang Quraysh yang haus, Abd al-Aswad Makhzami dari Quraysh mencoba menghancurkan tempat penampungan air itu dan bersumpah untuk minum air dari situ. Ketika ia pergi menuju tempat penampungan itu, Hamzah menyerangnya dan menebas putus pergelangan kakinya dan membabat putus setengah kakinya yang lain. Abd al-Aswad Makhzami merangkak dengan badannya yang penuh darah ke tempat air dan menjebur ke dalam lalu minum airnya. Hamzah memukul dia sampai mati di tempat itu juga.
Sekarang perang benar2 dimulai. Hari itu adalah hari Jum’at 15 Maret, 624 M (17 Ramadan, AH2). Meskipun saat itu bulan puasa, tidak ada satu pun orang Jihadis termasuk Rasul Allah yang puasa saat itu.[22]
22 Ibn Sa’d, vol ii, p.22
Pada awalnya, tiga orang Quraysh, yakni Utbah b. Rabiah, saudara lakinya yang bernama Shaybah b. Rabiah dan anak Utba yang bernama al-Walid menantang orang2 Muslim untuk bertempur dengan mereka. Utbah b. Rabiah tidak mau bertempur dengan orang2 Ansar dan menantang orang2 Quraysh yang bergabung dengan tentara Muhammad (yang dulu ikut Muhamad hijrah ke Medinah) untuk berkelahi melawannya satu lawan satu. Mereka ingin melawan orang sesama suku saja, yi sesama saudara sepupunya dari anak2 al-Muttalib. Ketika tiga orang Medinah maju ke muka, Muhammad memanggil mereka mundur dan menggantinya dengan orang2 sesukunya yakni anak2 Hashim untuk bangun dan berkelahi. Hamzah, Ali dan Obaydah (paman dan saudara sepupu Muhammad) menuruti perintah Muhammad, bangkit dan maju. Hamzah mengenakan bulu2 burung unta di dadanya, dan Ali mengenakan rambut kuda di topinya.
Lalu Utba memanggil anaknya, Walid, untuk bangkit dan berkelahi. Dia lalu melawan Ali. Pertarungan singkat terjadi. Ali melukai parah Walid dengan pedangnya. Ketika Utba maju, Hamzah pun maju dan membunuhnya. Shayba lalu melawan Obaydah. Keduanya sangat tua. Mereka berkelahi untuk sesaat dan akhirnya Shayba berhasil membabat kaki Obaydah sampai hampir putus. Melihat ini Hamzah dan Ali maju serentak dan membunuh Shayba. Obaydah masih bisa hidup beberapa hari setelah itu sebelum akhirnya mati.
Pertempuran sekarang berlangsung umum dan bebas. Orang Muslim pertama yang mati adalah budak Umar yang telah dimerdekakan yang bernama Mihja. Mihja dibunuh oleh Amir ibn al-Hadrami [23]. Lalu Haritha b. Suraqah dibunuh. Untuk menyemangati pengikutnya, Muhammad mengiming-imingi surga bagi mereka yang mati. Ini memberi semangat bahkan untuk anak remaja berusia 16 tahun yang bernama Umayr b. al-Humam [24] yang saat itu sedang makan kurma. Dia melempar kurmanya dan bergabung dalam perang. Anak ini kaget waktu mendengar Muhammad bahwa yang harus dilakukannya untuk bisa ke surga adalah ikut berjihad dan mati terbunuh. Tak lama kemudian, dia pun mati terbunuh. Muhammad sekarang menyerukan bahwa Allah mencintai para Jihadi fanatik. Mendengar ini, seorang Jihadi ekstrimis bernama Auf b. Harith bertanya pada Muhammad,“Ya Rasul Allah, apakah yang membuat Tuhan tertawa bahagia bagi hambaNya?” Dia menjawab,”Ketika hamba itu masuk dalam pertempuran dengan musuh tanpa baju perang.” Auf membuang baju pelindung tubuhnya, mengambil pedangnya dan melawan musuh sampai dia terbunuh.[25]
Jika kau melihat di TV ttg cara kerja suicide bombers, ingatlah kata2 sang Nabi yang penuh ‘kasih’ dan kamu akan segera mengerti kekuatan apa yang mendorong orang2 fanatik ini untuk melakukan teror yang sungguh di luar akal sehat dan meledakkan tubuh mereka sendiri sampai berkeping-keping.
Pertempuran semakin sengit. Untuk menambah semangat para Jihadis, Muhammad jongkok dan mengambil kerikil2 dan melemparkannya ke arah orang2 Quraysh sambil menjerit keras2,”Biarlah muka2 kalian jadi rusak”[26] Allah menyatakan bahwa ini bukan tindakan Muhammad, tapi tindakannya sendiri di ayat Q 8:17 dan Dia benar2 merestui tindakan simbolis Muhammad ini. Tentara Muslim sekarang jadi hebat semangatnya dan bertempur mati2an sampai2 tentara Quraysh tidak kuat melawannya. Ketika pertempuran sedang menghebat, Muhammad mengirim perintah pada para tentaranya untuk tidak membunuh kedua paman Muhammad yakni Abul Bakhtari and al-Abbas [27]. Dikabarkan bahwa al-Abbas adalah agen rahasia Islam di Mekah [28], tapi alasan mengampuni nyawa Abul Bakhtari tidak diketahui, meskipun Ibn Ishak menulis bahwa Abul Bakhtari menunjukkan simpati kepada Muhammad sewaktu kaum Pagan mengganggu Muhammad di Ka’ba.
- 23 Ibid, p.16
- 24 Tabari vol.vii, p.55
- 25 Ibn Ishaq, p.300
- 26 Tabari, vol.vii. p.56
- 27 Ibn Ishaq, p.301
- 28 Hamidul, p.40
Ketika para Jihadi protes atas keputusan ini, Umar mengancam memenggal kepala mereka. Karenanya mereka tidak punya pilihan dan menurut perintah ketuanya. Ibn Ishaq [29] menulis bahwa di samping pembantaian umum di perang itu, yang jadi target utama untuk dibantai adalah empat orang Quraysh yang murtad. Keempat orang ini memeluk Islam tapi tidak mau ikut hijrah ke Medinah bersama Muhammad karena anggota keluarga mereka menghalangi kepergian mereka dengan menyekapnya di dalam rumah mereka. Setelah itu, mereka meninggalkan Islam dan bergabung dengan orang2 Quraysh di Badr. Muhammad tidak memberi ampun pada mereka. Keempat orang ini dibunuh semua oleh para Jihadi. Muhammad bahkan menciptakan sebuah ayat (Q 4:97) untuk membenarkan pembunuhan atas mereka.
Q 4.097: Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri,
(kepada mereka) malaikat bertanya : “Dalam keadaan bagaimana kamu ini ?”. Mereka menjawab :
“Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)”. Para malaikat berkata : “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu ?”. Orang-orang itu tempatnya neraka Jahanam dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali,
Semangat membunuh diantara para Jihadi begitu hebat sampai2 Hazrat Umar membunuh paman kandungnya sendiri, yakni al-As b. Hisham b. al-Mughira.(Ingat? Dialah yang menggantikan Abu Lahab, musuh besar Islam!)
Adegan ilustrasi Persia dari Siyer-i Nebi (Kehidupan Nabi) yg menggambarkan Muhamad, 'Jibril dan bala tentaranya' di Badr
Ketika peperangan berlanjut, Muhammad tetap tinggal dalam tendanya bersama Abu Bakr sambil berdoa pada Allah untuk kemenangan. Dia meminta Allah untuk mengirim bantuanNya bagi orang2 Muslim. Maka Allah menjawab dengan ayat Q 8:9 untuk membantu Muhammad dengan ribuan malaikat! Saat itu adalah musim dingin yang penuh dengan tiupan angin topan keras. Tiga topan keras melanda medan perang dan Muhammad segera menganggapnya sebagai malaikat2 suruhan Allah untuk menolong Jihadi. Dia mengatakan pada para tentaranya bahwa topan pertama adalah seribu malaikat dipimpin oleh malaikat penghulu Jibril, dan topan kedua adalah seribu malaikat dipimpin oleh malaikat penghulu Mikael dan topan ketiga adalah seribu malaikat lagi dipimpin oleh malaikat penghulu Sarafel.[30] Maka, seperti yang ditegaskan di aya Q 3:124, Allah mengirim tiga ribu malaikat tentara untuk menolong tentara2 Muslim. Ketika peperangan bertambah sengit, Muhammad meminta pertolongan lebih lanjut dari Allah-nya dan Allah segera nurut dengan mengirim dua ribu lagi malaikat. Jadi seperti yang dikatakan di Q 3:125, semuanya berjumlah 5.000 malaikat yang tidak kelihatan dari Allah yang maha perkasa, untuk membantu 300 lebih Jihadis untuk mendapatkan kemenangan. Para Jihadis yang fanatik mengaku bahwa tanda2 dari para malaikat di Badr adalah sorban putih [31] atau turban kuning, ya?[32]
Ini Hadis Sahih Bukhari yang mengatakan bahwa Jibril turun menolong Muhammad:
Volume 5, Book 59, Number 330:
Dikisahkan oleh Ibn ‘Abbas:
Sang Nabi berkata pada hari Perang Badr,”Ini Jibril memegang kepala kudanya, lengkap bersenjata untuk berperang.”
29 Ibn Ishaq p.307
30 Ibn Sa’d, vol ii, p.15
31 Ibn Ishaq, p.303, Tabari vol. vii, p.61
32 Ibn Sa’d, vol.ii, p.29
Dengan bantuan Jibril, orang2 Quraish mulai terdesak kalah. Pasir becek tempat mereka berdiri mempersulit gerakan mereka. Beberapa dari mereka melarikan diri. Mereka bingung dan mulai mundur dan lari. Para Muslim mengejar mereka dan menangkap orang2 Quraysh yang tidak terbunuh di medan perang. Orang2 Muslim mengikuti jejak mereka yang melarikan diri, membunuh atau menangkap mereka. Dalam usahanya melarikan diri, orang2 Quraysh melemparkan baju perang mereka dan meninggalkan binatang beban, kemah dan segala perlengkapannya. 70 (ada yang bilang 45) orang Quraysh dibunuh dan jumlah yang sama dijadikan tawanan perang. Orang2 Muslim hanya kehilangan 14 orang, 8 dari Medinah dan 6 yang ikut hijrah. Mereka juga menangkap banyak orang penting Quraysh.
Anggota² Keluarga Muhamad Yg Ditawan Dan Dibunuhnya
Muhammad memerintahkan untuk tidak membunuh pamannya, al-Abbas. Ketika Abu Hudhayfah (Ingat? Ayahnya, Utbah bin Rabiah, dibunuh oleh Ali) protes akan perintah Muhammad yang berstandar ganda ini dan ingin membunuh al-Abbas, Umar lalu mengancam akan memancung Hudhayfah.[33] Tentara2 Muslim menangkap Abu al-Bakhtari (paman Muhammad yang lain) bersama kawannya. Para Jihadi setuju untuk tidak membunuhnya (sesuai perintah Muhammad) tapi mereka ingin membunuh kawan Bakhtari. Ketika Bakhtari minta temannya jangan dibunuh, para Muslim menolaknya. Maka Bakhtari pun melawan para Muslim dan terbunuh. Kabar ini disampaikan kepada Muhammad. 70 (ada yang bilang 44) orang Quraysh ya dijadikan tawanan perang. Sa’d b. Muadh ingin membunuh semua tawanan perang dan dia berkata, ”Ini adalah kekalahan pertama yang diberikan Allah kepada kaum pagan, dan membunuh para tawanan lebih menyenangkan hatiku daripada membiarkan mereka hidup.”[34] Meskipun begitu, para tawanan dibagi-bagikan diantara tentara Muslim untuk uang tebusan sampai Muhammad kembali ke Medinah.
Ada suatu kisah yang menceritakan kekejaman kaum Jihadi dalam memperlakukan beberapa tawanan perang. Umayah b. Khalaf adalah orang pagan, tapi dia adalah kawan Abd Umar, yang baru saja memeluk Islam. Karenanya, Umayah dan anaknya Ali merelakan diri untuk jadi tawanan Abd Umar. Jihadi terkenal Abd al Rahman b. Awf mengambil alih tawanan2 Abd Umar dengan harapan dapat uang tebusan besar. Dikisahkan bahwa Umayah suka menyakiti Bilal, yakni orang Negro terkenal yang suka meneriakkan adhzan. Ketika Bilal melihat Umayah dan anaknya, Ali, dibawa pergi oleh Abd al Rahman b. Awf, dia berteriak memanggil orang2 Muslim untuk membunuh orang yang dulu sering menyakitinya. Abd al Rahman b. Awf dengan cepat mencegah Bilal dan memerintahkan dia untuk tidak membunuh Umayah dan anaknya. Akan tetapi perintah ini tidak didengar. Beberapa Muslim lalu membacoki Umayah b. Khalaf dan anaknya Ali sampai mati dan me-motong2 badan mereka. Abd al Rahman b Awf lalu memaki Bilal karena membunuh tawanannya sehingga Abd al Rahman kehilangan kesempatan dapat uang tebusan besar.
Menantu pria Muhammad yang bernama Abu al-Aas juga ditawan. Khadijah (istri pertama Muhammad) adalah bibinya. Ibu Abu al-Aas adalah Hala d. Khuwaylid. Khadijah dulu biasa menganggapnya sebagai anaknya sendiri. Abu al-Aas tidak memeluk Islam dan tidak mau menceraikan istrinya yang bernama Zaynab, yakni anak wanita Muhammad yang tertua. Abu al-Aas lalu bergabung dengan orang2 Quraysh melawan Muhammad di Badr. Tawanan Quraysh lain yang juga terkenal adalah Amr, putra Abu Sufyan (bukan dari istrinya Hind tapi dari istri lain Abu Sufyan b. Harb) dan Amir b. Al-Hadrami, yakni teman dekat Abu Sufyan. Anak Abu Sufyan yang lain yang bernama Hanzala mati terbunuh di Badr.[35]
33 Tabari, vol.vii, p.57
34 Ibid
Segera setelah pertempuran berakhir, terjadi penjarahan besar2an oleh tentara2 Muslim. Para Jihadi juga menceritakan kisah yang sukar dipercaya tentang kepala2 orang pagan yg putus sebelum pedang2 orang Muslim menyentuhnya. Ini katanya adalah pertolongan para malaikat. Abu Jahl, yang adalah paman Muhammad sendiri, adalah musuh bebuyutan Muhammad. Muhammad begitu benci padanya sehingga memberinya julukan Abu Jahl (biang tolol), sedangkan nama aslinya adalah Abul Hakam (ayah dari hikmat). Karena begitu besar rasa bencinya, Muhammad memerintahkan Abu Jahl untuk dibunuh.[36] Untuk melaksanakan perintah Muhammad, Muadh b. Amr dan dua anak muda Medinah yakni Auf b. Afra dan Muwawwidh b. Afra, yang merupakan anak2 laki Afra, pergi mencari Abu Jahl untuk membunuhnya. Muadh menemukan Abu Jahl di dalam semak2 dan lalu menyerangnya. Dia memukul jatuh Abu Jahl ke tanah dan memotong kakinya sampai putus. Anak laki Abu Jahl yang bernama Ikrima membabat salah satu lengan Muadh sampai bergelantungan hanya pada kulitnya saja. Muadh lalu menggunakan kakinya untuk menarik putus lengan itu dan melanjutkan pertempuran sampai rasa sakit yang luar biasa membuatnya berhenti berkelahi. Saat itu Muwawwidh b. Afra dan saudaranya Auf b. Afra tiba di tempat dan mereka membunuh Abu Jahl yang sudah terluka berat. Setelah membunuh Abu Jahl, mereka kembali untuk memerangi orang Quraysh sampai akhirnya mereka sendiri mati terbunuh.[37] Ketika kabar tentang Abu Jahl yang sekarat hampir mati terdengar oleh Muhammad, dia menyuruh budaknya yang bernama Abd Allah b. Masud untuk mencari mayat Abu Jahl. Abd Allah b. Masud pergi dan menemukan Abu Jahl yang sekarat, tersengal-sengal, siap menghembuskan nafas terakhir. Abu Jahl masih bernafas ketika Abd Allah b. Masud berlari menyerbu dan memenggal kepalanya dan membawa kepala itu kepada majikannya. Dengan penuh rasa suka cita Muhammad berkata,”Kepala musuh Allah.” Abd Allah lalu melemparkan kepala Abu Jahl yang penuh darah ke kaki majikannya. Muhammad berkata,”Ini lebih berharga bagiku daripada unta2 terbaik di seluruh Arabia.” Lalu Muhammad menghadiahi Abd Allah b. Masud dengan pedang yang digunakan untuk membunuh Abu Jahl.
35 Ibn S’ad, vol.ii, p.18
36 Ibn Ishaq, p.304
37 Ibid
Hadis Sunaan Abu Dawud, Book 14, Number 2716:
Dikisahkan oleh Abdullah ibn Mas’ud:
Di perang Badr, Rasul Allah memberiku pedang Abu Jahl, karena aku telah membunuhnya.
Hadis Sahih Bukhari, Volume 4, Book 53, Number 369:
Dikisahkan oleh ‘Abdur-Rahman bin ‘Auf:
Ketika aku berdiri di barisan hari itu di (perang) Badr, aku melihat ke sebelah kananku dan kiriku dan melihat dua anak muda Ansari dan aku berharap diriku lebih kuat dari mereka berdua. Seorang dari mereka berkata padaku,”O Paman! Apakah kau tahu Abu Jahl?” Aku berkata,”Ya, apa yang kau inginkan dari dia, O keponakanku?” Dia berkata, “Aku dikasih tahu bahwa dia suka menghina Rasul Allah. Demi Tuhan yang Tangan2Nya memiliki hidupku, jika aku melihatnya, maka tubuhku tidak akan meninggalkan tubuhnya sampai salah satu dari kami mati.” Aku terkejut mendengarnya. Lalu anak muda satunya juga mengatakan hal yang sama. Sesaat kemudian aku melihat Abu Jahl berjalan diantara orang2. Aku berkata (kepada kedua anak muda itu), “Lihat! Itu orang yang kau cari.” Maka keduanya langsung menyerang dia dengan pedang2 mereka dan membabat dia sampai mati dan lalu menghadap Rasul Allah untuk memberitahu kejadian itu. Rasul Allah bertanya,”Siapa diantara kalian berdua yang membunuhnya?” Keduanya berkata,”Aku telah membunuh dia.” Rasu Allah bertanya, “Sudahkah kau bersihkan pedang2mu?” Mereka menjawab,”Belum.” Dia lalu melihat pedang2 mereka dan berkata,”Tidak ragu lagi, kau berdua telah membunuh dia dan barang2 milik yang mati akan diberikan kepada Muadh
bin Amr bin Al-Jamuh.”
Kedua anak muda ini adalah Muadh bin ‘Afra dan Muadh bin Amr bin Al-Jamuh. Ini Hadis yang mengisahkan akhir hayat Abu Jahl:
Hadis Sahih Bukhari, Volume 5, Book 59, Number 300:
Dikisahkan oleh Anas:
Sang Nabi berkata,”Siapa yang mau pergi dan melihat apa yang terjadi pada Abu Jahl?” Ibn Mas’ud pergi dan mendapatkan bahwa kedua anak Afra telah melukainya dengan fatal (dan dia masih bernapas walaupun hampir mati). ‘Abdullah bin Mas’ud berkata, “Apakah kau Abu Jahl?” sambil menjambak
janggutnya. Abu Jahl berkata, “Adakah orang yang lebih hebat dari orang yang telah dibunuhnya atau orang yang telah dibunuh kelompoknya?”
Pertempuran sudah selesai, Muhammad memerintahkan agar semua mayat musuh, termasuk mayat Abu Jahl dan kepalanya, dibuang ke dalam sebuah sumur. 24 mayat kafir dibuang ke dalam sumur. (Lihat Sahih Bukhari, vol. 5, book 59, number 314).
Ketika ini selesai dilakukan, Muhammad berdiri di pinggir sumur, berkata pada mayat2 orang Quraish itu [38], berpidato panjang lebar pada mereka karena tidak percaya dan menolak dia sebagai Rasul Allah. Ketika para Muslim bertanya padanya apakah orang mati bisa mendengar, Muhammad menjawab bahwa orang mati bisa mendengar lebih baik daripada orang hidup, tapi mereka tidak bisa menjawab balik. Tubuh Umayyah b. Khalaf tidak dibuang ke dalam sumur. Tubuhnya mulai membusuk. Karena itu mereka menimbuninya dengan batu.
38 Ibn Ishaq, pp.305-306
Hadis Sahih Bukhari Volume 2, Book 23, Number 452:
Dikisahkan oleh Ibn ‘Umar:
Sang Nabi melihat pada (mayat) orang2 dalam sumur (tempat pembuangan mayat pagan di perang Badr) dan berkata,”Apakah kau telah menemukan apa yang Tuhanmu janjikan padamu?” Seseorang berkata,”Kau bicara sama orang mati.” Dia menjawab,”Kau tidak mendengar lebih baik daripada mereka, tapi mereka
tidak dapat menjawab.”
Diantara tumpukan mayat orang adalah mayat Utba b. Rabiah, ayah dari Abu Hudhayfa, seorang Jihadi Islam yang baru saja bergabung. Ketika Muhammad melihat kesedihan di wajah Abu Hudhayfa, dia memberkatinya karena berpikir bahwa Hudhayfa merasa sedih melihat kematian ayahnya. Tapi Hudhayfa menjawab bahwa dia merasa sedih karena ayahnya tidak memeluk Islam, dan bukan karena ayahnya telah mati! Memang begitulah pengabdian dan kebutaan fanatik para Jihadis.
Membagi2 Barang Jarahan
Setelah penguburan selesai, orang2 Muslim tetap tinggal di medan perang sampai hari itu berakhir. Lalu mereka membawa kawan2 mereka yang mati dan terluka ke sebuah lembah, beberapa mil dari Badr dan menguburkan yang mati di sana. Sekarang waktunya membagi-bagi jarahan perang. Ketika tentara Quraysh melarikan diri, para Muslim mengumpulkan harta benda mereka. Muhammad menjanjikan setiap Jihadi bahwa dia boleh mengambil jarahan perang milik musuh yang dibunuhnya sendiri.
Jihadi yang tidak ikut perang secara langsung karena menjaga Muhammad juga ingin mendapat bagian yang sama banyaknya atas jarahan perang. Beberapa mengeluh karena Muhammad mengambil kain merah yang indah tanpa pengetahuan orang lain. Maka Allah lalu mengeluarkan Q 3:161: ”Sang Nabi tidak akan menyembunyikan jarahan …, “ membebaskan Muhammad dari kecurangan pengambilan barang jarahan. Pertengkaran terjadi dalam pembagian barang jarahan tentang siapa yang dapat lebih banyak atau lebih sedikit. Muhammad harus menengahi dengan ayat Q 8:410. Di ayat ini, yang maha kuasa mengumumkan 1/5 barang jarahan harus diserahkan bagiNya dan Rasul kesayangannya. Muhammad malahan juga mengatakan bahwa barang jarahan adalah sah hanya bagi dia dan tidak bagi nabi2 lain karena dialah yang paling dikasihi Allah. Dengan perintah seperti ini dari Allah, sisa barang jarahan dikumpulkan jadi satu untuk dibagi-bagi kemudian. Seorang perwira bernama Abdullah b. Ka’b ditunjuk sebagai penjaga barang jarahan. Tentara Muslim lalu berbaris kembali ke Medinah.
Hari berikutnya, barang2 jarahan dibagi-bagi di bawah pohon dekat Saffra. Semua orang dapat bagian yang sama setelah 1/5 dipisahkan untuk Muhammad. Tentara berkuda dapat dua porsi ekstra untuk kuda mereka. Setiap orang dapat unta, kursi berlapis kulit, dan barang2 lain. Muhammad mengambil unta yang terkenal milik Abu Jahl. Dia kemudian menggunakannya untuk pergi menyerang daerah lain dan sebagai pejantan untuk menghasilkan unta2 baru.
Dengan ayat Q 55:45, dia menyatakan bahwa barang jarahan adalah hadiah dari Allah, dan dia juga mengambil pedang Dhu al-Faqr milik Munabbih b. al-Hajjaj. Untuk aturan pembagian jarahan, dia memberi hak khusus bagi dirinya sendiri untuk boleh memilih barang yang paling dia sukai sebelum barang2 jarahan dibagi-bagikan. Tawanan2 perang juga dibagi-bagikan diantara orang Muslim dan nasib mereka nanti akan ditentukan di Medinah.
Pembunuhan Tawanan Perang
Sifat sebenarnya Muhammad yang haus darah tampak saat tentara2 Muslim berhenti di Saffra. Ketika sedang membagi-bagikan tawanan, Muhammad mengenali al-Nadr b. al-Harith, penyair Quraish yang ditangkap Jihadi. Dulu waktu Muhammad masih tinggal di Mekah, al-Nadr menyusun ayat2 yang lebih bagus daripada Qur’an. Muhammad benci sekali terhadap komposisi ayat al-Nadr. Sebagaimana disinggung di Q 8:31 (Dashti, hal. 47), Al-Nadr juga mengritik ayat2 Qur’an dengan mengatakan ayat2 itu hanyalah dongeng kuno yang telah didengar orang2 Mekah. Muhammad tidak punya ampun bagi Al-Nadr b. al-Harith. Untuk memuaskan keinginan balas dendamnya, sang Nabi penuh kasih ini memerintahkan agar Al-Nadr yang telah tak berdaya itu dibunuh. Ali melaksanakan perintah Muhammad dengan memenggal kepala Al-Nadr di Saffra, tepat di hadapan Muhammad.[39]
Inilah contoh toleransi dari ciptaan Allah yang terbaik terhadap lawannya yang berani menantangnya secara intelektual. Rodinson [40] menulis bahwa Muhammad sangatlah sensitif (gampang tersinggung) pada celaan intelektual terhadap dirinya. Setelah menghabisi pengritiknya, Muhammad dengan puas memerintahkan rombongan melanjutkan perjalanan ke Medinah.
Dua hari kemudian, tentara Muslim berhenti di Irqu’l-Zabya, jalan di tengah2 Badr dan Medina. Di sini Rasul Allah sekali lagi ingin memuaskan nafsunya akan darah dan dendam. Tawanan perang bernama ‘Uqbah b. Abi Muyat yang anak perempuannya menikah dengan anak laki Abu Sufyan yang bernama Amr b. Abi Sufyan, diperintahkan untuk dibunuh. ‘Pelanggar hukum’ ini meminta ampun dengan menyebutkan nama anak perempuannya. Tapi Muhammad tidak memberikan ampun baginya. Apakah yang dilakukan ‘Uqba sehingga dia layak menerima hukuman yang sangat berat dari sang Nabi yang penuh belas kasihan dan kebaikan ini? Muhammad mengaku bahwa ‘Uqba menyakitinya ketika dia berkhotbah tentang agamanya yang penuh cinta dan kasih sayang (Islam) di Ka’abah. Tanpa menunjukkan setitik pun belas kasih terhadap musuhnya yang sudah kalah, Muhammad memerintahkan pembunuhan atas ‘Uqba.
Ini yang ditulis oleh Ibn Ishaq:
“Ketika sang Rasul memerintahkan agar dia dibunuh, ‘Uqba berkata, ‘Tapi siapa yang akan mengurus anak2ku, O Muhammad?’ ‘Neraka’, jawab Muhammad dan setelah itu ‘Asim b. Thabit b. Abul-Aqlah al- Ansari membunuhnya. Demikianlah yang dikatakan Abu ‘Ubayda b. Muhammad b. ‘Ammar b. Yasir
padaku.
Biografer lain menulis bahwa Ali-lah yang membunuh ‘Uqba.
Tentang pembunuhan terhadap kedua tawanan ini, Rodinson [41] (Rodinson, hal. 168) menulis,
“Di lain pihak dia mengumbar kemarahannya terhadap dua orang yang sudah menyerangnya secara intelektual. Kedua orang ini telah mempelajari sumber2 Yahudi dan Persia dan mereka menanyakan banyak pertanyaan yang sulit dijawab Muhammad. Mereka menghinanya dan pesan ilahinya sekalian. Tiada ampun bagi keduanya.”
Dua tawanan lain yang juga dibunuh adalah Naufal b. Khuweilid (dibunuh Ali) dan [[Mabad b. Wahb]] (dipancung Umar). Dilaporkan bahwa Mabad b. Wahb tidak mau mengaku kalah dan memuji-muji al-Lat dan al-Uzza (dua dewa berhala) di hadapan Muhammad.[42] Alasan pembunuhan terhadap Naufal tidak diketahui. Jadi semuanya ada 7 tawanan perang yang dibunuh sebelum tentara Muslim dan tawanan lain tiba di Medinah.
Untuk menyebarkan berita kemenangan Muslim di Badr, Muhammad mengirim Zayd b. Harith (anak angkatnya) ke Medinah duluan sebelum kedatangan rombongan tentara Muslim. Ketika Zayd tiba di Medinah, dia mendengar berita kematian Ruqayyah, anak perempuan Muhammad. Orang2 sedang mempersiapkan kuburannya ketika Zayd datang membawa berita kemenangan Muhammad di Badr.
39 Ibn Ishak, p.337
40 Rodinson, p.168
41 Rodinson, p.168
42 Muir, p.109, footnote 48
Sehari kemudian Muhammad tiba di Medinah dengan jarahan perang dan menerima berita sedih tentang kematian dan penguburan anaknya Ruqayyah sewaktu dia tidak berada di sana. Seperti telah disebutkan sebelumnya, suami Ruqayyah adalah Uthman b. Affan yang tidak bisa ikut merampok karena istrinya sakit. Meskipun begitu, Muhammad menghadiahi menantunya jatah jarahan yang sama dengan tentara yang ikut perang. Beberapa bulan kemudian Uthman menikah dengan anak perempuan Muhammad yang belum menikah, yakni Umm Kulthum, yang sebelumnya menikah dengan anak Abu Lahab, tapi akhirnya berpisah dengannya. Ketika orang2 memberi selamat kepada para Jihadi atas barang2 jarahan, para
Jihadi membual tentang pembantaian kaum pagan. Banyak Jihadi yang mengaku bahwa membantai kafir ternyata hal yg menyenangkan.[43]
Keesokan harinya di waktu malam, kelompok akhir Jihadi datang dengan para tawanan di Medinah. Melihat keadaan para tawanan yang menyedihkan ini, banyak orang2 Medinah yang jatuh kasihan terhadap mereka. Bagaimanapun juga para tawanan itu adalah dari suku yang sama dengan mereka dan sedarah. Belas kasihan ini bisa dilihat dari sikap yang ditunjukkan Sauda, yakni istri kedua Muhammad, kepada seorang tawanan. Sauda/Sawda pergi untuk menghibur anggota keluarga Afra, warga Medinah yang berduka cita karena kehilangan dua putra di Badr. Waktu dia kembali, dia melihat Abu Yazid Suhayl b. Amr, saudara laki suaminya yang dulu (jadi Abu Yazid adalah saudara ipar Sauda), dan sekarang Abu Yazid jadi tawanan perang berdiri di depan rumah Sauda dengan kedua tangan terikat di belakang lehernya. Sauda berkata daripada jadi tawanan perang, seharusnya Abu Yazid lebih baik memilih mati dengan terhormat di medan perang. Muhammad menegurnya karena berkata begitu. Dengan penuh rasa kasihan dan sayang, Sauda hendak melepas ikatan tangan Abu Yazid, tapi Muhammad dengan galak melarangnya melakukan hal itu. Dari cerita Sauda kita tahu bahwa saat itu para wanita Arabia tidak diharuskan memakai jilbab dan mereka bisa bebas pergi ke mana mereka mau.[44]
Penggambarannya tentang sikap keras Muhammad juga membantah anggapan orang bahwa hubungan Muhammad dan istri2nya penuh kasih dan ramah tamah. Sauda dengan jelas berkata bahwa dia benar2 takut akan Muhammad. Inilah kata2nya yang asli:
“Tiba2 suara Muhammad mengejutkanku: “Sauda, kamu mau cari masalah melawan Tuhan dan RasulNya?”
Aku berkata,”Demi Tuhan, aku tidak dapat menahan diri waktu aku melihat Abu Yazid dalam keadaan
seperti itu dan kukatakan apa yang kulakukan.” [45]
Meskipun begitu, secara keseluruhan orang2 Medinah memperlakukan para tawanan dengan baik. Mereka diberi makan dan naungan dan tidak disiksa, meskipun dilaporkan bahwa Hazrat Umar ingin mencabut gigi2 Suhayl (tawanan perang) dengan berkata pada Rasul Allah: ‘Biarkan saya cabut dua gigi depan Suhayl agar lidahnya keluar dan dia tidak bisa berkata melawanmu.’[46] Tapi Muhammad melarang penyiksaan ini. Perlakuan baik terhadap tawanan Medinah juga perlu dilakukan orang2 Muslim jika mereka ingin dapat uang tebusan yang besar dari sanak saudara para tawanan – dan mereka (para Muslim) tahu akan hal ini. ‘Kebaikan’ orang2 Muslim menarik hati beberapa orang Medinah untuk masuk Islam dan tinggal menetap di Medinah kemudian, begitu dilaporkan sesama Muslim.
Dikisahkan bahwa ketika Muhammad memerintah agar semua tawanan diikat, paman Muhammad yang bernama al-Abbas juga dirantai. Muhammad tidak bisa tidur sampai pengikutnya melepas rantai al-Abbas.[47]
43 Tabari, vol. vii, p.65
44 Ibn Ishaq, p.309
45 Ibid
46 Ibn Ishaq, p.312; Tabari, vol.vii, p.71
47 Tabari, vol.vii, p.69
Tawanan Perang Sbg Sumber Uang Tebusan
Ketika rasa sukacita kemenangan oleh tentara Muslim perlahan berakhir, maka sekarang waktunya untuk mengambil keputusan tentang nasib para tawanan. Telah disebutkan sebelumnya bahwa sejak semula, Jihadi fanatik bernama Sa’d b. Muadah ingin membunuh semua tawanan Muslim. Hazrat Umar juga ingin memancung semua tawanan, dan dia mengusulkan saudara membunuh saudara, dan Abu Rawaha ingin membakar mereka hidup2. Muhammad tidak bisa mengambil keputusan akan hal ini. Dia pun ingin membunuh semua tawanan kecuali beberapa orang. Abu Bakr mengusulkan untuk meminta uang tebusan bagi para tawanan. Tiba2 Muhammad melihat keuntungan dari usul Abu Bakr. Dia melihat kesempatan dapat uang bagi pengikutnya yang miskin papa itu. Seketika itu pula dia mengaku bahwa Allah (melalui Jibril) telah mengirim ayat Q 8:6-7 yang mengijinkan dia untuk meminta uang tebusan setelah membantai musuh, dan di ayat Q 8:68, Allah mengijinkan dia untuk menikmati harta jarahan. Dua ayat ini membuat kompromi antara hal membantai semua tawanan dan mengambil uang tebusan untuk membebaskan tawanan.
Sekarang yang paling dipikirkan Muhammad adalah Abu al-Aas, menantunya, yang (seperti telah ditulis sebelumnya) jadi tawanan perang. Ketika anak perempuan Muhammad yang tertua, Zaynab (yakni istri Abu al-Aas yang tinggal di Mekah), mendengar bahwa suaminya ditangkap, dia mengirim uang dan kalung Khadijah (ibunya, dan istri pertama Muhammad) sebagai tebusan agar suaminya dibebaskan. Akhirnya hati Muhammad melembut (meskipun hanya sedikiiiiit saja) ketika melihat kalung almarhum istrinya Khadijah. Dia khawatir dan mulai memikirkan tentang Abu al-Aas dan anak perempuannya. Keesokan harinya, di mesjidnya, dia meminta pendapat para Jihadi akan hal ini. Mereka setuju untuk membebaskan Abu al-Aas tanpa tebusan dan dia boleh kembali ke Mekah. Muhammad jadi lega dan membebaskan Abu al-Aas, tapi dengan syarat waktu dia tiba di Mekah, Abu al-Aas harus menceraikan Zaynab dan mengirimnya ke Medinah untuk hidup bersama Muhammad. Abu al-Aas berjanji akan mengirim Zaynab pulang dari Mekah, kembali ke Muhamad di Medinah dan memang begitulah yang dia lakukan ketika tiba di Mekah.
Dia lalu mengatur kepergian Zaynab dari Mekah. Saat itu, Hind (istri Abu Sufyan) bersikap ramah pada Zaynab. Meskipun ada permusuhan besar diantara Muhammad dan Abu Sufyan, Hind dengan suka rela menyediakan segala kebutuhan untuk membantu Zaynab pergi menemui ayahnya. Tapi Zaynab ingin pergi diam2. Jadi pada saat yang tepat, Zaynab meminjam seekor unta untuk pergi ke Medinah. Kakak laki iparnya menemani dia. Ketika mengetahui kepergian Zaynab, dua orang Quraish mengejar unta Zaynab dan menangkapnya di Dhu Tuwa. Seorang Quraysh yang bernama Habbar b. al-Aswad mengancam dia dengan tombaknya. Saat itu Zaynab sedang hamil. Dilaporkan bahwa dia jatuh dari unta dan mengalami keguguran. Lalu Habbar menyakiti Zaynab, tapi Abu Sufyan menengahi dan membiarkan Zaynab luput dari serangan Habbar. Abu Sufyan sama sekali tidak punya rasa dendam terhadap Zaynab dan dia menasehati Zaynab untuk meninggalkan Mekah diam2. Beberapa hari kemudian, ketika ribut2 tentang perang Badr telah mereda, Zaynab diam2 melarikan diri dari Mekah di malam hari.
Nasib Al-Abbas, Paman Muhamad
Berikutnya adalah menentukan nasib al-Abbas, yakni paman Muhammad. Para Jihadis membawa al-Abbas yang telanjang ke hadapan Muhammad. Muhammad harus mencari baju bagi pamannya yang telanjang. Ini Hadisnya.
Hadith Sahih Bukhari, Volume 4, Book 52, Number 252:
Dikisahkan oleh Jabir bin ‘Abdullah:
Saat di hari perang Badr, para tawanan perang dibawa termasuk Al-Abbas yang telanjang. Sang Nabi mencari baju baginya. Lalu didapatkan bahwa baju ‘Abdullah bin Ubai cocok ukurannya, lalu sang Nabi mengijinkan dia (Al-Abbas) memakainya. Inilah alasan mengapa sang Nabi pergi dan menyerahkan bajunya sendiri kepada ‘Abdullah (pencerita menambahkan,”Dia membantu sang Nabi dan karenanya Nabi suka menghadiahi dia.”)
Karena al-Abbas adalah orang yang kaya, Muhammad menentukan bahwa al-Abbas harus menebus dirinya sendiri, dan juga kemenakan2 dan rekan2nya. Mendengar ini, al-Abbas mengaku bahwa diam2 dia juga adalah seorang Muslim dan dia dipaksa perang melawan Muslim. Muhammad tetap ingin minta uang tebusan dari al-Abbas. Sebenarnya Muhammadpun berhutang pada al-Abbas, tapi ketika al-Abbas meminta agar utang Muhammad dijadikan uang tebusan dirinya, Muhammad menolak. Begitulah rakusnya sang Nabi penuh kasih ini kalau sudah urusan duit. Akhirnya Muhammad mengambil 20 ons emas (sekitar US$ 8.000 dalam nilai uang sekarang) dari al-Abbas untuk membebaskan dirinya.
Pada awalnya, orang2 Quraysh menurut saja untuk membayar uang tebusan agar orang2 Muslim tidak meminta harga mahal untuk membebaskan mereka. Abu Sufyan menolak membayar uang tebusan apapun bagi anak lakinya ‘Amr. Ketika seorang Muslim bernama Sa’d b. al-Numan pergi ke Mekah untuk ibadah Umroh, Abu Sufyan menangkap dan menyanderanya untuk ditukar dengan anak lakinya, ‘Amr. Muhammad tidak punya pilihan selain membebaskan ‘Amr b. Abi Sufyan untuk kebebasan Sa’d. Muhammad ngotot minta uang tebusan tinggi bagi seorang Mekah karena anaknya adalah pedagang kaya. Anaknya lalu membayar uang tebusan sebesar 4.000 Dirham agar ayahnya dibebaskan.
Secara keseluruhan, Muhammad menerima banyak uang dari tebusan tawanan Quraysh. Jumlah uang tebusan bagi setiap tawanan berkisar antara 1.000 Dirham sampai 4.000 Dirham. Dilaporkan bahwa orang2 Quraish membayar 250.000 Dirham [ya, seperempat juta Dirham; pakailah calculator-mu dan perkirakan berapa besar jumlah uang ini dalam nilai uang saat ini; gunakan perbandingan ini: 1 Dirham = 1/10 Dinar, 1 Dinar = 4.235 grams emas; dan jangan lupa bahwa 1 ons = 32.1 gram] untuk membebaskan kawan2 dan sanak saudara mereka yang ditawan di perang Badr II. Rata2 uang tebusan setiap tawanan adalah 4.000 Dirham.[48] Sahih Bukhari menyatakan bahwa di samping uang jarahan dan tebusan, setiap Jihadi menerima uang pensiun sebesar 5.000 Dirham setiap tahun.
(komentarku: Wah, jelas saja banyak yang masuk Islam, ini sih jauh lebih top daripada sekedar semangkuk supermi !)
Hadith from Sahih Bukhari, Volume 5, Book 59, Number 357:
Dikisahkan Qais:
Prajurit2 (yang bertempur di) Badr masing2 diberi 5.000 Dirham setiap tahun. ‘Umar berkata,”Aku pasti akan memberi mereka lebih daripada memberi orang lain.”
Beberapa tawanan yang tidak punya uang tebusan menawarkan diri untuk mengajar 10 anak2 laki Muslim membaca dan menulis bagi setiap tawanan. Ketika masa pengajaran tuntas, para tawanan kemudian dibebaskan. Dikatakan bahwa Zayd ibn Thabit yang adalah seorang penyair (nantinya jadi juru tulis Muhammad) belajar menulis dari kesempatan ini. Ini menunjukkan bahwa banyak orang Mekah bisa membaca sedangkan para pengikut Muhammad kebanyakan buta huruf. Meskipun begitu para Muslim menyebut orang Mekah ‘tak berpengetahuan’!
48 Hamidullah, p.43
Kemenangan Badr membuka babak baru dalam perkembangan dalam timbulnya iman Islam. Setelah menyadari ampuhnya kekuatan pedang, Muhammad sekarang yakin bahwa untuk memenangkan doktrin fasisme-nya, dia harus menggunakan cara militer. Sejak saat itu, pedang menjadi bahasa Islam (lihatlah bendera Saudi Arabia) dan melakukan peperangan untuk merampas barang jarahan dan sandera jadi modus operandi para Jihadi baru sebagai mata pencarian dan menambah kekayaan.
//
Download Faithfreedompedia versi offline (17.7MB):